Wednesday, September 12, 2018

[Review] Invalidite


Judul : Invalidite

Penulis : Faradita

Penerbit : Kubus Media

Tebal : 398 Halaman

"Kesempurnaan bukan ukuran sebuah kebahagiaan. Bukan juga cara untuk menilai seseorang."


BLURB

Sangat cerdas dalam meremehkan orang lain, pandai berkelahi, dan juga mahir menyakiti perempuan adalah penjelasan kuat siapa itu Dewa Pradipta. Tapi kearoganannya tidak berpengaruh pada seorang gadis berpakaian kuno. Pelita Senja.

Dewa terusik oleh Pelita yang selalu menanggapi sikap kasarnya dengan senyuman. Apalagi ketika gadis itu memaksa untuk mengatur hidupnya.

Tanpa menyadari akibat yang mungkin bisa menyakiti dirinya sendiri, Dewa memulai sebuah permainan untuk menaklukkan Pelita. Karena gadis itu adalah sebuah paket lengkap bagi Dewa. Untuk memenangkan taruhan dan menyakiti sepupu tirinya.

- - - - - - - -

Dewa Pradipta, seorang yang suka berkelahi untuk apa pun yang mengganggunya. Saat pertama kali bertemu dengan Pelita, dia berencana untuk menghajar seorang cowok cupu. Dengan berani, Pelita menyuruh Dewa untuk berhenti mengganggu Bobby, si cowok cupu.
"Biasanya, dari yang udah-udah, sama kayak roman picisan, seseorang yang nggak kita perhitungkan sama sekali, bisa jadi orang yang ditunggu selama ini." — P. 23
Bagi Dewa, Pelita itu cuma cewek biasa yang bakal terpesona dan menggoda dia kayak cewek kebanyakan. Apalagi di tambah dia disuruh menjadi tutor untuknya. Dan juga sifatnya yang polos. Makin senanglah Dewa, bisa mengerjainya. Malah, dia, Rendi dan juga Gerka, sahabatnya, membuat taruhan bila Dewa sampai jatuh cinta sama Pelita. Tanpa Dewa sadari, dia mulai jatuh cinta perlahan pada Pelita. Pelita yang polos, menawar dengan berbagai cara agar bisa mendapatkan apa yang dia mau, dan juga menjadi pelita yang sesungguhnya untuk Dewa. Tapi sayangnya, saat bertemu dengan Ayah Pelita, masa lalu Dewa perlahan terbuka. Lalu, bagaimana dengan hubungannya dengan Pelita? Apakah Dewa masih mau berhubungan apalagi menjadikan Pelita pasangannya?


Hah! Novel yang kuselesaikan dalam jangka waktu agak lama. Ya soalnya aku sambi ngereview novel yang lain. Haha.. Tapi beneran, novel ini seru banget. Dan kayak novel kak Fara sebelumnya, novel ini bener-bener nguras emosi! Konflik yang dipake, juga nggak biasa menurutku. Kalau dibandingkan dengan SIN, entah kenapa aku kurang sreg ya. Soalnya, Invalidite ini konflik batinnya beda. Jadi jangan dibandingkan. Hehehe.. Lebih dalam dan hhh.. sudah deh, aku nggak bisa ngomong kalo sama konfliknya.

Untuk masalah karakter tokoh. Menurutku sih kuat. Apalagi untuk pekerjaan Dewa. Meskipun cuma seorang fotografer, tapi kak Fara bisa menjelaskan dengan detil bagaimana pekerjaan tersebut, dan juga printilan lainnya. Kalau untuk Pelita, entah kenapa aku ngrasa dia ini polossss banget. Tapi nyerempet ke bego, lama-lama. Habisnya dia ini bener-bener polos banget, nganggep semua orang punya sisi baik, dan punya alesan untuk melakukan hal itu. Ya ada sih manusia kayak gitu, bahkan temenku sendiri. Cuma entahlah. Aku masih ngerasa aneh aja kalo ada cewek yang baiknya kebangetan.

Moral of the story, kamu bakalan belajar, gimana cinta sejati memaafkan dan mengikhlaskan masa lalu. Meskipun ada hukum yang harus ditegakkan. Bagaimana hati yang rapuh berusaha untuk tegar dan memaafkan masa lalu yang buruk.

Quotable :
"Kamu nggak pernah menyesal, karena rasa egois kamu lebih tinggi dari kepedulian. Boleh jadi kamu mungkin nggak peduli sama masa depan, tapi jangan biarin itu bikin diri kamu nggak berkualitas." — P. 30

"Dan bagian tersulit saat memiliki sahabat adalah, ketika kamu harus berkata jujur namun tidak ingin menyakiti mereka di waktu yang bersamaan." — P. 97

"Kamu jahat tau nggak, Wa. Kamu nggak pernah mikirin perasaan orang. Keegoisan itu yang akhirnya nutup mata kamu kalo sikap kamu bisa nyakitin orang lain bahkan tanpa kamu sadarin." — P. 106

"Ini bukan cuma soal hapenya aja, Wa. Tapi cara kamu salah. Kamu nggak boleh maksain keinginan kamu ke orang cuma karena kamu bisa. Semua orang berhak memilih. Dan aku punya pilihan sendiri gimana ngadepin Gilvy." — P. 107

"Karena aku dan Dewa saling sayang. Orang yang sayang nggak mungkin pergi meninggalkan. Lagi pula, perasaan nggak bisa dipaksakan. Kamu boleh suka, tapi bukan berarti bisa memaksa." — P. 171

"Aku tau rasanya diabaikan, Sis. Dan cara mengatasinya bukan dengan kebencian, tapi merelakan. Siapa tau ada yang lebih baik lagi di depan?" — P. 172

"Menyimpan dendam bukan sebuah kebanggaan. Memaafkan juga bukan kelemahan. Kamu mungkin menyesal, tapi apa itu menyelesaikan masalah?" — P. 198

"Cowok yang lagi jatuh cinta paling nggak bisa nyembunyiin perasaannya." — P. 265

"Kamu mungkin pernah dengar kalau kepercayaan seperti kaca yang jika pecah tidak bisa kembali sempurna. Aku setuju. memang begitu sifatnya. Tapi rasa percaya tidak seharusnya mudah hancur begitu saja, bukan?" — P. 274

"Bisa jadi beginilah bahayanya mencintai. Satu pilihan membuat dirimu terjerumus lebih dalam dengan terselimuti kebodohan. Mungkin tidak mengapa jika tidak mendapatkan cintanya, dan atas nama kebodohan jatuh cinta juga hal gila bisa jadi melihat biasa saja." — P. 323

"Baginya, ada alasan mengapa Tuhan menciptakan rasa sakit. Karena Dia menjanjikan kebahagiaan akan datang setelahnya." — P. 363

"Dari Pelita Dewa belajar satu hal, bahwa dendam tidak akan membawamu ke mana-mana. Manusia tidak berhak menyimpan kebencian. Terlalu egois untuk ukuran makhluk Tuhan yang paling sering melakukan kesalahan." — P. 372

"Dunia boleh saja berlaku buruk padamu, tapi itu bukan alasan untuk membalasnya dengan cara yang sama. Ingat saja bahwa setiap orang memiliki gelap dan terangnya masing-masing. Jangan takut melangkah maju hanya karena kamu tidak sanggup merobohkan tembok besar, hanya perlu cari cara untuk melompatinya.

No comments:

Post a Comment