(Bukan) Pengantin BaruYessie L. RismarElex Media Komputindo192 Halaman
"Nggak apa-apa. Kalau capek, kamu nggak harus terus berjalan apalagi berlari. Kamu bisa berhenti untuk istirahat. Nanti setelah tenaga kamu kembali terkumpul, kamu bisa kembali melangkah."
B L U R B
Di awal pernikahan Kiara dan Yaris tidak pernah terusik dengan pertanyaan kapan punya anak. Namun, ibarat suara nyamuk, lama kelamaan pertanyaan itu mengganggu juga. Terlebih ketika mertua Kiara yang biasanya adem ayem mulai merengek ingin cucu dan membandingkan mereka dengan orang lain. Masalahnya, bagaimana bisa punya anak kalau berhubungan intim saja Kiara dan Yaris masih tidak bisa?
- - - - - - - - - -
Menikah dan punya anak memang hal yang berkaitan erat, meskipun ada beberapa orang memilih untuk menikah saja, tanpa memiliki anak. Tapi ada juga beberapa orang yang sudah berusaha untuk mendapatkan anak, masih belum menemukan titik terangnya. Termasuk Yaris dan Kiara, mereka juga berusaha dengan berbagai cara. Masalahnya, gimana bisa punya anak, kalau berhubungan badan saja susah?
"Nggak, Ra. Pilihan kamu hanya satu: bahagiakan aku. Dan caranya juga hanya satu: tetap bersama aku. Aku nggak peduli kita bakalan punya anak atau nggak nantinya. Asal tetap sama kamu, apa pun keadaan kamu, itu udah cukup buat aku." — P. 105
Sebenarnya, Yaris dan Kiara nggak pernah ada masalah dengan hal ini, bagi mereka punya anak adalah rejeki, mungkin sekarang belum rejeki. Apalagi Kiara sendiri masih berusaha memahami apa yang terjadi pada dirinya. Berhubungan intim masa iya nggak bisa? Masa iya kalah sama anak kecil?
Tuntutan untuk punya anak setelah menikah ini.. cukup banyak yang mengalami. Mau itu pasangan yang udah lama menikah, ataupun yang baru. Nanti kalau udah punya anak, akan muncul tuntutan lainnya, mulai dari milestone bayi, sampai kapan nambah anak. Rantai setan ini, nggak ada habisnya. Bener-bener bikin pusing. Padahal kita belum tentu tau, masalah dalam rumah tangga orang gimana, apa keuangan mereka stabil, mentalnya sudah oke untuk punya anakkah? Dan masih banyak pertimbangan lainnya.
Kasus Yaris dan Kiara ini menurutku cukup langka, karena tidak semua perempuan pasti mengalaminya, tapi masalah yang dialami Kiara juga tidak banyak diketahui banyak orang. Vaginismus, kesulitan untuk melakukan hubungan badan. Pasti banyak orang mempertanyakan hal ini. Masa iya berhubungan badan aja susah? Bukannya cuma tinggal masuk aja? Tapi nyatanya enggak kan?
Masalah vaginismus ini aku baru tau beberapa tahun belakangan. Aku tahunya pun berkat follow salah satu akun yang memang concern membahas kehidupan seksualitas, dan ngtag orang yang berhubungan dengan vaginismus ini. Sejak inilah aku tau, bahwa nggak semua perempuan dengan mudah berhubungan badan. Banyak juga perlakuan yang tidak menyenangkan terhadap vaginismus. Mungkin sebagian besar dari mereka juga nggak tau.
Nggak cuma menyebutkan vaginismus, tapi juga banyak dijelaskan tentang kendala dan bagaimana penanganannya. Strugglenya Yaris-Kiara ini ada banget. Apalagi hal itu awam banget, bahkan konsul ke ahlinya aja masih diremehin. Jadi bikin orang males juga kan untuk konsul kalau mereka butuh bantuan.
Yaris di sini jadi suami paling favorit! Bener-bener support dalam kondisi apapun. Apalagi sempat ada permintaan untuk nikah lagi, supaya Yaris bisa punya keturunan, tapi dia dengan tegas bilang enggak! Ya ampun ya ampun, bener-bener ijo neon. Caring, dan mau support Kiara apa pun keadaannya. Prinsipnya itu loh. Perbanyak dong cowok-cowok yang kayak begini ini.
(Bukan) Pengantin Baru ini wajib banget dibaca. Nggak cuma tentang pernikahan aja, tapi juga belajar prinsip dari Yaris. Harus!
From the book…
“Aku sayang kamu gimana pun kondisinya. Kalau aku saja bisa menghargai kamu, kamu juga harus menghargai kamu sendiri.” — P. 11"Katanya, 'Saya menikah bukan buat punya anak, tapi untuk ibadah. Istri kan tempat ibadah juga, ladang pahala. Lagian, istri bukan mesin untuk membuat anak, kan?'" — P. 25"Tapi hidup memang begitu, kan? Ujian ketika kita kecil, remaja, dewasa, sesuai porsinya. Ya meskipun ada orang-orang yang menanggung beban lebih berat dibanding orang-orang lain seusianya." — P. 28"Ra, benar bahwa seks itu penting dalam pernikahan. Tapi, buat aku pernikahan nggak melulu soal seks. Di mata aku pernikahan nggak serendah itu. Buat aku pernikahan adalah tempat kita untuk menjadi orang yang lebih mandiri dan kuat. Pernikahan itu sekolah tanpa akhir. Siap menikah artinya siap belajar selamanya." — P. 31"Kamu harus tahu kalau kegagalan kita dalam berhubungan ini sama sekali nggak mengurangi rasa sayangku, malah semakin bertambah." — P. 51"Semua orang udah meneror aku dengan pertanyaan kapan hamil, Bu. Mertua, tetangga, teman-teman, bahkan sahabatku sekarang sudah hamil. Please, Bu. Aku pengin ngerasa aman dan nyaman di keluarga sendiri." — P. 54"Nggak apa-apa. Kalau capek, kamu nggak harus terus berjalan apalagi berlari. Kamu bisa berhenti untuk istirahat. Nanti setelah tenaga kamu kembali terkumpul, kamu bisa kembali melangkah." — P. 76"Nggak, Ra. Pilihan kamu hanya satu: bahagiakan aku. Dan caranya juga hanya satu: tetap bersama aku. Aku nggak peduli kita bakalan punya anak atau nggak nantinya. Asal tetap sama kamu, apa pun keadaan kamu, itu udah cukup buat aku." — P. 105"Aku selalu sayang kamu, Ra. Nggak ada orangtua yang sempurna, begitu juga anak yang sempurna. Nggak ada istri yang sempurna, begitu pula suami. Yang ada hanya ada dua: orang yang berusaha jadi lebih baik dari sebelumnya, sesuai dengan kemampuan dan usahanya, atau orang yang nggak peduli dengan apa pun, nggak mau berubah, dan nggak mau mengubah keadaan." — P. 152
No comments:
Post a Comment