Monday, June 9, 2025

[REVIEW] Life is Yours

Life is Yours, Hidup ini Milikmu, Bukan Milik Orang Lain
Ipnu R. Noegroho
Anak Hebat Indonesia
230 Halaman

“ Jadi mulai sekarang, bersikap adillah kepada dirimu sendiri. Kamu juga berhak bahagia. Jika bukan kamu sendiri yang membuatmu bahagia, maka tidak ada yang pernah bisa memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya kepadamu.”


B L U R B

Tidak apa-apa untuk tidak tahu banyak hal, karena kamu manusia biasa, bukan Google. Tidak apa-apa untuk mengalami hal-hal yang memalukan, tidak apa-apa untuk belum jadi siapa-siapa di usiamu yang sudah seperempat abad ini.
Tidak apa-apa untuk membenci yang disukai orang lain, dan menyukai yang dibenci oleh orang lain.

Hidup bukan atas apa yang dikatakan orang, bukan pula atas apa yang ada di genggaman tangan orang. Life is your, hidup ini milikmu. Kamu yang berhak menentukan kemana kakimu melangkah, kamu yang berhak milih, mau jalan cepat ataukah lambat. Selagi kamu bahagia, kamu pasti akan menikmatinya.

- - - - - - - -

Sekarang ini dunia udah makin maju, semua hal udah mudah banget aksesnya. Ditambah dengan adanya media sosial, semuanya semakin mudah untuk dijangkau. Mendekatkan yang jauh. Lewat media sosial pun, kita semakin mudah berinteraksi melalui komen, story dan reposting. Semuanya bener-bener semakin mudah. Tapi apa iya, hal ini nggak berdampak negatif untuk kita?
“Ketahuilah bahwa bukan realitanya yang jahat, tapi ekspektasi tinggi yang membuat kita penat.” — P. 87
Dengan adanya media sosial yang cukup bebas, kita semakin mudah melihat kehidupan orang lain melalui apa yang diposting pemilik akun tersebut. Bisa artis, influencer, atau bahkan orang yang tidak terkenal sekalipun. Seringnya juga, hal ini jadi memicu kita untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Apalagi untuk remaja yang sudah menginjak umur 20 lebih, yang sekarang ini lebih dikenal dengan quarter life crisis.

Umur 20an udah punya tabungan sekian ratus juta, sementara penontonnya belum punya tabungan sebanyak itu. Artis A jalan-jalan lagi keluar negeri, penontonnya belum pernah pergi keluar kota. Tanpa sadar, perlahan kita mulai membandingkan hidup dengan orang lain. Semakin lama, semakin bikin kepikiran. “Iya juga ya, si A udah punya tabungan sekian. Aku belum ada tabungan sama sekali.” Padahal si A berasal dari keluarga yang berkecukupan, sehingga nggak ada yang namanya membiayai kehidupan orangtuanya, menyekolahkan adiknya. Sementara si B hidup sebagai sandwich generation. Dilihat dari sisi ini aja udah beda banget startnya.

Nggak hanya media sosial, tapi omongan tetangga, sanak saudara yang ketemunya cuma setahun sekali, kadang bikin kita semakin kecil, nggak jarang kita juga menginginkan kehidupan yang selama ini kita harapkan. Life is Yours, banyak sekali menekankan untuk hidup dengan bahagia. Bahagia yang nggak melulu tentang materi, bisa jadi karena hari ini bisa makan bakso viral, atau sekedar menikmati hari Minggu tanpa ada tekanan dari kantor. Kadang orang mendeskripsikan bahagia harus mencapai abcd, padahal bisa juga di dapat dari hal-hal kecil yang tidak terduga.

Di dalam Life is Yours, ada 7 topik besar yang berisikan tentang hal-hal yang harus kita lakukan. Dimulai dengan menghormati diri sendiri, bagaimana agar kita hidup dengan bahagia, hidup dengan indah, hidup lebih baik, hidup berdampingan dengan orang lain, tidak terlalu cemas, dan menjadi diri sendiri. Selama membaca, bener-bener diajak untuk merefleksikan kegiatan selama satu hari. Apakah kita sudah melakukan 7 topik besar ini? Sebagai budak korporat, selama jam kerja kadang bisa terlalu fokus dan sibuk sampai mengabaikan diri sendiri, kadang lupa minum atau terlambat makan. Hal ini tentu tidak baik jika sering dilakukan. 

Jadi selama membaca, bener-bener diajak ngomong sama diri sendiri. Lebih banyak mendengarkan, apa iya, aku sudah melakukan yang terbaik versiku? Apa bener ketika aku melakukan hal itu, aku bahagia?



From the book…
“Janganlah kamu melakukan sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Tuhan saja tidak menyuruh kita melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Kamu harus bisa menolak jika kamu diminta melakukan sesuatu yang justru akan menyusahkanmu atau membuatmu terluka.” — P. 51

“Jadi mulai sekarang, bersikap adillah kepada dirimu sendiri. Kamu juga berhak bahagia. Jika bukan kamu sendiri yang membuatmu bahagia, maka tidak ada yang pernah bisa memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya kepadamu.” - P. 56

“Ketahuilah bahwa bukan realitanya yang jahat, tapi ekspektasi tinggi yang membuat kita penat.” — P. 87

“Kalian bercanda? Seharusnya, bercanda itu bisa membuat orang yang diajak bercanda tersenyum atau tertawa. Tapi kalau yang diajak bercanda justru ketakutan dan merasa terganggu seperti itu, berarti ada yang salah dengan candaan kalian.” — P. 148

“Jika tujuan utama kamu adalah agar semua orang menyukaimu, maka kamu harus bersiap-siap untuk kehilangan keunikan dan sisi spesial kamu.” — 160


Wednesday, June 4, 2025

[REVIEW] Witching Hearts


Witching Hearts
Adelina Ayu
Bhuana Sastra
368 Halaman

"Gue tahu lo sayang banget sama Shaien. Tapi, rasa sayang dan cinta itu nggak cuma hadir saat lo lagi merjuangin hubungan lo ke seseorang biar kalian tetap bersama. Terkadang, saking sayangnya lo sama seseorang, lo pun ikhlas memilih pilihan yang paling tepat untuk menyayangi orang itu, yaitu dengan ngelepasin dia.”


B L U R B

Daryll nggak menyangka akan bertemu cewek seperti Andra, yang berani meminum darah ular demi petualangan, dan nggak menganggap aneh obsesi Daryll terhadap dunia sihir. Kegilaan mereka terkawinkan sejak hari pertama. Namun, ketika Daryll ingin memberikan lebih banyak, Andra nggak mengizinkannya.

Meski kartu tarotnya menyarankan agar Daryll mundur, dia memutuskan untuk merangkai petunjuk dari konstelasi bintang dan meraih apa yang ia pikir adalah miliknya.

Namun, jika astrologi dan mantra tidak mampu mengubah hati yang bukan miliknya, apa yang tersisa baginya?

- - - - - - - -

Bagi Daryll, semua hal di hidupnya harus pasti. Hitam, putih, tidak ada abu-abu. Meskipun dia banyak mempercayai astrologi dan zodiak, Daryll tetap membutuhkan kepastian. Kalau untuk permasalahan hidup aja Daryll seserius itu, apalagi untuk perasaan, benar kan? Pertama kali Daryll melihat Andra, dia nggak cuma terpesona, tapi juga merasa aneh, ada cewek yang seunik Andra.
“ Perasaan orang kan nggak sesimpel satu tambah satu sama dengan dua, Ryl. Kadang satu tambah satu sama dengan lima. Mungkin, itu yang ada di kepala Andra. Hanya karena dia dan Shaien nggak jadian, bukan berarti dia bakal segampang itu ngizinin orang lain buat ‘ngancam’ rumah tangga mereka.” — P. 136
Kedekatan Andra-Daryll selanjutnya, ternyata malah jadi rutinitas mereka berdua, disaat Shaien nggak bisa menemani, maka Daryll ada one call away-nya Andra. Bahkan Andra juga beberapa kali diajak ke rumah Daryll untuk melihat ‘koleksi’ dan juga mantra-mantra yang disebut Medina—ibu Daryll—aneh.

Tapi bagaimana kalau kali ini harapan Daryll tidak sesuai? Bisakah dia menerimanya? Atau malah kecewa berat karena harapannya sudah membumbung tinggi?


Membaca kisah Daryll di Witching Hearts emang bener-bener beda jauh sama sifatnya di The Name of The Game. Pantesan penulisnya bilang aku harus baca The Name of The Game dulu. Biar enggak clueless.

Karena kali ini banyak menceritakan sisi Daryll-Andra, Witching Hearts ini lebih mendalam dan kompleks ketimbang dua buku sebelumnya. Kalo di buku sebelumnya, Daryll keliatan ya cuek aja gitu, nggak ada intensi yang gimana-gimana. Di sini Daryll keliatan banget jadi cowok yang aneh, nyebelin, tapi lovable. Aku jadi tau, kenapa Daryll jadi cowok yang pendiem, gimana kesehariannya, termasuk gimana keluarganya Daryll. 

Pas awal baca sempet agak kaget ya, karena langsung disodorin Daryll yang mendadak punya barang unik—kalo gamau dibilang aneh—di kamarnya. Kayaknya, kalo aku jadi sodaranya Daryll, aku pun mengira dia pemuja aliran sesat. Bener-bener lengkap banget. Padahal, kalau dipikir-pikir, mungkin hal yang dipercaya Daryll tuh sama aja kayak Chinese yang percaya sama fengshui. Segalanya itu keselarasan hidup. Meskipun bisa dibilang percaya nggak percaya aja, tapi ini tuh bisa jadi banyak benernya. Misal, ada orang yang nggak bisa kalo punya rumah menghadap barat, alhasil serumah jadinya sakit terus nggak kelar-kelar. Atau kalo shio Ayam, nggak boleh punya rumah yang bagian seberangnya kali. Karena ayam kan cari makan di tanah, gimana bisa makan (nabung) kalo tanahnya kena air terus. Semacam kepercayaan gitu lah. Papaku lumayan percaya hal itu, jadi sedikit banyak aku juga memahami karakternya Daryll.

Nggak cuma tentang keanehannya Daryll aja, kita diajak menyelami perasaan Andra. Kalau kemarin di Happy Ending Machine kita lebih banyak dipaparkan tentang kebiasaan Andra, di sini kita lebih banyak diajak mendalami perasaan Andra. Tapi jujur, selama baca partnya Andra aku kesel banget. Pengen ngeplak deh, biar sadar.

Ngomongin Witching Hearts ini menurutku nagih setiap halamannya. Aku seneng banget bagian Daryll memulai opo-oponya. Gimana dia dengan sabar menjelaskan semua ritualnya. Gimana dia berusaha untuk legowo tentang perasaannya. Jadi sayang Daryll, padahal sebelumnya kesel pol.

Witching Hearts bener-bener bikin pengalaman bacaku jadi ke-upgrade. Hihi.. aku amaze banget gimana kak Adelina nulisnya, pasti riset mendalam banget, apalagi ini juga ada astrologinya. Kalo orang yang nggak bener-bener mendalami, pasti agak kesulitan. Sangat sangat menunggu karya terbaru kak Adel, apapun jenisnya kayaknya bakalan langsung kubaca deh. Haha..



From the book…
“Berapa banyak makanan yang lo lewatin cuma karena takut atau jijik, tanpa tau kalau hal itu bisa aja hadi pengalaman terseru seumur hidup lo? Kalau gue anaknya suka milih-milih makanan kayak lo, gue nggak akan tahu kalau daging piton itu lebih enak daripada ayam sama sapi.” — P. 82

“Ndra, kalau ‘bisa’ ini berhubungan sama orang lain, entah itu teman, keluarga, pokoknya faktor luar, yang terpenting itu lo harus merhatiin diri lo dulu. Kalau lo emang lagi ‘nggak bisa’, nggak usah dipaksa. Sebelum lo bisa ngasih ‘keluar’, lo harus ngasih ‘ke dalam’. Ke diri lo dulu. Salah satunya dengan memproses dan berdamai sama hujan badai itu. Lo harus belajar nerima kalau kadang, lo emang nggak bisa ngapa-ngapain buat menghaau ujan badai itu, supaya hujan badai itu bisa pergi dengan tenang.” — P. 130

“Perasaan orang kan nggak sesimpel satu tambah satu sama dengan dua, Ryl. Kadang satu tambah satu sama dengan lima. Mungkin, itu yang ada di kepala Andra. Hanya karena dia dan Shaien nggak jadian, bukan berarti dia bakal segampang itu ngizinin orang lain buat ‘ngancam’ rumah tangga mereka.” — P. 136

“Kita nggak bisa ngatur perasaan kita buat seneng terus, Ndra. Humans don’t work that way.” — P. 152

“Gue nggak nanya soal lupa, gue tanya, emang emosi negatif itu bisa sembuh kalau nggak dikeluarin? Kalau lo nolak buat sedih terus, nantinya lo jadi sulit untuk ngenalin perasaan lo sendiri dan orang lain. Kan nggak lucu kalau temen lo lagi nangis karena abis putus, malah lo suruh cari poin positif dari masalah dia. Ujung-ujungnya, lo jadi emotionally unavailable.” — P. 152

“Emosi ngebantu kita buat ngertiin situasi. Kalau lo sedih karena diputusin, berarti lo sayang banget sama cowok lo. Kalau gue bete karena makanan gue keasinan, itu berarti makanan ini udah ngerusak cheat day gue.” — P. 152

“Gue tahu lo sayang banget sama Shaien. Tapi, rasa sayang dan cinta itu nggak cuma hadir saat lo lagi merjuangin hubungan lo ke seseorang biar kalian tetap bersama. Terkadang, saking sayangnya lo sama seseorang, lo pun ikhlas memilih pilihan yang paling tepat untuk menyayangi orang itu, yaitu dengan ngelepasin dia.” — P. 257

“Cinta adalah yang tersisa saat masa-masa jatuh cinta—honeymoon phase itu selesai. Those that truly love have roots that grow towards each other underground and when all the pretty blossoms have fallen from their branches, they find that they are one tree and not two.” — P. 343