Life is Yours, Hidup ini Milikmu, Bukan Milik Orang LainIpnu R. NoegrohoAnak Hebat Indonesia230 Halaman
“ Jadi mulai sekarang, bersikap adillah kepada dirimu sendiri. Kamu juga berhak bahagia. Jika bukan kamu sendiri yang membuatmu bahagia, maka tidak ada yang pernah bisa memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya kepadamu.”
B L U R B
Tidak apa-apa untuk tidak tahu banyak hal, karena kamu manusia biasa, bukan Google. Tidak apa-apa untuk mengalami hal-hal yang memalukan, tidak apa-apa untuk belum jadi siapa-siapa di usiamu yang sudah seperempat abad ini.
Tidak apa-apa untuk membenci yang disukai orang lain, dan menyukai yang dibenci oleh orang lain.
Hidup bukan atas apa yang dikatakan orang, bukan pula atas apa yang ada di genggaman tangan orang. Life is your, hidup ini milikmu. Kamu yang berhak menentukan kemana kakimu melangkah, kamu yang berhak milih, mau jalan cepat ataukah lambat. Selagi kamu bahagia, kamu pasti akan menikmatinya.
- - - - - - - -
Sekarang ini dunia udah makin maju, semua hal udah mudah banget aksesnya. Ditambah dengan adanya media sosial, semuanya semakin mudah untuk dijangkau. Mendekatkan yang jauh. Lewat media sosial pun, kita semakin mudah berinteraksi melalui komen, story dan reposting. Semuanya bener-bener semakin mudah. Tapi apa iya, hal ini nggak berdampak negatif untuk kita?
“Ketahuilah bahwa bukan realitanya yang jahat, tapi ekspektasi tinggi yang membuat kita penat.” — P. 87
Dengan adanya media sosial yang cukup bebas, kita semakin mudah melihat kehidupan orang lain melalui apa yang diposting pemilik akun tersebut. Bisa artis, influencer, atau bahkan orang yang tidak terkenal sekalipun. Seringnya juga, hal ini jadi memicu kita untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Apalagi untuk remaja yang sudah menginjak umur 20 lebih, yang sekarang ini lebih dikenal dengan quarter life crisis.
Umur 20an udah punya tabungan sekian ratus juta, sementara penontonnya belum punya tabungan sebanyak itu. Artis A jalan-jalan lagi keluar negeri, penontonnya belum pernah pergi keluar kota. Tanpa sadar, perlahan kita mulai membandingkan hidup dengan orang lain. Semakin lama, semakin bikin kepikiran. “Iya juga ya, si A udah punya tabungan sekian. Aku belum ada tabungan sama sekali.” Padahal si A berasal dari keluarga yang berkecukupan, sehingga nggak ada yang namanya membiayai kehidupan orangtuanya, menyekolahkan adiknya. Sementara si B hidup sebagai sandwich generation. Dilihat dari sisi ini aja udah beda banget startnya.
Nggak hanya media sosial, tapi omongan tetangga, sanak saudara yang ketemunya cuma setahun sekali, kadang bikin kita semakin kecil, nggak jarang kita juga menginginkan kehidupan yang selama ini kita harapkan. Life is Yours, banyak sekali menekankan untuk hidup dengan bahagia. Bahagia yang nggak melulu tentang materi, bisa jadi karena hari ini bisa makan bakso viral, atau sekedar menikmati hari Minggu tanpa ada tekanan dari kantor. Kadang orang mendeskripsikan bahagia harus mencapai abcd, padahal bisa juga di dapat dari hal-hal kecil yang tidak terduga.
Di dalam Life is Yours, ada 7 topik besar yang berisikan tentang hal-hal yang harus kita lakukan. Dimulai dengan menghormati diri sendiri, bagaimana agar kita hidup dengan bahagia, hidup dengan indah, hidup lebih baik, hidup berdampingan dengan orang lain, tidak terlalu cemas, dan menjadi diri sendiri. Selama membaca, bener-bener diajak untuk merefleksikan kegiatan selama satu hari. Apakah kita sudah melakukan 7 topik besar ini? Sebagai budak korporat, selama jam kerja kadang bisa terlalu fokus dan sibuk sampai mengabaikan diri sendiri, kadang lupa minum atau terlambat makan. Hal ini tentu tidak baik jika sering dilakukan.
Jadi selama membaca, bener-bener diajak ngomong sama diri sendiri. Lebih banyak mendengarkan, apa iya, aku sudah melakukan yang terbaik versiku? Apa bener ketika aku melakukan hal itu, aku bahagia?
From the book…
“Janganlah kamu melakukan sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Tuhan saja tidak menyuruh kita melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Kamu harus bisa menolak jika kamu diminta melakukan sesuatu yang justru akan menyusahkanmu atau membuatmu terluka.” — P. 51
“Jadi mulai sekarang, bersikap adillah kepada dirimu sendiri. Kamu juga berhak bahagia. Jika bukan kamu sendiri yang membuatmu bahagia, maka tidak ada yang pernah bisa memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya kepadamu.” - P. 56
“Ketahuilah bahwa bukan realitanya yang jahat, tapi ekspektasi tinggi yang membuat kita penat.” — P. 87
“Kalian bercanda? Seharusnya, bercanda itu bisa membuat orang yang diajak bercanda tersenyum atau tertawa. Tapi kalau yang diajak bercanda justru ketakutan dan merasa terganggu seperti itu, berarti ada yang salah dengan candaan kalian.” — P. 148
“Jika tujuan utama kamu adalah agar semua orang menyukaimu, maka kamu harus bersiap-siap untuk kehilangan keunikan dan sisi spesial kamu.” — 160
No comments:
Post a Comment