Wednesday, June 4, 2025

[REVIEW] Witching Hearts


Witching Hearts
Adelina Ayu
Bhuana Sastra
368 Halaman

"Gue tahu lo sayang banget sama Shaien. Tapi, rasa sayang dan cinta itu nggak cuma hadir saat lo lagi merjuangin hubungan lo ke seseorang biar kalian tetap bersama. Terkadang, saking sayangnya lo sama seseorang, lo pun ikhlas memilih pilihan yang paling tepat untuk menyayangi orang itu, yaitu dengan ngelepasin dia.”


B L U R B

Daryll nggak menyangka akan bertemu cewek seperti Andra, yang berani meminum darah ular demi petualangan, dan nggak menganggap aneh obsesi Daryll terhadap dunia sihir. Kegilaan mereka terkawinkan sejak hari pertama. Namun, ketika Daryll ingin memberikan lebih banyak, Andra nggak mengizinkannya.

Meski kartu tarotnya menyarankan agar Daryll mundur, dia memutuskan untuk merangkai petunjuk dari konstelasi bintang dan meraih apa yang ia pikir adalah miliknya.

Namun, jika astrologi dan mantra tidak mampu mengubah hati yang bukan miliknya, apa yang tersisa baginya?

- - - - - - - -

Bagi Daryll, semua hal di hidupnya harus pasti. Hitam, putih, tidak ada abu-abu. Meskipun dia banyak mempercayai astrologi dan zodiak, Daryll tetap membutuhkan kepastian. Kalau untuk permasalahan hidup aja Daryll seserius itu, apalagi untuk perasaan, benar kan? Pertama kali Daryll melihat Andra, dia nggak cuma terpesona, tapi juga merasa aneh, ada cewek yang seunik Andra.
“ Perasaan orang kan nggak sesimpel satu tambah satu sama dengan dua, Ryl. Kadang satu tambah satu sama dengan lima. Mungkin, itu yang ada di kepala Andra. Hanya karena dia dan Shaien nggak jadian, bukan berarti dia bakal segampang itu ngizinin orang lain buat ‘ngancam’ rumah tangga mereka.” — P. 136
Kedekatan Andra-Daryll selanjutnya, ternyata malah jadi rutinitas mereka berdua, disaat Shaien nggak bisa menemani, maka Daryll ada one call away-nya Andra. Bahkan Andra juga beberapa kali diajak ke rumah Daryll untuk melihat ‘koleksi’ dan juga mantra-mantra yang disebut Medina—ibu Daryll—aneh.

Tapi bagaimana kalau kali ini harapan Daryll tidak sesuai? Bisakah dia menerimanya? Atau malah kecewa berat karena harapannya sudah membumbung tinggi?


Membaca kisah Daryll di Witching Hearts emang bener-bener beda jauh sama sifatnya di The Name of The Game. Pantesan penulisnya bilang aku harus baca The Name of The Game dulu. Biar enggak clueless.

Karena kali ini banyak menceritakan sisi Daryll-Andra, Witching Hearts ini lebih mendalam dan kompleks ketimbang dua buku sebelumnya. Kalo di buku sebelumnya, Daryll keliatan ya cuek aja gitu, nggak ada intensi yang gimana-gimana. Di sini Daryll keliatan banget jadi cowok yang aneh, nyebelin, tapi lovable. Aku jadi tau, kenapa Daryll jadi cowok yang pendiem, gimana kesehariannya, termasuk gimana keluarganya Daryll. 

Pas awal baca sempet agak kaget ya, karena langsung disodorin Daryll yang mendadak punya barang unik—kalo gamau dibilang aneh—di kamarnya. Kayaknya, kalo aku jadi sodaranya Daryll, aku pun mengira dia pemuja aliran sesat. Bener-bener lengkap banget. Padahal, kalau dipikir-pikir, mungkin hal yang dipercaya Daryll tuh sama aja kayak Chinese yang percaya sama fengshui. Segalanya itu keselarasan hidup. Meskipun bisa dibilang percaya nggak percaya aja, tapi ini tuh bisa jadi banyak benernya. Misal, ada orang yang nggak bisa kalo punya rumah menghadap barat, alhasil serumah jadinya sakit terus nggak kelar-kelar. Atau kalo shio Ayam, nggak boleh punya rumah yang bagian seberangnya kali. Karena ayam kan cari makan di tanah, gimana bisa makan (nabung) kalo tanahnya kena air terus. Semacam kepercayaan gitu lah. Papaku lumayan percaya hal itu, jadi sedikit banyak aku juga memahami karakternya Daryll.

Nggak cuma tentang keanehannya Daryll aja, kita diajak menyelami perasaan Andra. Kalau kemarin di Happy Ending Machine kita lebih banyak dipaparkan tentang kebiasaan Andra, di sini kita lebih banyak diajak mendalami perasaan Andra. Tapi jujur, selama baca partnya Andra aku kesel banget. Pengen ngeplak deh, biar sadar.

Ngomongin Witching Hearts ini menurutku nagih setiap halamannya. Aku seneng banget bagian Daryll memulai opo-oponya. Gimana dia dengan sabar menjelaskan semua ritualnya. Gimana dia berusaha untuk legowo tentang perasaannya. Jadi sayang Daryll, padahal sebelumnya kesel pol.

Witching Hearts bener-bener bikin pengalaman bacaku jadi ke-upgrade. Hihi.. aku amaze banget gimana kak Adelina nulisnya, pasti riset mendalam banget, apalagi ini juga ada astrologinya. Kalo orang yang nggak bener-bener mendalami, pasti agak kesulitan. Sangat sangat menunggu karya terbaru kak Adel, apapun jenisnya kayaknya bakalan langsung kubaca deh. Haha..



From the book…
“Berapa banyak makanan yang lo lewatin cuma karena takut atau jijik, tanpa tau kalau hal itu bisa aja hadi pengalaman terseru seumur hidup lo? Kalau gue anaknya suka milih-milih makanan kayak lo, gue nggak akan tahu kalau daging piton itu lebih enak daripada ayam sama sapi.” — P. 82

“Ndra, kalau ‘bisa’ ini berhubungan sama orang lain, entah itu teman, keluarga, pokoknya faktor luar, yang terpenting itu lo harus merhatiin diri lo dulu. Kalau lo emang lagi ‘nggak bisa’, nggak usah dipaksa. Sebelum lo bisa ngasih ‘keluar’, lo harus ngasih ‘ke dalam’. Ke diri lo dulu. Salah satunya dengan memproses dan berdamai sama hujan badai itu. Lo harus belajar nerima kalau kadang, lo emang nggak bisa ngapa-ngapain buat menghaau ujan badai itu, supaya hujan badai itu bisa pergi dengan tenang.” — P. 130

“Perasaan orang kan nggak sesimpel satu tambah satu sama dengan dua, Ryl. Kadang satu tambah satu sama dengan lima. Mungkin, itu yang ada di kepala Andra. Hanya karena dia dan Shaien nggak jadian, bukan berarti dia bakal segampang itu ngizinin orang lain buat ‘ngancam’ rumah tangga mereka.” — P. 136

“Kita nggak bisa ngatur perasaan kita buat seneng terus, Ndra. Humans don’t work that way.” — P. 152

“Gue nggak nanya soal lupa, gue tanya, emang emosi negatif itu bisa sembuh kalau nggak dikeluarin? Kalau lo nolak buat sedih terus, nantinya lo jadi sulit untuk ngenalin perasaan lo sendiri dan orang lain. Kan nggak lucu kalau temen lo lagi nangis karena abis putus, malah lo suruh cari poin positif dari masalah dia. Ujung-ujungnya, lo jadi emotionally unavailable.” — P. 152

“Emosi ngebantu kita buat ngertiin situasi. Kalau lo sedih karena diputusin, berarti lo sayang banget sama cowok lo. Kalau gue bete karena makanan gue keasinan, itu berarti makanan ini udah ngerusak cheat day gue.” — P. 152

“Gue tahu lo sayang banget sama Shaien. Tapi, rasa sayang dan cinta itu nggak cuma hadir saat lo lagi merjuangin hubungan lo ke seseorang biar kalian tetap bersama. Terkadang, saking sayangnya lo sama seseorang, lo pun ikhlas memilih pilihan yang paling tepat untuk menyayangi orang itu, yaitu dengan ngelepasin dia.” — P. 257

“Cinta adalah yang tersisa saat masa-masa jatuh cinta—honeymoon phase itu selesai. Those that truly love have roots that grow towards each other underground and when all the pretty blossoms have fallen from their branches, they find that they are one tree and not two.” — P. 343

No comments:

Post a Comment