Pak DjokoArin. TElex Media208 Halaman
"Nak, bukankah dahulu sudah pernah saya katakan kepadamu: percayalah kepada hatimu, maka kau pun akan senantiasa selamat.”
B L U R B
Aku dan adikku menghitung; setidaknya ada delapan sampai sembilan sosok ‘penghuni’ selain kami di rumah ini. ‘Mereka’ tak pernah jemu mengikuti kami, seolah hendak menyampaikan sesuatu tentang keluarga ini, yang semestinya sudah sejak lama kami ketahui.
Tiga hari menduduki rumah baru, kakak-beradik Bintang dan Gilang diadang penampakan berbagai wujud ‘makhluk penunggu’, hampir setiap waktu di setiap penjuru. Tak hanya interaksi intens dengan para hantu, rumor tak menyenangkan yang beredar di kalangan warga sekitar mengenai wisma yang kini mereka tinggali kian mendesak Bintang untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi di `rumah nomor tujuh-tujuh` bertahun-tahun lalu—sesuatu yang kemudian menyadarkannya bahwa kedatangan mereka sekeluarga ke sana merupakan awal mula dari segala malapetaka. Terlebih, kala musibah mulai menimpa salah seorang anggota keluarganya.
Mampukah Bintang menyelamatkan keluarganya dari belenggu teror alam astral sebelum jatuh tumbal?
- - - - - - - - -
Kehidupan Bintang bisa dibilang biasa saja. Tidak ada yang menarik selain kemampuannya yang bisa melihat hal lain yang tak kasat mata. Apalagi dengan cara hidup keluarganya yang nomaden, Bintang jadi sering sekali harus beradaptasi dengan suasana 'lingkungan' yang baru. Tapi nggak masalah, toh mereka juga nggak mengganggu Bintang dan keluarganya.
"Lagi pula, anak dengan weton Selasa Wage buruk peruntungannya. Dia akan menjadi beban bagi kita seumur hidupnya.” — P. 167
Ketika akhirnya Bintang dan keluarganya memiliki kesempatan untuk memiliki rumah sendiri, Bintang malah merasakan banyak sekali kejanggalan di rumah barunya. Mulai dari kompleks tempatnya tinggal yang cukup mewah—tidak sesuai dengan kondisi keuangan keluarga Bintang, beberapa penunggu yang muncul dan cukup membuat dia dan Gilang—adiknya, tidak nyaman. Anehnya, mereka seperti berusaha untuk mengatakan pada Bintang bahwa ada sesuatu yang disembunyikan di rumah itu.
Selain hawa-hawa yang tidak enak, gangguan yang terlalu sering, Bintang juga mendapati adik perempuannya sering sakit. Wah, udah tanda-tanda kalau ada yang aneh nggak sih? Bisa nggak ya Bintang dan Gilang memecahkan masalah ini?
Novel Pak Djoko ini sudah sejak kemunculannya di toko buku, bikin aku pengen baca. Meskipun dari covernya aja kita udah tau ya, kalo ini adalah novel horor.
Sejak awal membaca, kita sudah diajak untuk mengenal kehidupan keluarga Bintang yang serba mepet, bahkan untuk berangkat kuliah pun bergantian, atau salah satu dari mereka terkadang masih ikut membantu ibunya berjualan. Nggak ada yang aneh dan mengejutkan, sampai mereka bisa pindah ke rumah yang ada di dalem kompleks. Aku yang baca pun kebingungan, ya meskipun kadang ada aja jalannya seseorang untuk punya rumah ya. Tapi yang ini, too good to be true.
Bisa dibilang, Bintang itu tipe anak yang suka mengeksplor, termasuk dengan kemampuan yang dia punya. Waktu sampai, dia langsung bisa tau dan mulai mengenali siapa-siapa aja yang menghuni di rumah barunya, dan lokasi mahkluk halus itu sendiri. Sementara saudara-saudaranya ini nggak terlalu diceritakan, hanya diceritakan sesekali, nggak mendetail seperti Bintang.
Sebagai anak yang parnoan, selama baca tuh challenging banget buatku. Soalnya, penggambaran tentang mahkluk halus itu bener-bener detail dan aku tuh anak yang gampang buat bayangin sesuatu, jadinya makin parnoan gitu. Kak Arin berhasil menjelaskan dengan detil dan bikin kita takut-takut gitu pas bacanya. Apalagi pas di bagian Bintang menemukan bapaknya melakukan hal aneh. Duh, beneran deh, aku jadi takut pas keluar kamar malem-malem.
Menurutku, novel Pak Djoko ini nggak cuma ngebahas tentang hal supranatural dan mistis aja. Lebih kompleks, ya mirip dengan apa yang ada di kehidupan nyata, pesugihan untuk mendapatkan kekayaan, dibantu mahkluk halus untuk memecahkan sebuah masalah. Sebenernya hal-hal kayak gini tuh nyata, cuma mungkin jarang ada yang terungkap. Apalagi kalo ngebahas tumbal itu kan nggak melulu korbannya orang yang kita kenal, bisa aja bukan kita kenal, atau memang caranya cantik banget sampe kita mengira korbannya meninggal alami.

