Monday, June 9, 2025

[REVIEW] Life is Yours

Life is Yours, Hidup ini Milikmu, Bukan Milik Orang Lain
Ipnu R. Noegroho
Anak Hebat Indonesia
230 Halaman

“ Jadi mulai sekarang, bersikap adillah kepada dirimu sendiri. Kamu juga berhak bahagia. Jika bukan kamu sendiri yang membuatmu bahagia, maka tidak ada yang pernah bisa memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya kepadamu.”


B L U R B

Tidak apa-apa untuk tidak tahu banyak hal, karena kamu manusia biasa, bukan Google. Tidak apa-apa untuk mengalami hal-hal yang memalukan, tidak apa-apa untuk belum jadi siapa-siapa di usiamu yang sudah seperempat abad ini.
Tidak apa-apa untuk membenci yang disukai orang lain, dan menyukai yang dibenci oleh orang lain.

Hidup bukan atas apa yang dikatakan orang, bukan pula atas apa yang ada di genggaman tangan orang. Life is your, hidup ini milikmu. Kamu yang berhak menentukan kemana kakimu melangkah, kamu yang berhak milih, mau jalan cepat ataukah lambat. Selagi kamu bahagia, kamu pasti akan menikmatinya.

- - - - - - - -

Sekarang ini dunia udah makin maju, semua hal udah mudah banget aksesnya. Ditambah dengan adanya media sosial, semuanya semakin mudah untuk dijangkau. Mendekatkan yang jauh. Lewat media sosial pun, kita semakin mudah berinteraksi melalui komen, story dan reposting. Semuanya bener-bener semakin mudah. Tapi apa iya, hal ini nggak berdampak negatif untuk kita?
“Ketahuilah bahwa bukan realitanya yang jahat, tapi ekspektasi tinggi yang membuat kita penat.” — P. 87
Dengan adanya media sosial yang cukup bebas, kita semakin mudah melihat kehidupan orang lain melalui apa yang diposting pemilik akun tersebut. Bisa artis, influencer, atau bahkan orang yang tidak terkenal sekalipun. Seringnya juga, hal ini jadi memicu kita untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Apalagi untuk remaja yang sudah menginjak umur 20 lebih, yang sekarang ini lebih dikenal dengan quarter life crisis.

Umur 20an udah punya tabungan sekian ratus juta, sementara penontonnya belum punya tabungan sebanyak itu. Artis A jalan-jalan lagi keluar negeri, penontonnya belum pernah pergi keluar kota. Tanpa sadar, perlahan kita mulai membandingkan hidup dengan orang lain. Semakin lama, semakin bikin kepikiran. “Iya juga ya, si A udah punya tabungan sekian. Aku belum ada tabungan sama sekali.” Padahal si A berasal dari keluarga yang berkecukupan, sehingga nggak ada yang namanya membiayai kehidupan orangtuanya, menyekolahkan adiknya. Sementara si B hidup sebagai sandwich generation. Dilihat dari sisi ini aja udah beda banget startnya.

Nggak hanya media sosial, tapi omongan tetangga, sanak saudara yang ketemunya cuma setahun sekali, kadang bikin kita semakin kecil, nggak jarang kita juga menginginkan kehidupan yang selama ini kita harapkan. Life is Yours, banyak sekali menekankan untuk hidup dengan bahagia. Bahagia yang nggak melulu tentang materi, bisa jadi karena hari ini bisa makan bakso viral, atau sekedar menikmati hari Minggu tanpa ada tekanan dari kantor. Kadang orang mendeskripsikan bahagia harus mencapai abcd, padahal bisa juga di dapat dari hal-hal kecil yang tidak terduga.

Di dalam Life is Yours, ada 7 topik besar yang berisikan tentang hal-hal yang harus kita lakukan. Dimulai dengan menghormati diri sendiri, bagaimana agar kita hidup dengan bahagia, hidup dengan indah, hidup lebih baik, hidup berdampingan dengan orang lain, tidak terlalu cemas, dan menjadi diri sendiri. Selama membaca, bener-bener diajak untuk merefleksikan kegiatan selama satu hari. Apakah kita sudah melakukan 7 topik besar ini? Sebagai budak korporat, selama jam kerja kadang bisa terlalu fokus dan sibuk sampai mengabaikan diri sendiri, kadang lupa minum atau terlambat makan. Hal ini tentu tidak baik jika sering dilakukan. 

Jadi selama membaca, bener-bener diajak ngomong sama diri sendiri. Lebih banyak mendengarkan, apa iya, aku sudah melakukan yang terbaik versiku? Apa bener ketika aku melakukan hal itu, aku bahagia?



From the book…
“Janganlah kamu melakukan sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Tuhan saja tidak menyuruh kita melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Kamu harus bisa menolak jika kamu diminta melakukan sesuatu yang justru akan menyusahkanmu atau membuatmu terluka.” — P. 51

“Jadi mulai sekarang, bersikap adillah kepada dirimu sendiri. Kamu juga berhak bahagia. Jika bukan kamu sendiri yang membuatmu bahagia, maka tidak ada yang pernah bisa memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya kepadamu.” - P. 56

“Ketahuilah bahwa bukan realitanya yang jahat, tapi ekspektasi tinggi yang membuat kita penat.” — P. 87

“Kalian bercanda? Seharusnya, bercanda itu bisa membuat orang yang diajak bercanda tersenyum atau tertawa. Tapi kalau yang diajak bercanda justru ketakutan dan merasa terganggu seperti itu, berarti ada yang salah dengan candaan kalian.” — P. 148

“Jika tujuan utama kamu adalah agar semua orang menyukaimu, maka kamu harus bersiap-siap untuk kehilangan keunikan dan sisi spesial kamu.” — 160


Wednesday, June 4, 2025

[REVIEW] Witching Hearts


Witching Hearts
Adelina Ayu
Bhuana Sastra
368 Halaman

"Gue tahu lo sayang banget sama Shaien. Tapi, rasa sayang dan cinta itu nggak cuma hadir saat lo lagi merjuangin hubungan lo ke seseorang biar kalian tetap bersama. Terkadang, saking sayangnya lo sama seseorang, lo pun ikhlas memilih pilihan yang paling tepat untuk menyayangi orang itu, yaitu dengan ngelepasin dia.”


B L U R B

Daryll nggak menyangka akan bertemu cewek seperti Andra, yang berani meminum darah ular demi petualangan, dan nggak menganggap aneh obsesi Daryll terhadap dunia sihir. Kegilaan mereka terkawinkan sejak hari pertama. Namun, ketika Daryll ingin memberikan lebih banyak, Andra nggak mengizinkannya.

Meski kartu tarotnya menyarankan agar Daryll mundur, dia memutuskan untuk merangkai petunjuk dari konstelasi bintang dan meraih apa yang ia pikir adalah miliknya.

Namun, jika astrologi dan mantra tidak mampu mengubah hati yang bukan miliknya, apa yang tersisa baginya?

- - - - - - - -

Bagi Daryll, semua hal di hidupnya harus pasti. Hitam, putih, tidak ada abu-abu. Meskipun dia banyak mempercayai astrologi dan zodiak, Daryll tetap membutuhkan kepastian. Kalau untuk permasalahan hidup aja Daryll seserius itu, apalagi untuk perasaan, benar kan? Pertama kali Daryll melihat Andra, dia nggak cuma terpesona, tapi juga merasa aneh, ada cewek yang seunik Andra.
“ Perasaan orang kan nggak sesimpel satu tambah satu sama dengan dua, Ryl. Kadang satu tambah satu sama dengan lima. Mungkin, itu yang ada di kepala Andra. Hanya karena dia dan Shaien nggak jadian, bukan berarti dia bakal segampang itu ngizinin orang lain buat ‘ngancam’ rumah tangga mereka.” — P. 136
Kedekatan Andra-Daryll selanjutnya, ternyata malah jadi rutinitas mereka berdua, disaat Shaien nggak bisa menemani, maka Daryll ada one call away-nya Andra. Bahkan Andra juga beberapa kali diajak ke rumah Daryll untuk melihat ‘koleksi’ dan juga mantra-mantra yang disebut Medina—ibu Daryll—aneh.

Tapi bagaimana kalau kali ini harapan Daryll tidak sesuai? Bisakah dia menerimanya? Atau malah kecewa berat karena harapannya sudah membumbung tinggi?


Membaca kisah Daryll di Witching Hearts emang bener-bener beda jauh sama sifatnya di The Name of The Game. Pantesan penulisnya bilang aku harus baca The Name of The Game dulu. Biar enggak clueless.

Karena kali ini banyak menceritakan sisi Daryll-Andra, Witching Hearts ini lebih mendalam dan kompleks ketimbang dua buku sebelumnya. Kalo di buku sebelumnya, Daryll keliatan ya cuek aja gitu, nggak ada intensi yang gimana-gimana. Di sini Daryll keliatan banget jadi cowok yang aneh, nyebelin, tapi lovable. Aku jadi tau, kenapa Daryll jadi cowok yang pendiem, gimana kesehariannya, termasuk gimana keluarganya Daryll. 

Pas awal baca sempet agak kaget ya, karena langsung disodorin Daryll yang mendadak punya barang unik—kalo gamau dibilang aneh—di kamarnya. Kayaknya, kalo aku jadi sodaranya Daryll, aku pun mengira dia pemuja aliran sesat. Bener-bener lengkap banget. Padahal, kalau dipikir-pikir, mungkin hal yang dipercaya Daryll tuh sama aja kayak Chinese yang percaya sama fengshui. Segalanya itu keselarasan hidup. Meskipun bisa dibilang percaya nggak percaya aja, tapi ini tuh bisa jadi banyak benernya. Misal, ada orang yang nggak bisa kalo punya rumah menghadap barat, alhasil serumah jadinya sakit terus nggak kelar-kelar. Atau kalo shio Ayam, nggak boleh punya rumah yang bagian seberangnya kali. Karena ayam kan cari makan di tanah, gimana bisa makan (nabung) kalo tanahnya kena air terus. Semacam kepercayaan gitu lah. Papaku lumayan percaya hal itu, jadi sedikit banyak aku juga memahami karakternya Daryll.

Nggak cuma tentang keanehannya Daryll aja, kita diajak menyelami perasaan Andra. Kalau kemarin di Happy Ending Machine kita lebih banyak dipaparkan tentang kebiasaan Andra, di sini kita lebih banyak diajak mendalami perasaan Andra. Tapi jujur, selama baca partnya Andra aku kesel banget. Pengen ngeplak deh, biar sadar.

Ngomongin Witching Hearts ini menurutku nagih setiap halamannya. Aku seneng banget bagian Daryll memulai opo-oponya. Gimana dia dengan sabar menjelaskan semua ritualnya. Gimana dia berusaha untuk legowo tentang perasaannya. Jadi sayang Daryll, padahal sebelumnya kesel pol.

Witching Hearts bener-bener bikin pengalaman bacaku jadi ke-upgrade. Hihi.. aku amaze banget gimana kak Adelina nulisnya, pasti riset mendalam banget, apalagi ini juga ada astrologinya. Kalo orang yang nggak bener-bener mendalami, pasti agak kesulitan. Sangat sangat menunggu karya terbaru kak Adel, apapun jenisnya kayaknya bakalan langsung kubaca deh. Haha..



From the book…
“Berapa banyak makanan yang lo lewatin cuma karena takut atau jijik, tanpa tau kalau hal itu bisa aja hadi pengalaman terseru seumur hidup lo? Kalau gue anaknya suka milih-milih makanan kayak lo, gue nggak akan tahu kalau daging piton itu lebih enak daripada ayam sama sapi.” — P. 82

“Ndra, kalau ‘bisa’ ini berhubungan sama orang lain, entah itu teman, keluarga, pokoknya faktor luar, yang terpenting itu lo harus merhatiin diri lo dulu. Kalau lo emang lagi ‘nggak bisa’, nggak usah dipaksa. Sebelum lo bisa ngasih ‘keluar’, lo harus ngasih ‘ke dalam’. Ke diri lo dulu. Salah satunya dengan memproses dan berdamai sama hujan badai itu. Lo harus belajar nerima kalau kadang, lo emang nggak bisa ngapa-ngapain buat menghaau ujan badai itu, supaya hujan badai itu bisa pergi dengan tenang.” — P. 130

“Perasaan orang kan nggak sesimpel satu tambah satu sama dengan dua, Ryl. Kadang satu tambah satu sama dengan lima. Mungkin, itu yang ada di kepala Andra. Hanya karena dia dan Shaien nggak jadian, bukan berarti dia bakal segampang itu ngizinin orang lain buat ‘ngancam’ rumah tangga mereka.” — P. 136

“Kita nggak bisa ngatur perasaan kita buat seneng terus, Ndra. Humans don’t work that way.” — P. 152

“Gue nggak nanya soal lupa, gue tanya, emang emosi negatif itu bisa sembuh kalau nggak dikeluarin? Kalau lo nolak buat sedih terus, nantinya lo jadi sulit untuk ngenalin perasaan lo sendiri dan orang lain. Kan nggak lucu kalau temen lo lagi nangis karena abis putus, malah lo suruh cari poin positif dari masalah dia. Ujung-ujungnya, lo jadi emotionally unavailable.” — P. 152

“Emosi ngebantu kita buat ngertiin situasi. Kalau lo sedih karena diputusin, berarti lo sayang banget sama cowok lo. Kalau gue bete karena makanan gue keasinan, itu berarti makanan ini udah ngerusak cheat day gue.” — P. 152

“Gue tahu lo sayang banget sama Shaien. Tapi, rasa sayang dan cinta itu nggak cuma hadir saat lo lagi merjuangin hubungan lo ke seseorang biar kalian tetap bersama. Terkadang, saking sayangnya lo sama seseorang, lo pun ikhlas memilih pilihan yang paling tepat untuk menyayangi orang itu, yaitu dengan ngelepasin dia.” — P. 257

“Cinta adalah yang tersisa saat masa-masa jatuh cinta—honeymoon phase itu selesai. Those that truly love have roots that grow towards each other underground and when all the pretty blossoms have fallen from their branches, they find that they are one tree and not two.” — P. 343

Tuesday, May 27, 2025

[REVIEW] Coming Home


Coming Home
Sefryana Khairil
Lekha Media
456  Halaman

"Kadang-kadang kita lupa mempersiapkan diri menerima kekalahan. Mungkin karena kita terlalu banyak berharap yang baik-baik, jadi bingung berbuat apa saat menghadapi yang terburuk.”


B L U R B

AMIRA

Lima tahun sudah aku menata hati setelah perceraian yang menyakitkan. Aku siap membuka lembaran baru bersama seseorang yang aku harapkan tidak akan menorehkan luka lagi.

Tanpa pernah kusangka, mantan suamiku pindah ke Yogyakarta bersama putri kecilnya yang menjadi muridku. Kehadiran mereka mau tak mau membuka kembali luka yang susah payah kututup.
Namun, mengapa perlahan bidadari mungil itu membuatku... jatuh hati?

Tidak, aku tidak mau jatuh ke lubang yang sama. Hanya saja, aku tidak bisa menghindari ketika hatiku tergugah melihat perubahan sosoknya, jauh dari dirinya yang dulu.

Tetapi, aku terlalu takut terluka lagi.
Dan, aku tidak mau menyakiti hati yang lain.


RAYHAN

Aku pernah berada di atas. Namun, aku tidak pernah tahu akan adanya angin kencang yang mengempaskanku begitu saja. Aku kehilangan semuanya. Putriku adalah sumber kebahagiaanku satu-satunya. 

Setelah semua berantakan, kuputuskan membawa putriku pindah ke Yogyakarta. Tanpa pernah kuduga, di sana aku bertemu dengannya, mantan istriku yang kini menjadi guru putriku.

Kedekatannya dengan putriku membuatku terenyuh. Aku berusahan mendapatkan maafnya, hingga tanpa sadar aku menginginkannya kembali.

Tetapi, aku tahu diri, aku tidak bisa menjanjikan apa pun. 
Dan, mungkin kebahagiaannya bukan bersamaku.

- - - - - - - - - -

Bagaimana rasanya menjanda di umur yang bisa dibilang masih muda? Jangan tanya pada Amira. Rasa kesalnya masih tersisa. Dulunya, Amira sangat yakin bahwa pernikahannya hanya akan terjadi satu kali seumur hidup. Sepertinya itu hanya mimpinya, karena suami yang pernah sangat dia sayangi berselingkuh. Jangan tanyakan seberapa kecewa Amira, saking kecewanya, Amira kesulitan untuk membuka hatinya kembali.
”Hidup, mati, jodoh nggak ada yang tahu. Dulu kalian berpisah, mikirnya sudah nggak jodoh, terus Gusti Allah ketemuin kalian lagi dan ternyata masih berjodoh. Nggak ada yang tahu, kan?” — P. 242
Kepulangan Rayhan ke Yogyakarta ternyata membuatnya punya harapan kecil. Kembali menemukan bahwa Amira—mantan istrinya, yang ternyata masih belum menikah, membuat Rayhan bersemangat untuk mencari cara agar bisa dekat kembali dengan Amira.

Yang tidak Rayhan perhitungkan adalah bagaimana kalau status Amira hanya belum menikah, tapi dia sudah memiliki pengganti? Selain itu, apakah Amira bisa menerima putrinya?


Siapa yang suka baca novel tentang kehidupan rumah tangga? Aku mau ngacung paling tinggi! Buatku, cerita kehidupan after married selalu lebih menarik. Soalnya kita bisa dapat banyak insight kira-kira kalau menikah tuh halangannya apa aja sih? Seringnya masalah pernikahan itu berkutat dengan ekonomi, anak, mertua, dan karier. Nggak jauh beda dengan kenyataannya.

Buatku yang commit untuk menikah sekali seumur hidup, keputusan Amira-Rayhan jelas bikin aku bertanya-tanya. Awalnya aku sempat bingung, Amira yang segini baiknya, kenapa bisa cerai dari Rayhan? Apa kekurangan Amira? Sambil baca pelan-pelan, lambat laun aku sadar, masalahnya bukan di Amira, tapi di Rayhan. Sumpah ngeselin banget Rayhan ini.

Dengan alur yang maju-mundur, kita diajak untuk melihat kembali permasalahan Amira-Rayhan, apa penyebab mereka sampai memutuskan untuk bercerai. Nggak hanya itu, kita juga diajak untuk melihat perjuangan single dad. Biasanya kita hanya tau single mom, dan perjuangan seorang ibu yang mampu untuk menjadi sosok ibu sekaligus ayah untuk anaknya. Tapi single dad? Dari sekian judul buku yang aku baca, baru ketemu ini kayaknya. Dan ternyata seorang ayah kelimpungan banget ya kalau nggak ada istri yang mendampingi. Mungkin ini karena laki-laki itu nggak didesain untuk merawat seajeg perempuan, jadi instingnya cukup berbeda. Meskipun ada juga laki-laki bisa juga seajeg perempuan.

Perselingkuhan memang nggak termaafkan. Aku setuju, karena menurutku selingkuh itu penyakit yang kayak malaria, kalo nggak fit, bakalan kambuh lagi, kambuh lagi. Sama kayak selingkuh kan? Akan selalu ada excuse untuk kembali melakukan perselingkuhan. Dan aku percaya, kalo perselingkuhan itu yang bisa menyelesaikan ya hanya pelakunya. Selama pelakunya nggak mau mengakhiri, ya selamanya dia akan berada di lingkaran setan.

Selama baca, jujur aku kesel bangetbangetbanget sama Rayhan. Menghindari masalah, malah dia nyemplung dan tenggelem sama masalah yang dia buat sendiri. Tapi pas Rayhan terpuruk, aku juga kasian. Karena dia bener-bener sendirian, nggak ada yang bisa disambatin, dijadiin sandaran. Baru dari sanalah dia sadar, bahwa masalahnya sama Amira dulu tuh bisa nggak sampai selingkuh dan bercerai. Memang ya, yang namanya penyesalan selalu datang belakangan.

Dari Coming Home ini aku belajar banyak sekali kalau sudah menikah, ego sebaiknya diturunkan. Banyak yang bilang, menikah itu sebenernya memperbesar toleransi kita. Tapi tentunya setiap orang punya batasnya sendiri, dan komunikasi tetep yang paling utama.


From the book…
“Jar, ternyata kamu benar. Semakin jauh kita mengejar sesuatu, semakin sesuatu itu tak tergapai.” — P. 61

“Mira, dengar baik-baik. Hati itu beda sama otak. Kalau otak bisa diajari, tapi hati nggak. Dan hati nggak bisa berbohong, dia selalu tahu siapa yang dicintai.” — P. 101

“Kadang kita nggak sadar kalau sesuatu yang nggak kita senangi ternyata yang paling mampu membuat kita kuat.” — P. 159

“Aku merasa lucu, Mir. Terkadang, kit menginginkan sesuatu yang kita miliki untuk nggak pernah hilang. Tetapi, kita lebih sering lengah dan nggak sadar sesuatu itu sebenarnya sudah hilang.” — P. 163

“Kadang-kadang kita lupa mempersiapkan diri menerima kekalahan. Mungkin karena kita terlalu banyak berharap yang baik-baik, jadi bingung berbuat apa saat menghadapi yang terburuk.” — P. 164

“Ketika seseorang tahu tempat di mana dirinya merasa bahagia, sesulit apapun, asalkan bisa terus berada di tempat itu, pasti akan dilakukannya. Iya, kan?” — P. 179

“Hidup, mati, jodoh nggak ada yang tahu. Dulu kalian berpisah, mikirnya sudah nggak jodoh, terus Gusti Allah ketemuin kalian lagi dan ternyata masih berjodoh. Nggak ada yang tahu, kan?” — P. 242

Monday, May 19, 2025

[REVIEW] The Name of The Game

The Name of The Game
Adelina Ayu
Bhuana Sastra
331 Halaman

"Kadang, cowok tuh malah lebih ribet daripada cewek, ya? Mungkin karena mereka dituntut untuk selalu terlihat jantan, makanya nggak mau memperlihatkan sisi kalau mereka juga peduli dengan penampilan.”


B L U R B

Zio:
Wangi vanila. Mencintai supermarket. Nggak mengerti kenapa semua orang menyukai Daryll.

Daryll: 
Milo kaleng. Penggemar setia Sheila on 7. Nggak mengerti kenapa Zio anti dengannya.

Flo:
Kelopak bunga bluebell. Benci hujan. Terjebak di antara dua pilihan.

Sejak SMP, Zio hanya punya satu keinginan: mengalahkan Daryll dalam hal apa pun. Dan saat Daryll mendekati seorang mahasiswa baru yang juga dia sukai, Zio nggak menyangka kalau dia akan terlibat dalam sebuah permainan yang selalu dia hindari dengan rival abadinya; tentang arti menjadi laki-laki, persahabatan, dan cinta.

- - - - - - - -

Bagi semua cewek, berteman dengan Zio itu menyenangkan. Dia bisa ikut menggosip, berbagi makanan, dan tentu saja mengerti banyak sekali jenis skincare. Sayangnya, di mata para laki-laki, dia ini melenceng jauh dari yang seharusnya. Laki-laki ya harus terlihat gahar, apa itu skincare? Selama ini, Zio tidak peduli, yang dia pedulikan hanya tindak tanduk Daryll, sahabat sekaligus rival abadinya sejak SMP.

Bagi Daryll, berteman dengan Zio dan Shaien cukup menyenangkan. Mereka bisa saling menasehati dan memberi masukan satu sama lain. Tentu saja ini dia lakukan dengan Shaien, kalau dengan Zio, jelas banyak berantemnya. Dia sendiri heran, kenapa Zio sangat membencinya. Yang dia tidak tau, ternyata mereka mendekati satu mahasiswa yang sama, Flo. 
"Lo juga. Jangan mau merendahkan diri lo karena lo cewek. Jangan mau diatur-atur sama cowok atau siapa pun. Lo bebas melakukan apa yang lo mau, selama lo nggak merugikan orang lain.” — P. 287
Bagi Flo si mahasiswa baru, mengenal Daryll dan Zio merupakan hal yang menyenangkan, meskipun keduanya punya sifat dan sikap yang bertolak belakang. Bagi Flo nggak masalah, karena ini ternyata menjadi jalan mulusnya mengenal seluk beluk kampusnya. Tapi gimana kalo Flo ternyata suka smaa salah satu dari mereka?


Siapa yang suka beli buku buat ditimbun aja? Ngacung bersamaku! Aku beli The Name of The Game ini setelah aku membaca Happy Ending Machine. Memang, untuk baca ini nggak harus berurutan kok. Bisa mulai dari Happy Ending Machine dulu, tau The Name of The Game dulu, pokoknya jangan ke Witching Herts aja. Info dari penulisnya beda. Hihihi..

The Name of The Game ini menurutku cerita yang mengangkat kesenjangan sosial antara perempuan dan laki-laki. Bahkan sampai hari ini pun, masyarakat masih banyak banget yang menilai kalo cowok tuh kudu macho, berotot, gagah, nggak pake skincare, body lotion, dan berbagai perawatan lainnya. Padahal ya, merawat tubuh kan genderless, cowok atau cewek ya juga harus merawat tubuh dengan baik. Sementara kalau cewek yang tomboi, juga kadang salah, terlalu kecowok-cowokan, nggak sesuai kodratnya. Serba salah kan?

Nggak hanya mengangkat isu gender, tapi juga membahas tentang latar belakang persahabatan ketiga cowok gemes ini. Apa aja keresahan mereka dan bagaimana kehidupan mereka selama ini. Cukup menarik, apalagi ketiganya bener-bener beda banget kepribadiannya. Daryll yang misterius, selayaknya cowok pada umumnya, dan sangat mencintai milo ; Zio yang super higienis, dan sangat mencintai vanila; Shaien yang sangat amat tenang. 

Selama membaca, kita diajak lebih menyelami dunia antara Daryll sama Zio, karena Shaien sudah ada bagiannya sendiri. Bagaimana tanggapan orang-orang terhadap Zio, dan bagaimana pemikiran Zio. Kalau sisinya Daryll, dia emang semisterius itu. Gemes banget sama Daryll deh. Sementara Flo di sini ya ampun, mengingatkan aku pas masa baru-baru lulus SMA, kalo pas lagi suka-sukanya bisa ngstalk banget, bisa kepoin segalanya tentang dia.

Buatku, tokoh Zio paling menarik! Mungkin buat sebagian orang Zio ini annoying ya. Tapi buatku, Zio bener-bener jadi dirinya sendiri, nggak pusing sama omongan orang. Meskipun omongan orang kadang nyakitin hati ya. Tapi dia berusaha untuk tetap jadi dirinya sendiri. Luv banget sama Zio!


From the book...
"Hidup itu kadang membosankan, Flo. Makanya, kita harus bikin hidup lebih berwarna dengan mencari kebahagiaan dari hal-hal kecil, kayak mencari inspirasi dari label komposisi pada produk-produk rumah tangga” — P. 31

“Membiasakan diri dengan lingkungan baru jauh lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas-tugas di semester tua, kok. Mumpung masih semester satu, lo harus bagusin nilai lo dan cari temen sebanyak mungkin.” — P. 33

“Benar juga. Kenapa, ya? Cewek nggak marah kalau dibilang tomboi, tapi kalau cowok dibilang banci, ngamuknya langsung kayak apaan tauk. Padahal cewek sama cowok itu kan sama-sama manusia. Terus kenapa cowok harus marah kalau dibilang kayak cewek?” — P. 108

“Karena gue mau lo tahu, lo nggak perlu melawan Daryll cuma untuk jadi juara. Lo udah jadi pemenang dengan cara lo sendiri.” — P. 151

“Kadang, cowok tuh malah lebih ribet daripada cewek, ya? Mungkin karena mereka dituntut untuk selalu terlihat jantan, makanya nggak mau memperlihatkan sisi kalau mereka juga peduli dengan penampilan.” — P. 167

“Padahal menurut gue, hal itu nggak perlu. Setiap orang, cewek ataupun cowok, siapa sih yang nggak mau cakep? Dan kalau mau cakep, ya harus usaha. Makanya gue nggak ngerti kenapa mereka harus sembunyi-sembunyi cuma untuk nyisir.” — P. 167

“Karena di dunia ini memang nggak ada yang sempurna, dan hati kita ditakdirkan untuk terus mencinta. So, you have to deal with it.” — P. 219

“Karena menurut aku, kita itu bisa berubah, entah jadi lebih baik atau buruk karena orang yang kita suka. Emang sih kedengarannya dangkal banget, tapi siapa sih yang bisa ngasih kita pengaruh besar kalau bukan orang yang kita suka?” — P. 244

“Katanya, warna, fashion, olahraga, seni, dan lain-lain itu genderless. Nggak ada yang namanya warna khusus diciptakan buat cewek atau cowok. Kita bebas memilih apa pun yang kita mau. Konstruksi sosal yang seenaknya memisahkan mana yang untuk cowok, mana yang untuk cewek. Padahal mah yang kayak gitu tuh nggak ada.” — P. 285

“Lo juga. Jangan mau merendahkan diri lo karena lo cewek. Jangan mau diatur-atur sama cowok atau siapa pun. Lo bebas melakukan apa yang lo mau, selama lo nggak merugikan orang lain.” — P. 287

Friday, April 25, 2025

[REVIEW] Kresek Hitam

Kresek Hitam
Honey Dee
Laiqa
184 Halaman

"Kita memang nggak akan bisa mengatur orang lain agar melakukan hal yang tepat sama seperti yang kita inginkan, Ra. Hidup nggak bisa semudah itu. kekecewaan demi kekecewaan kepada orang yang kita pikir bisa kita sayangi itu wajar banget, Ra. Kakak juga merasakannya."


B L U R B

Maera pikir, masuk asrama rehabilitasi merupakan hukuman terbaik atas penebusan dosa-dosa masa lalunya. Ternyata, hukuman yang sesungguhnya didapat setelah dia keluar dari sana. Dia kehilangan saudara dan teman, di-DO dari kampus, dan yang jauh lebih buruk, tak lagi dipercaya kedua orangtuanya. 

Ketika Maera berusaha menata ulang kehidupannya, orang-orang yang dia harap bisa menolong malah berbalik menghancurkannya. Apakah beban yang terlampau berat ini mampu dihadapi Maera di usianya yang baru sembilan belas? Haruskah hidupnya berakhir bagaikan kresek hitam yang akan disingkirkan oleh keluarganya?

- - - - - - - -

Masuk di panti rehabilitas menjadi suatu pukulan untuk Maera. Apalagi ayah dan ibunya cukup dikenal sebagai dosen di salah satu kampus di Kalimantan, dan juga anggota partai. Masuknya Maera di panti rehab tentu aja jadi hal yang cukup memalukan. Sekembalinya Maera, dia mulai kehilangan arah, karena keluarganya nggak begitu welcome sama dia. tapi Maera kembali mengingat omongan Kak Sukma—pembimbingnya selama di rehabilitasi—bahwa ada kemungkinan untuk sulit diterima keluarga karena mereka kecewa.
"Kesalahan dan dosa orang lain bukan tanggung jawab kita. Tugas kita hanyalah berbuat baik pada siapa saja, termasuk orang yang jahatin kita. Siapa thau, kebaikan itulah yang akan menjadi amal kunci menuju surga. Paling tidak, kebaikan akan memberikan hati kita ketenangan." — P. 160
Maera masih berusaha menahan diri ketika semua anggota keluarganya masih menganggap kejadian kemarin itu adalah salah Maera, karena Maera terlalu bebas. Tapi bagaimana kalau ada perlakuan yang nggak mengenakkan dari saudara jauhnya, malah membuat Maera semakin dibenci orangtuanya? Ke mana Maera harus mencari bantuan?


Awalnya, aku mengira Maera ini pecandu karena sampai harus masuk ke panti rehabilitasi. Bagi sebagian orang, rehabilitasi bisa menjadi tempat terpuruk, atau menjadi kesempatan kedua untuk hidup yang lebih baik. Maera awalnya mengira panti rehab adalah neraka, semua orang yang melakukan hal negatif, ke sini semua. Tapi lambat laun, dia menyadari, bahwa panti rehab bisa membantunya menjadi pribadi yang lebih baik, punya pandangan dari sisi lain juga.

Mengangkat tema pelecehan seksual pada remaja yang sampai saat ini pun masih banyak korbannya. Dan sampai sekarang pun, korban pelecehan masih tetap jadi pihak yang salah. Entah karena bajunya, karena dianggap 'mengundang', dan masih banyak alasan lainnya. Padahal simpelnya ya karena pihak pelakunya nggak bisa menahan diri untuk nggak berbuat menyimpang, ini nggak terbatas untuk perempuan saja, karena pelecehan bisa terjadi sama laki-laki juga.

Baca Kresek Hitam ini bikin aku kembali mikir, kalo jadi cewek itu susah. Salah bener, kayaknya juga bakalan dinilai salah. Di kasus ini, Maera memang salah, hampir melakukan hal menyimpang, tapi ketika dia sudah kembali dan menjadi pribadi yang lebih baik, seharusnya anggota keluarganya juga membuka tangan. Nggak menyalahkan kalau ada yang masih kecewa, tapi setidaknya Maera menunjukkan kalau dia sudah berubah. Belum lagi saat dia dilecehkan, nggak ada yang percaya sama dia. Padahal dia sudah memberikan bukti. Gemes banget sama orangtuanya.

Kak Honey menulis Kresek Hitam dengan detail, aku suka sekali. Meskipun mengandung unsur agama, tapi nggak membuat kita yang baca jadi nggak nyaman. Malahan pelakunya juga salah satu orang yang cukup disegani di agamanya. Nggak hanya itu, kak Honey juga menjelaskan apa saja yang harus dilakukan ketika mendapatkan pelecehan seksual.

Kresek Hitam aku rekomendasikan banget untuk remaja dan juga orangtua. Dengan kemajuan jaman ini, harapanku sih orangtua nggak se'tertutup' atau sekolot dulu ya. Mau terbuka dengan fakta pelaku dan korban, bukannya malah membela pelaku. Pelecehan seksual tidak bisa dibenarkan, apapun alasannya. Tolong juga untuk lebih mendengarkan dari sisi korban. Nggak pernah ada yang mau dilecehkan.


From the book...
"Kita memang nggak akan bisa mengatur orang lain agar melakukan hal yang tepat sama seperti yang kita inginkan, Ra. Hidup nggak bisa semudah itu. kekecewaan demi kekecewaan kepada orang yang kita pikir bisa kita sayangi itu wajar banget, Ra. Kakak juga merasakannya." — P. 7

"Nggak, sih, Ra. Marah itu reaksi wajar kalau melihat kenyataan nggak seperti khayalanmu. Tapi marah itu juga bisa bikin hatimu sakit, Ra. Saat sakit hati, otak akan menilainya sebagai pengalaman negatif dan alam bawah sadar kamu bakal nyari cara buat jauhin mereka, penyebab rasa sakit itu." — P. 8

"Lebih baik kita menjaga kebersihan, Ra, daripada kita cape membersihkan. Belum tentu noda yang mengotori rumahmu itu bisa dibersihkan." — P. 42

"Rasa cinta itu asing, tapi menyenangkan. Bisa tertawa dan berlarian dengan teman itu menyenangkan. Bisa percaya dan dipercaya orang lain itu menyenangkan. Semua ini sangat baru untukku." — P. 137

"Nggak ada yang tahu gimana sakitnya korban perkosaan sampai dia merasakan sendiri. Nggak ada. Orang-orang yang menganggap remeh perkosaan, itu karena pikirannya sudah ditutup dengan pornografi dan hati mereka sudah mati, apalagi sampai menikahkan korban perkosaan dengan pelakunya. Itu kesintingan yang benar-benar nyata." — P. 149

"Kesalahan dan dosa orang lain bukan tanggung jawab kita. Tugas kita hanyalah berbuat baik pada siapa saja, termasuk orang yang jahatin kita. Siapa thau, kebaikan itulah yang akan menjadi amal kunci menuju surga. Paling tidak, kebaikan akan memberikan hati kita ketenangan." — P. 160

Wednesday, April 16, 2025

[REVIEW] Janji Matahari


Janji Matahari
Irma Syarief
Penerbit Cerita Kata
222  Halaman

"Seorang istri prajurit harus bisa menjaga muruah, harga diri, dan nama baik sang suami. Seperti halnya Frananda, kamu juga harus menyimpan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi. Kamu berbeda dengan perempuan biasa lainnya."


B L U R B

Seharusnya Sonia mendengarkan permintaan Frananda— berada di sisinya dan mendampinginya selama berada di tempat tugas baru. Bukankah ia sudah berulang kali mendengar bait-bait janji Mars Jalasenatri yang menggema di setiap pertemuan para istri prajurit TNI AL? Janji itu seharusnya tertanam kuat dalam hatinya.

Andaikan dia menuruti keinginan Frananda waktu itu, mungkin Sonia tak akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu yang kini menjeratnya dalam lingkaran cinta tak berujung. Dia pun tak perlu repot menghadapi ucapan tajam Mama yang selalu mempermasalahkan perbedaan status Frananda dengan keluarga besar mereka.

Frananda telah menyulam janji, mengikat hati Sonia dengan ketulusan dan cinta. Seharusnya, Sonia bertahan, teguh sebagai istri prajurit, apa pun pangkat yang tersemat di seragam suaminya. Namun, kini pikirannya terpecah.

Haruskah Sonia menyusul Frananda dan berjuang meraih mimpi mereka, atau kembali kepada Ruben—lelaki yang didukung sepenuh hati oleh Mama dan kedua kakaknya?

- - - - - - - -

Menjadi pasangan seorang tentara tentu saja membanggakan. Kebanyakan orang pasti membanggakan, apalagi tentara termasuk salah satu orang 'berseragam' yang cukup dipertimbangkan banyak orang. Sebenarnya, Sonia tidak begitu peduli pada seragam atau pun profesi seseorang. Yang penting hatinya dan bagaimana orangnya, seperti Frananda.
"Cinta sejati itu bukan tentang tampan atau buruk rupa. Bukan pula tentang kulit hitam atau putih. Apalagi, kaya atau mikin. Bagiku, cinta sejati itu tentang hati yang bahagia, ketulusan jiwa, dan selalu menggenggam kerinduan tanpa pernah berpaling walaupun raga terpisah." —P. 152
Sebagai istri tentara, kehidupan Sonia tentu saja bisa berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain, mengikuti Frananda. Sayangnya, kali ini dia memilih untuk tetap tinggal di Bandung dan mengurusi toko rotinya yang masih baru berjalan beberapa waktu. 

Seharusnya semua berjalan dengan baik, sampai masa lalu Sonia kembali dan mulai menampakkan dirinya. Apakah Sonia akan berpaling? Mengingat mantannya ini adalah mantan terakhir dan terindahnya.



Pas terpilih menjadi salah satu pembaca Janji Matahari, aku cukup senang sih. Soalnya aku selalu tertarik sama dunia tentara. Sama seperti Frananda, menurutku, mereka keren banget! Di Surabaya, beberapa kali kalau pas tanggal merah yang agak panjang, ada beberapa tentara yang masih sekolah (CMIIW) kalo pas jalan pake seragam, badannya tegep gitu. Suka aja ngeliatnya.

Dari Janji Matahari, aku jadi banyak belajar ternyata kehidupan jadi istri seorang angkatan itu nggak mudah. Sering ditinggal, komunikasi bisa tersendat karena nggak tiap saat pegang hp. Belum lagi kalo dinas, nggak sehari dua hari. Duh, kayaknya kalo itu aku, nggak betah deh. Aku anaknya clingy banget soalnya.

Frananda-Sonia ini bener-bener panutan dan kuat banget. Meskipun Frananda nggak semapan yang diharapkan keluarganya, Sonia tetep berpegang teguh sama pendiriannya, apalagi mamanya suka nyindir Frananda. Sedih banget. Aku juga suka sama semangatnya Sonia yang selalu menggebu-gebu kalo udah ngurusin tokonya. Sementara Frananda ini tipe cowok softboy dan sangat menghormati orangtua. Biarpun dia dijulidin sama mertuanya, dia masih bersikap baik. Beruntung banget pokoknya Sonia sama Frananda ini. Malah kadang Frananda yang nyabar-nyabarin Sonia kalo mamanya udah mulai ngeselin.

Kisah Frananda-Sonia ini menurutku lumayan sering terjadi di kisah hidup beberapa pasangan. Mantan yang mendadak kembali, apalagi ngisengin kehidupan rumah tangga bisa dibilang sering kita temukan kan? Kunci di sini komunikasi. Sonia menurutku keren banget. Dia mau terbuka hal apapun sama suamiya. Termasuk ketika sang mantan dateng. Nggak banyak loh yang kayak begini, karena mikirnya pasti, "Ah cuma sekali ini." atau, "Yang penting nggak mengganggu yang gimina gitu, kok.". Padahal kan terbuka sama pasangan juga nggak masalah. Dari sisi Franandanya sendiri pun dia menjelaskan banyak bagaimana perasaannya, apa ketakutannya. Bener-bener saling mengerti itu enak banget guys.

Janji Matahari ini rekomen banget untuk pasangan muda atau mungkin yang mau menikah. Supaya kita dapet insight lain dari hubungan Frananda-Sonia. Duh, sayang sekali sama mereka berdua ini.


From the book...
"Seorang istri prajurit harus bisa menjaga muruah, harga diri, dan nama baik sang suami. Seperti halnya Frananda, kamu juga harus menyimpan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi. Kamu berbeda dengan perempuan biasa lainnya." — P. 34

"Baskoro atau baskara artinya matahari. Kamu tahu sifat matahati? Menerangi alam semesta tanpa pamrih dan tidak mengeluh pada Sang Pencipta. Matahari selalu istikamah, adil dalam memberi cahaya, dan hangatnya tanpa membedakan makhluk ciptaan Allah. Matahari memperlakukan manusia dengan baik, tanpa peduli orang itu baik atau jahat." — P. 112 to 113.

"Cinta memang misteri. Terkadang, logika tidak bisa dikejar dengan pikiran jika sudah menyangkut hal-hal yang sudah Tuhan gariskan." — P. 138

"Cinta sejati itu bukan tentang tampan atau buruk rupa. Bukan pula tentang kulit hitam atau putih. Apalagi, kaya atau mikin. Bagiku, cinta sejati itu tentang hati yang bahagia, ketulusan jiwa, dan selalu menggenggam kerinduan tanpa pernah berpaling walaupun raga terpisah." — P. 152


Friday, March 28, 2025

[REVIEW] Memorial Perfume Shop


Memorial Perfume Shop
Jin Seolla
Pastel Books
234 Halaman

"Tidak mungkin. Jika benar cinta, dia pasti akan menemuinya. Bukan malah menyerah. Menyerah artinya tidak cinta.”


B L U R B

“Tidak ada satu pun kehidupan yang tidak berkilau.”

Ketika aroma mampu mengandung kenangan tak terbendung, Memorial Perfume Shop hadir untuk menampungnya. Toko parfum ajaib ini menyambut para klien terpilih yang ingin menumpahkan beban kerinduan akibat ditinggal orang terkasih.

Melalui racikan parfum, Jin Doo Ri, manajer toko parfum, dan Joyful, peracik parfum jenius, menyembuhkan jiwa-jiwa terluka agar mereka mampu menjalani sisa hidup tanpa penyesalan. Rasa sakit orangtua yang kehilangan putrinya, perempuan yang ditinggal kekasihnya, hingga hewan peliharaan yang ditinggal tuannya, disembuhkan secara ajaib di toko ini.

Tak peduli seberapa parahnya duka, sesulit apa masalah, serta siapa pun jiwa yang menderita itu, Jin Doo Ri dan Joyful selalu berhasil menyelesaikan semuanya. Namun, di lain sisi, siapa yang akan menyembuhkan duka yang mereka berdua simpan dalam hati?

- - - - - - - -

Kehilangan seseorang yang pernah hadir dalam hidup kita, pasti menyesakkan. Hal yang paling bikin takut adalah ketika kita lama-lama lupa dengan sosok orang ini. Bisa juga ada hal yang belum sempat kita sampaikan hingga membuat kita kepikiran dan banyak berandai-andai hal apa yang akan kita sampaikan atau hal apa yang belum kita lakukan.
“Benar, namun, kadang ada orang jahat yang ingin mencuri parfum jiwa. Sebab, parfum ini memiliki efek sementara bagi mereka yang bisa mengenali benda-benda spiritual. Tanpa tahu ada efek samping yang mengerikan.” — P. 93
Gimana rasanya mengenang seseorang melalui parfum? Biasanya, kita mengenang seseorang melalui barang kesayangan mereka. Entah boneka, baju, atau sengaja tinggal di kamarnya, agar bau mereka masih bisa kita hirup. Tapi gimana kalau ada yang mau meracikkan parfum sesuai dengan ‘bau’ orang yang meninggal. Wah, pasti menyenangkan sekali ya, kita nggak perlu takut untuk lupa dengan orang tersebut.

Memorial Perfume Shop, toko parfum yang ada di sebuah gang sempit, nggak banyak orang yang bisa ke sana, kecuali karena ada undangan untuk datang kemari. Jin Doo Ri, selaku manager dan Joyful selaku peracik parfum kenangan. Mereka berdua bersama membantu orang yang ditinggalkan agar tetap mengingat orang yang sudah meninggal.

Ada sembilan kisah yang berhubungan dengan kematian orang tercinta, mulai dari Cheol Jung - Mi Ok dan  Se Jeong yang kehilangan anak, Dong Gyu yang kehilangan neneknya,  Hae Yeon yang kehilangan saudaranya, Woo Yoo yang kehilangan pemiliknya, Phil Jae dan Seo Yeon yang kehilangan pasangannya, juga kisah Jin Doo Ri dan Joyful.

Membaca kisah di Memorial Perfume Shop ini bener-bener mengharukan, karena setiap dari mereka yang ditinggal meninggal, masih belum ada yang disampaikan baik permintaan maaf, atau permintaan terakhir yang terabaikan. Atau sekadar rindu saja.

Nggak cuma itu, Memorial Perfume Shop juga banyak menjelaskan bagaimana seseorang melewati duka, bagaimana akhirnya mereka bisa merelakan kehilangan, dan berdamai dengan saat ini. Kita diajak menyelami perasaan mereka yang ditinggalkan dari setiap kisah.

Buatku, kisah paling bikin nyesek itu saat adalah kisah Se Jeong yang kehilangan anaknya selama delapan tahun. Sebagai ibu baru, aku bisa merasakan, gimana sakitnya. Mengandung sembilan bulan, waktu kecil juga ditimang-timang, dibawa ke mana aja, lalu hilang dan nggak bisa ditemukan. Nggak tau juga keadaannya gimana, apakah dia masih sehat-sehat, atau dia sudah meninggal.

Sepertinya Memorial Perfume Shop ini perlu benar-benar ada di dunia nyata. Soalnya banyak banget yang butuh ini pasti. Aku salah satunya. Kehilanganku yang paling nyesek tuh waktu nenek dari mama dan kakek dari papa meninggal. Keduanya baik soalnya, jadi aku juga ngerasa banget pas mereka nggak ada. Apalagi dulu waktu aku masih kecil, kakek suka banget ngebelain aku dari omelan nenek karena makan pake ciki-cikian. Kalo nenek dari mama, memang rencana mau dateng ke pernikahanku, tapi nggak jadi. Jadi cukup nyesek banget.

Memorial Perfume Shop ini tipe bacaan yang ringan dan menyenangkan, meskipun ada kisah yang bikin nyesek. Tipe buku yang bisa bikin hati tenang gitu. Aku merekomendasikan ini untuk kalian, apalagi jumlah halamannya juga nggak begitu banyak. Dan ternyata, ini adalah novel pertama penulisnya, Jin Seolla, yang sudah diterbitkan dalam dua bahasa, Indonesia dan Vietnam! Keren banget deh!



From the book...
"Jika sudah menetapkan hati, siapa pun bisa mencurinya meski kamu sudah berhati-hati. Jadi, berhenti menyalahkan diri sendiri. Itu tidak membantu sedikit pun." — P. 92

“Benar, namun, kadang ada orang jahat yang ingin mencuri parfum jiwa. Sebab, parfum ini memiliki efek sementara bagi mereka yang bisa mengenali benda-benda spiritual. Tanpa tahu ada efek samping yang mengerikan.” — P. 93

“Apakah gengsi lebih penting daripada hidup seperti ini? Kakak, kan, mantan ahli parfum di Memorial Perfume Shop masa begitu saja tidak tahu, sih? Dibandingkan dengan siapa pun, kita seharusnya lebih tahu apa makna hidup dengan ‘baik’. Ini kan kehidupan kita yang kedua.” — P. 103

“Tidak mungkin. Jika benar cinta, dia pasti akan menemuinya. Bukan malah menyerah. Menyerah artinya tidak cinta.” — P. 140

“Aku sangat bahagia selama hidup denganmu. Tidak pernah sedikit pun aku tidak mencintaimu. Kamu segalanya bagiku. Karenanya, aku terus menggenggammu… bodoh sekali aku, baru menyadarinya hari ini. Sekarang, aku benar-benar akan merelakanmu. Sepertinya, aku sudah bisa melakukan itu.” — P. 199


Sunday, March 9, 2025

[REVIEW] Baby-to-Be



Baby-to-Be
Marina Yudhitia
Bentang Pustaka
350 Halaman

“For a disclaimer, perasaan takut, ragu, dan semua yang nggak nyaman selama hamil itu bakal tus datang dan pergi, San. Timbul dan tenggelam. Jadi, nggak akan langsung seratus persen berubah gitu aja kayak ngebalikin telapak tangan.”


B L U R B

Sebagai doula yang pekerjaannya mendampingi ibu hamil, Adel sendiri tak pernah ingin menjalani komitmen pernikahan, termasuk kehamilan. Pengalaman buruk keluarganya di masa lalu membuat Adel menganggap dirinya akan turut mewarisi kegagalan yang sama.

Sampai kemudian, Adel didatangi Bo, seekor bangau mitologis yang membawa buntalan kain berisi ruh calon bayi kepada sang ibu.

Adel pun dihadapkan pada satu pertaruhan: menemukan pemilik asli sang calon bayi, atau merelakan ruh bayi itu bersemayam dalam rahimnya

- - - - - - - - -

Memiliki pekerjaan sebagai doula—pendamping kehamilan—membuat Adel lebih banyak tau bagaimana harus menghadapi kehamilan, bagaimana respon yang tepat untuk menenangkan pasangan yang sedang menjalani kehamilan. Selama ini, Adel sudah menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, meskipun beberapa kali dia keceplosan mengatakan hal yang tidak seharusnya. Tapi kali ini, Adel melakukan kelalaian sebagai doula yang seharusnya standby, tapi dia menghilang!
”Iya, sih. Kesempatan kedua itu selalu ada, tapi itu pilihan. Tergantung apakah manusianya mau mengambil kesempatan itu, atau enggak sama sekali.“ — P. 174
Karena kesalahannya kali ini cukup fatal, Adel harus mengambil jeda dan merefleksi kesalahannya. Dalam masa refleksinya ini, dia malah didatangi Bo, si bangau pembawa bayi yang seharusnya cuma ada di dongeng-dongeng. Belum lagi, dia membawa bayi yang harus dicari pemiliknya secepatnya, atau Adel yang harus menerimanya. Bisakah mereka menemukan siapa pemilik asli bayi itu?


Ada yang pernah tau profesi doula sebelumnya? Sejujurnya, aku cuma pernah denger aja, nggak pernah mencari tau doula itu pekerjaan seperti apa. Ternyata pekerjaannya lumayan bermanfaat dan punya dampak yang cukup besar untuk pasangan yang menjalani kehamilan. Kita semua tau kan, kalau segampang-gampangnya menjalani kehamilan, pasti ada aja yang bikin kita worry.

Membaca Baby-to-Be kembali mengingatkanku sama kartun bangau pembawa bayi yang pernah aku lihat waktu pas kecil. Dulu, kukira punya anak juga begitu, akan ada bangau yang ketuk-ketuk di depan pintu bawa bayi dibungkusan. Ternyata nggak begitu! Ya ampun, polos banget aku jaman dulu. Bo, si bangau pembawa bayi ini nggak cuma sebagai tempelan aja. Kak Marina seru banget menjelaskan kehidupan Bo itu bagaimana, pekerjaan yang harus mereka selesaikan, sampai pembagian tugas antar bangau itu sendiri. Ternyata nggak cuma membawa aja, tapi juga memulangkan, kalau misalnya ada yang mengaborsi anak itu.

Di masa pencarian ‘ibu’ yang sebenarnya atas bayi yang dibawa Bo, ternyata malah membuat mata Adel lebih terbuka lagi. Kehidupan yang dilihat nggak cuma yang normal-normal aja, tapi juga dari berbagai kalangan. Adel jadi banyak belajar. Keliatan banget perkembangan karakternya Adel dari yang serampangan, seenaknya sendiri, jadi anak yang lebih tertata, jauh lebih peka dengan perasaan orang lain.

Baby-to-Be, meskipun banyak menjelaskan tentang kehidupan Adel, tapi juga banyak menceritakan keresahan di saat hamil sampai melahirkan. Apalagi dari sisi Bo. Bagaimana 'dunia' Bo yang sebenarnya, apa yang terjadi kalau menggugurkan bayi, dan banyak juga dibahas tentang kehidupan sebagai ibu di luar sana, yang mungkin sebagian besar kita sudah tau.

Baby-to-Be bener-bener heartwarming buatku. Nggak cuma tentang ibu hamil, tapi juga tentang perjuangan untuk memiliki anak dan membesarkan anak nggak semudah itu. Sangat-sangat-sangat merekomendasikan ini untuk dibaca bahkan anak SMA sekalipun. Jangan sampai melakukan kesalahan sebelum sah. Soalnya punya anak nggak gampang. Capek bangett.. Aku aja yang pengen punya anak, pas lahiran rasanya mau gila. Apalagi yang nggak menghendaki adanya bayi, bisa lebih gila daripada aku mungkin.

 
From the book…
“Coba, deh, lu jadian sama cowok, Del, or even better… nikah. Mungkin lu jadi bisa merasakan sendiri gimana kerikil-kerikil dalam berhubungan itu justru bisa jadi pemanis.” — P. 37

”Selama proses melahirkan itu, mungkin seorang wanita dianggap berada di titik terlemahnya. Titik ambang antara hidup dan mati. Tapi, yang gue lihat, justru wanita itu dengan magisnya, memancarkan satu kekuatan terpendam yang nggak akan pernah dia tunjukkan lagi kalau bukan dalam proses persalinan.” — P. 85

”Iya, sih. Kesempatan kedua itu selalu ada, tapi itu pilihan. Tergantung apakah manusianya mau mengambil kesempatan itu, atau enggak sama sekali.“ — P. 174

”Dan, kelak saat kamu jadi seorang istri dan ibu, Mama yakin kamu nggak akan mengalami apa yang menimpa Mama dan Manda. Karena nasib seseorang dianugerahkan terpisah, bukan diwariskan dari garis keturunan.” — P. 204

”Kesalahan itu ada supaya kita belajar, Nak, bukan untuk menjatuhkan kita dengan tuduhan ‘kamu gagal’. Selama jantung masih berdetak dan napas masih dapat dihirup, selama itu juga kita selalu punya kesempatan menjadi pribadi yang lebih baik. Apalagi, sekarang kita juga sepakat untuk melepaskan belenggu masa lalu, kan?” — P. 205

For a disclaimer, perasaan takut, ragu, dan semua yang nggak nyaman selama hamil itu bakal tus datang dan pergi, San. Timbul dan tenggelam. Jadi, nggak akan langsung seratus persen berubah gitu aja kayak ngebalikin telapak tangan.” — P. 270

The best thing a man can do to prove his love for his children is to love their mother first.” — P. 288

Sunday, February 23, 2025

[REVIEW] Viral



Viral
Laili Muttamimah
Gramedia Pustaka Utama
392 Halaman

"Sampai akhirnya saya tersadar bahwa secinta apa pun saya terhadap sesuatu, saya pasti akan menemukan sisi gelap dari hal itu, yang belum tentu bisa saya terima. Persepsi saya tentang kehidupan di media sosial berubah, karena masalah antara saya dan Keenan. Di sini saya mau meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.”


B L U R B

Ariel Latisha hanyalah anak SMA yang menganggap dirinya tidak cantik. Namun, kehidupannya berubah drastis saat dia diminta menjadi model foto Gyn the Label, merek baju milik ibu sahabatnya, Wendy. Siapa sangka, orang-orang justru menyukai sosok Ariel sebagai model dan dia mendadak terkenal di Instagram.

Ariel awalnya kikuk menjadi pusat perhatian, tapi dia memberanikan diri mengunggah banyak konten sesuai permintaan netizen. Berbagai kesempatan pun terbuka lebar: pengikutnya menembus angka ratusan ribu, diajak bergabung dalam influencer management agency, mendapatkan banyak tawaran endorsement, hingga menarik perhatian aktor ternama!

Segala kemewahan itu membuat Ariel terlena, sampai suatu hari video syurnya tersebar dan viral.

- - - - - - - -

Terbiasa hidup biasa yang cenderung menutup diri membuat Ariel jadi anak yang minderan. Apalagi kulitnya nggak sesuai dengan standar kecantikan masyarakat. Kulitnya sawo matang, dan lagi dia juga nggak pintar pakai make up. Yang bisa diandalkan hanyalah kerajinan dan otak encernya, inilah yang membuat dia lumayan dekat dengan Wendy, sahabatnya, selain karena orangtuanya juga pernah bekerja di rumah Wendy.
"Riel, Riel. Jangan kemakan iklan yang bilang cantik itu harus putih dan mancung! Kenapa banyak model wajah blasteran dipakai buat iklan skincare pencerah wajah? Karena itu tujuan produknya, Riel." — P. 30
Menjadi model pengganti Gyn The Label tentu tidak masuk dalam impiannya, karena impiannya melanjutkan pendidikan di salah satu PTN terkenal. Karena menjadi model pengganti inilah, dia mulai menginjakkan kaki menjadi seorang content creator, bertemu dengan banyak orang, masuk ke dalam agency, tapi gimana kalau Ariel kesandung skandal? Bisakah Ariel bertahan?


Menjadi content creator di Indonesia itu gampang nggak sih? Menurutku, gampang banget, soalnya orang Indonesia itu suka dihibur dan gampang banget ngeviralin sesuatu di sini. Unik dikit, viral. Nanti bermasalah dikit, viral. Beda banget sama negara tetangga yang kalo punya masalah tuh dicancel beneran.

Sama seperti Ariel, di saat dia kepepet dan butuh uang dalam jumlah besar, dia dapat tawaran untuk jadi model pengganti, meskipun awalnya uang yang didapatkan nggak langsung banyak, tapi lumayan kan? Apalagi dia juga pengen banget kuliah dan punya tabungan. Sebenernya ini nggak salah, namanya juga cari sampingan. Sayangnya, Ariel ini keblinger. Padahal pacar sama sahabatnya udah ngingetin dia untuk tetep fokus sama sekolahnya, biar ga kepecah. 

Kasus Ariel ini mirip sama aku dulu pas jaman kuliah. Karena aku udah lelah sama revisian habis sidang, dan pas itu juga aku ditawarin untuk lanjut kerja di tempatku magang, aku berujung hampir nggak lulus. Kerja itu bener-bener menyenangkan soalnya, dapet duit, habis pulang yaudah aja gitu. Nggak perlu mikirin besok revisi harus gimana, modul yang perlu dipake apa, tugas buat matkul harus gimana. Tapi menurutku, pelajaran tetep nomer 1 ya guys. Meskipun kita cuma ngejar gelarnya aja, tetep selesaikan sampai selesai.

Membaca Viral, kembali mengingatkanku sama artis-artis atau selebgram atau selebtok yang gampang banget viral, padahal nggak ada karya yang signifikan gitu. Memang terkenal karena bisa menghibur dengan tingkah lucunya aja, atau malah karena satu masalah. Indonesia ini emang jago banget lah kalo suruh ngeviralin orang.

Viral banyak banget pelajarannya, mulai dari kepercayaan diri, mengejar impian, sampai dunia entertain yang silau dan ternyata nggak semenyenangkan itu. Jadi pengingat sekali lagi, kalau sampai terjun ke dunia entertain, jangan sampai terlena dan terekam. Terlena aja nggak papa, kalau udah sampai di rekam-rekam, bahaya banget sih. Jejak digital itu bakalan ada selamanya.


From the book...
"Kulit memang nggak harus putih, Riel, tapi kesehatannya harus dijaga." — P. 15

"Riel, Riel. Jangan kemakan iklan yang bilang cantik itu harus putih dan mancung! Kenapa banyak model wajah blasteran dipakai buat iklan skincare pencerah wajah? Karena itu tujuan produknya, Riel. Model dipilih dari pesan yang mau disampein ke audiens. Di Indonesia, iklan pencerah wajah banyak banget, makanya model yang dipakai kebanyakan kulitnya terang. Biar seolah-olah kita bisa kayak mereka." — P. 30

"Kamu akan selalu nggak bisa sampai akhirnya berani mencoba. Sekarang simpan sebentar rasa takutmu, terus tanya sama hati kecilmu, sebenarnya kamu mau, nggak?" — P. 42

"Intinya, jadi diri sendiri aja, Riel. Jangan sampai kamu repot-repot ngelakuin hal yang ternyata nggak 'kamu banget', cuma biar dapat likes dari orang." — P. 85

"Prinsip gue, ikutin aja kata hari. Kalau lo yakin itu baik buat lo, lakuin. Kadang-kadang, yang bikin kita takut terjun ke dunia yang lebih besar itu bukan karena kita nggak mampu tapi karena kita belum familier sama situasinya." — P. 120

“Mendadak, aku menyadari, ketenaran tidak menjamin seseorang akan tetap dibela. Orang-orang yang awalnya mendukung kita habis-habisan bisa berbalik menjadi sosok yang menjatuhkan kita.” — P. 198

You know, Tante? I’m done. Aku udah capek hidup kayak gini, penuh kepura-puraan. Aku nggak bebas ngelakuin apa aja yang aku mau. Semua pilihan-pilihan hidupku harus ngikutin apa kata netizen, apa kata Tante. Ini hidupku, Tante! Aku berhak jalanin sesuai pilihanku sendiri!” — P. 211

“Sampai akhirnya saya tersadar bahwa secinta apa pun saya terhadap sesuatu, saya pasti akan menemukan sisi gelap dari hal itu, yang belum tentu bisa saya terima. Persepsi saya tentang kehidupan di media sosial berubah, karena masalah antara saya dan Keenan. Di sini saya mau meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.” — P. 288

“Semuanya udah terjadi, Riel, kamu nggak bisa balik lagi buat ubah semuanya. Tapi selalu ada kesempatan untuk mempebaiki, itu yang kita lagi coba sekarang. Kamu masih punya masa depan buat perjuangin, jadi jangan sia-siain peluang yang kamu punya.” — P. 295

Tuesday, February 18, 2025

[REVIEW] (Bukan) Pengantin Baru



(Bukan) Pengantin Baru
Yessie L. Rismar
Elex Media Komputindo
192 Halaman

"Nggak apa-apa. Kalau capek, kamu nggak harus terus berjalan apalagi berlari. Kamu bisa berhenti untuk istirahat. Nanti setelah tenaga kamu kembali terkumpul, kamu bisa kembali melangkah."


B L U R B

Di awal pernikahan Kiara dan Yaris tidak pernah terusik dengan pertanyaan kapan punya anak. Namun, ibarat suara nyamuk, lama kelamaan pertanyaan itu mengganggu juga. Terlebih ketika mertua Kiara yang biasanya adem ayem mulai merengek ingin cucu dan membandingkan mereka dengan orang lain. Masalahnya, bagaimana bisa punya anak kalau berhubungan intim saja Kiara dan Yaris masih tidak bisa?

- - - - - - - - - -

Menikah dan punya anak memang hal yang berkaitan erat, meskipun ada beberapa orang memilih untuk menikah saja, tanpa memiliki anak. Tapi ada juga beberapa orang yang sudah berusaha untuk mendapatkan anak, masih belum menemukan titik terangnya. Termasuk Yaris dan Kiara, mereka juga berusaha dengan berbagai cara. Masalahnya, gimana bisa punya anak, kalau berhubungan badan saja susah?
"Nggak, Ra. Pilihan kamu hanya satu: bahagiakan aku. Dan caranya juga hanya satu: tetap bersama aku. Aku nggak peduli kita bakalan punya anak atau nggak nantinya. Asal tetap sama kamu, apa pun keadaan kamu, itu udah cukup buat aku." — P. 105
Sebenarnya, Yaris dan Kiara nggak pernah ada masalah dengan hal ini, bagi mereka punya anak adalah rejeki, mungkin sekarang belum rejeki. Apalagi Kiara sendiri masih berusaha memahami apa yang terjadi pada dirinya. Berhubungan intim masa iya nggak bisa? Masa iya kalah sama anak kecil?


Tuntutan untuk punya anak setelah menikah ini.. cukup banyak yang mengalami. Mau itu pasangan yang udah lama menikah, ataupun yang baru. Nanti kalau udah punya anak, akan muncul tuntutan lainnya, mulai dari milestone bayi, sampai kapan nambah anak. Rantai setan ini, nggak ada habisnya. Bener-bener bikin pusing. Padahal kita belum tentu tau, masalah dalam rumah tangga orang gimana, apa keuangan mereka stabil, mentalnya sudah oke untuk punya anakkah? Dan masih banyak pertimbangan lainnya.

Kasus Yaris dan Kiara ini menurutku cukup langka, karena tidak semua perempuan pasti mengalaminya, tapi masalah yang dialami Kiara juga tidak banyak diketahui banyak orang. Vaginismus, kesulitan untuk melakukan hubungan badan. Pasti banyak orang mempertanyakan hal ini. Masa iya berhubungan badan aja susah? Bukannya cuma tinggal masuk aja? Tapi nyatanya enggak kan?

Masalah vaginismus ini aku baru tau beberapa tahun belakangan. Aku tahunya pun berkat follow salah satu akun yang memang concern membahas kehidupan seksualitas, dan ngtag orang yang berhubungan dengan vaginismus ini. Sejak inilah aku tau, bahwa nggak semua perempuan dengan mudah berhubungan badan. Banyak juga perlakuan yang tidak menyenangkan terhadap vaginismus. Mungkin sebagian besar dari mereka juga nggak tau.

Nggak cuma menyebutkan vaginismus, tapi juga banyak dijelaskan tentang kendala dan bagaimana penanganannya. Strugglenya Yaris-Kiara ini ada banget. Apalagi hal itu awam banget, bahkan konsul ke ahlinya aja masih diremehin. Jadi bikin orang males juga kan untuk konsul kalau mereka butuh bantuan.

Yaris di sini jadi suami paling favorit! Bener-bener support dalam kondisi apapun. Apalagi sempat ada permintaan untuk nikah lagi, supaya Yaris bisa punya keturunan, tapi dia dengan tegas bilang enggak! Ya ampun ya ampun, bener-bener ijo neon. Caring, dan mau support Kiara apa pun keadaannya. Prinsipnya itu loh. Perbanyak dong cowok-cowok yang kayak begini ini.

(Bukan) Pengantin Baru ini wajib banget dibaca. Nggak cuma tentang pernikahan aja, tapi juga belajar prinsip dari Yaris. Harus!


From the book…
“Aku sayang kamu gimana pun kondisinya. Kalau aku saja bisa menghargai kamu, kamu juga harus menghargai kamu sendiri.” — P. 11

"Katanya, 'Saya menikah bukan buat punya anak, tapi untuk ibadah. Istri kan tempat ibadah juga, ladang pahala. Lagian, istri bukan mesin untuk membuat anak, kan?'" — P. 25

"Tapi hidup memang begitu, kan? Ujian ketika kita kecil, remaja, dewasa, sesuai porsinya. Ya meskipun ada orang-orang yang menanggung beban lebih berat dibanding orang-orang lain seusianya." — P. 28

"Ra, benar bahwa seks itu penting dalam pernikahan. Tapi, buat aku pernikahan nggak melulu soal seks. Di mata aku pernikahan nggak serendah itu. Buat aku pernikahan adalah tempat kita untuk menjadi orang yang lebih mandiri dan kuat. Pernikahan itu sekolah tanpa akhir. Siap menikah artinya siap belajar selamanya." — P. 31

"Kamu harus tahu kalau kegagalan kita dalam berhubungan ini sama sekali nggak mengurangi rasa sayangku, malah semakin bertambah." — P. 51

"Semua orang udah meneror aku dengan pertanyaan kapan hamil, Bu. Mertua, tetangga, teman-teman, bahkan sahabatku sekarang sudah hamil. Please, Bu. Aku pengin ngerasa aman dan nyaman di keluarga sendiri." — P. 54

"Nggak apa-apa. Kalau capek, kamu nggak harus terus berjalan apalagi berlari. Kamu bisa berhenti untuk istirahat. Nanti setelah tenaga kamu kembali terkumpul, kamu bisa kembali melangkah." — P. 76

"Nggak, Ra. Pilihan kamu hanya satu: bahagiakan aku. Dan caranya juga hanya satu: tetap bersama aku. Aku nggak peduli kita bakalan punya anak atau nggak nantinya. Asal tetap sama kamu, apa pun keadaan kamu, itu udah cukup buat aku." — P. 105

"Aku selalu sayang kamu, Ra. Nggak ada orangtua yang sempurna, begitu juga anak yang sempurna. Nggak ada istri yang sempurna, begitu pula suami. Yang ada hanya ada dua: orang yang berusaha jadi lebih baik dari sebelumnya, sesuai dengan kemampuan dan usahanya, atau orang yang nggak peduli dengan apa pun, nggak mau berubah, dan nggak mau mengubah keadaan." — P. 152

Sunday, February 9, 2025

[REVIEW] Sisi Tergelap Surga


Sisi Tergelap Surga
Brian Khrisna
Gramedia Pustaka Utama
304 Halaman

"Kalau dengan beragama lantas bikin kamu merasa lebih suci dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain, sosok siapa yang kamu teladani selama ini? Siapa yang kamu sembah selama ini? Egomu?"


B L U R B

Jakarta kerap menjadi pelabuhan bagi mereka yang datang membawa sekoper harapan. Mereka yang siap bertaruh dengan nasibnya sendiri-sendiri. Namun, kota ini selalu mampu melumat habis harapan dan menukarnya dengan keputusasaan.

Pemulung, pengamen, pramuria yang menjajakan tubuh agar anaknya bisa makan, pemimpin-pemimpin kecil yang culas, lelaki tua di balik kostum badut ayam, pencuri motor yang ingin membeli obat untuk ibunya, remaja yang melumuri tubuh dengan cat perak, hingga mereka yang bergelut di terminal setelah terpaksa merelakan impiannya habis digerus kejinya ibu kota.

Di Jakarta, semua orang dipaksa bergelut dan bertempur demi bisa hidup dari hari ke hari. Dan di kampung inilah semua itu dimulai. Sebuah cerita tentang kehidupan orang-orang yang hidup di sisi tergelap surga kota bernama Jakarta..

- - - - - - -

Jakarta selalu menjadi tujuan banyak orang. Hidup di Jakarta selalu dianggap sukses, keren dan megah. Jadi banyak sekali para perantau yang berangkat ke Jakarta dengan harapan di Jakarta kehidupan mereka jadi lebih baik, yang mereka tidak tau, Jakarta ternyata nggak sesilau itu. Kehidupan di Jakarta cukup menyesakkan untuk sebagian orang.

Dari sebuah kampung di sudut kota Jakarta, semua cerita ini dimulai. Kampung ini terdiri dari berbagai macam manusia dengan berbagai latar belakang, dan juga pekerjaan. Ada Rini  dan Juleha yang menjadi PSK, Syamsuar yang memilih untuk berdagang nasi goreng, Kuncahyo yang bekerja di mall, Danang yang bekerja kantoran, Bang Tomi si preman terminal, Karyo—manusia silver bersama dengan Pulung dan Jawa yang biasanya menghuni di pos ronda, Nunung dan Sobirin yang berjualan tahu jablay sambil menjaga Ujang, Tikno anak pak RT yang hidupnya nggak tentu.
"Kunci supaya biasa saja menghadapi semua hal aneh di kota ini ya dengan membiasakan diri dengan hal-hal yang nggak biasa. Jadi, jangan hakimi cara bertahan hidup orang-orang ya, Tom."
Setiap tokohnya punya banyak impian yang mereka bawa ketika ke Jakarta, bisakah mimpi itu terwujud? Atau malah jadi angan-angan yang disimpan saja?


Akhirnya membaca Sisi Tergelap Surga juga. Novel ini belakangan sering banget bermunculan di timelineku. Apalagi menurut review banyak orang, menarik.

Pertama kali membaca Sisi Tergelap Surga, kukira bakalan biasa aja. Apalagi menceritakan sisi kelam Jakarta. Siapa sih yang nggak tau kotornya Jakarta? Tapi dari sini kita lebih dibuka lagi matanya. Aku udah cukup kaget, karena bahasanya kasar, dan... wow, banyak sekali ya tokoh yang dipakai di sini. Karena memang beneran sekampung, dengan beragam karakter dan pekerjaan. Tapi hebatnya lagi, kak Brian bisa menjelaskan setiap tokohnya tanpa membuat kita kebingungan ini siapa dan bagaimana masalahnya. 

Seperti layaknya sebuah kampung, setiap rumah punya cerita. Cerita di sini cukup beragam, karena tokohnya juga beragam umurnya. Dari yang masih bayi sampe udah gede bangkotan pun ada. Masalah yang dihadapi juga cukup beragam, tapi tetap berawal dari uang. Bagaimana setiap tokohnya berjuang untuk mencari uang, mulai dari pekerjaan yang halal sampai haram. Perjuangan setiap tokohnya juga nggak gampang.

Setiap tokoh di sini porsinya juga pas. Nggak ada yang terlalu banyak, atau terlalu sedikit. Semuanya dikupas dengan perlahan sampai kita tau apa yang membuat mereka sampai di posisi yang sekarang ini. 

Sisi Tergelap Surga bener-bener membuka mataku lebih lebar lagi. Aku tau, kalau cerita Rini, Juleha, Gofar, dan tokoh lainnya di dunia nyata banyak sekali, tapi ini bener-bener berasa deket banget sama kita. Konflik yang dihadapi juga nggak cuma batin, tapi juga dilema moral. Di satu sisi harus tetap berbuat baik, tapi di sisi lain, harus mencari uang dengan cepat.

Nggak hanya membahas tentang perjuangan setiap tokohnya, tapi aku juga banyak sekali belajar kalau setiap mereka yang sedang berjuang itu juga kebingungan. Kadang, apa yang kita nilai negatif atau bertolakbelakang dengan nilai moral masyarakat, mereka juga paham kok. Mereka sebenernya juga nggak mau melakukan hal itu, tapi gimana lagi? Berbagai cara sudah ditempuh, hasilnya nggak sesuai dengan yang diharapkan.

Baca novel ini nggak bisa berhenti! Setiap halamannya nagih. Bikin pengen nyelesaiin, tapi juga ada beberapa hal yang bikin aku mual pas baca. Jadi saranku, nggak cocok untuk dibaca pas lagi makan. Untuk anak under 18 tahun, harus jauh-jauh dari novel ini, soalnya bahasa yang dipakai di sini kasar, dan nggak banget untuk anak under 18 tahun. Meskipun kita semua tau ya, kalo anak jaman sekarang sudah dewasa pada waktunya.


From the book...
"Tetap jadi lonte saja, Rin. Hidup ini cuma mampir doang terus modar dimakan cacing. Toh nikah atau nggak nikah nggak bakal beda jauh buat lo. Itu cuma soal memilih, mau menghabiskan seumur hidup badan lo dipakai satu orang, atau dipakai banyak orang. Tapi kalau lo milih hidup dengan satu cecunguk, paling nggak cari cecunguk yang bisa cari duit, bukan yang bisanya cuma morotin."

"Kunci supaya biasa saja menghadapi semua hal aneh di kota ini ya dengan membiasakan diri dengan hal-hal yang nggak biasa. Jadi, jangan hakimi cara bertahan hidup orang-orang ya, Tom."

"Kalau dengan beragama lantas bikin kamu merasa lebih suci dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain, sosok siapa yang kamu teladani selama ini? Siapa yang kamu sembah selama ini? Egomu?"

"Hidup tak seindah itu. Sesudah badai tak selalu ada pelangi. Terkadang yang kauterima justru lebih parah. Jalanan becek yang membuat langkahmu terasa berat, atau bahkan pohon tumbang yang menghalangi jalanmu."

"Semua orang bisa dengan bebas menghakimi, bebas menghina, bebas memandang sebelah mata. Namun, tidak semua orang mampu menyadari bahwa terkadang, cara terbaik untuk tetap melaju adalah dengan merangkak, tak peduli jika kepala lebih rendah dan lebih sering menghirup aroma kotoran dari kaki orang lain. Tak apa, yang penting, tetap berjalan."

"Hidup memang suka bercanda. Terkadang, yang terlihat buruk di matamu justru tak lebih buruk daripada kebusukan diri sendiri yang berusaha kausembunyikan rapat-rapat."

"Ya tetap hidup. Bertahan hidup. Yey pikir semua yang dilakukan orang-orang berdosa kayak kami di luar sini buat senang-senang doang? Nggak. Ini semua buat bertahan hidup."

"Kalau yey memang harus menilai seseorang, nilailah dia dari caranya menilai orang lain. Bukan dari bagaimana nilai yang selama ini yeys terapkan dalam hidup yey sendiri. Sebab, benar atau salah itu relatif, tergantung dari sepatu siapa yey berdiri." 

"Hidup tuh dijalanin aja. Tapi kalau ai boleh kasih saran, yey jangan pernah bugil di depan kamera ya. Jangan sampai divideoin. Manusia itu biadab. Sesayang-sayangnya yey sama laki, jangan pernah izinin dia buat videoin yey pas lagi ngewong."

"Ah itu sih biasa aja. Udah biasa ai dihina orang. Yey tahu apa enaknya hidup dalam kehinaan? Orang-orang udah nggak bisa menghinamu lagi. Wong emang kamu udah hina kok."

"Hidup adalah pertarungan. meski selama ini oranng-orang di kampung terlihat diam, saling sapa, saling bersikap baik, tapi sebenarnya mereka sedang saling mengamati. Menanti kejatuhan orang lain. Menanti keburukan orang lain terbongkar. Untuk kemudian menginjak-injaknya dengan ganas selayaknya derajat mereka lebih suci daripada yang lain."

"Betul kata orang-orang, beberapa anak memang terlahir beruntung di tengah keluarga yang berkecukupan materi. Sisanya lebih beruntung karena diberi hati dan tulang yang kuat untuk berusaha sendiri."

"Kita harus ngerasain hidup semenderita-menderitanya dulu biar nanti orang-orang bisa belajar dari kita cara bertahan hidup."

"Bagi beberapa orang, bahagia itu tidak sulit untuk dicari. Kebahagiaan bisa lahir dari hal-hal kecil, seperti dengkur kucing liar yang kekenyangan selepas makan, bayi-bayi kucing yang berebut puting susu ibunya, atau wanita tua yang duduk di makam suaminya. Kebahagiaan selalu dekat dengan hati yang bersyukur."

Tuesday, January 28, 2025

[REVIEW] Dewa Angkara Murka



Dewa Angkara Murka
Aya Widjaja
Gramedia Pustaka Utama
416 Halaman

"Pertimbangan penting ketika memutuskan menikah bukan cuma soal pasangan, tapi juga orangtua calon pasangan dan bagaimana penerimaan mereka.”


B L U R B

Namanya Dewangkara Maheswara. Namun, anak buahnya sepakat mengganti namanya menjadi Dewa Angkara Murka. Selain tukang murka, dia juga suka bertitah bagai dewa. Apa pun yang diinginkan harus tercapai saat itu juga. Termasuk saat Dewang “memerintah” Mosha menjadi “pasangannya” supaya dia batal dijodohkan. Mosha awalnya menolak. Namun, undangan pernikahan dari Kyle—rekan kerja sekaligus mantan pacar—membuat hati Mosha terbakar.

Selama lima tahun pacaran, Kyle bilang dia tidak percaya komitmen. Tak lama setelah putus, Kyle malah menikah. Tentu saja Mosha sakit hati. Mosha akhirnya membuat perjanjian dengan iblis—eh, Dewang. Adakah cara yang lebih jitu untuk membalas mantan selain menghadiri pernikahannya dengan membawa pasangan yang jauh lebih keren?

“Kita nggak mungkin dibilang setingan karena nggak masuk akal karyawan nyuruh bosnya nemenin dia ke kondangan mantan.”

- - - - - - - - -

Putus hubungan dengan Kyle sudah membuat hari-hari Mosha memburuk, tapi sepertinya hal ini tidak cukup. Karena Kyle secara tiba-tiba menyebarkan undangan bahwa dia akan menikah dalam waktu dekat. Hal ini jelas memperburuk keadaannya. Mau nggak mau, Mosha harus menerima tatapan mengasihani dari seisi kantornya.
"Cara terbaik membalas mantan adalah dengan menghadiri pernikahannya bersama pasangan baru yang jauh lebih baik daripada dia.”
Dewangkara atau yang biasa disebut karyawannya Dewa Angkara Murka, bos yang hatinya nggak bisa ditebak, bisa kadang baik banget, atau jahat banget. Seringnya memang jahat banget. Hari itu, entah kenapa, lebih memilih memanggil dan membuat Mosha menjadi pacarnya. Mosha nggak cuma kaget, tapi dia juga bingung, karena Dewang bersedia menemani Mosha pergi ke kawinan Kyle.

Kalau sudah kacau begini, Mosha bisa apa selain menjalankan sandiwara bersama Dewang, tapi pertanyaannya, sampai kapan? Karena effort Dewang untuk menjadi pura-pura sangat menyakinkan sekali.


Cover bagian depan Dewa Angkara Murka ini cukup gemesin, dengan warna pink dengan gambar city tower. Nggak ada penggambaran ngeselin tentang bos dan karyawannya. Tapi pas baca bukunya, rasanya pengen bilang, "Menyala Dewangku!".

Ditinggal menikah sama mantan memang ngeselin dan bikin sakit hati. Pas awal ngebaca, duh rasanya kesel banget, apalagi satu kantor. Makin kerasa dong keselnya. Apalagi mereka pacarannya juga sudah lama. Apalah arti 5 tahun, kalau nggak nikah. Meskipun pisahnya baik-baik, tapi kalau dalam waktu singkat udah sebar undangan, apa nggak langsung negatif thinking? Mosha sendiri juga masih mempertanyakan ini, kenapa kok tiba-tiba Dewang mau menawarkan diri untuk menemaninya ke pernikahan Kyle?

Dewang ini adalah tipikal bos pada umumnya, kalau bisa kita, kenapa harus orang lain? Harus bisa memanfaatkan hal atau jasa sebaik-baiknya. Tapi dibalik sifatnya yang memang ngeselin ini, dia juga bos yang cukup loyal lho. Kalau ada rapat, ada snack boks dan makanan. Mana ada di dunia nyata? Ya setidaknya ada yang baik lah dari dirinya.

Sementara Mosha, dia ini karyawan yang cukup tahan banting, mungkin karena didukung sama lingkungannya juga ya. Apalagi ada Kinoy, sahabatnya yang mulutnya cablak banget, tapi siap kapan aja. Juga ada Mbak Afni yang siap pasang badan kalau anak-anaknya kena semprot. Kalau Kyle, dia ini sebenernya berkompeten, tapi kelakuannya emang minus banget banget. Perselingkuhan itu nggak termaafkan ya.

Dewa Angkara Murka, banyak membahas tentang dunia kerja apalagi bagian digital, bagaimana cara mencari supplier yang sesuai, dan juga tentang perselingkuhan dengan kiat-kiat membalas dendam dengan elit. Ada juga pembahasan tentang kenapa sebenernya Kyle selingkuh. Alasannya nggak dibenarkan, tapi cukup menyentuh. 

Yang aku suka tuh effortnya Dewang, untuk ukuran pura-pura, Dewang bener-bener mau usaha lebih. Walaupun kadang ditolak Mosha, kadang dijudesin juga. Tapi ya dia tetep usaha dengan caranya sendiri. Aku juga suka sama mamanya Dewang, dari luar, beliau ini keliatan kayak orang kaya yang bakalan memandang segalanya dengan uang. Nyatanya, enggak! Dia welcome banget sama Mosha, malah lebih milih sama rekomendasi tukang jaitnya Mosha yang deket rumah dibanding sama butik-butik ternama.

Aku baca novel ini sehari lebih dikit, karena di kantor kerjaan nggak begitu banyak dan juga nagih banget baca ini. Penasaran sama gebrakan apa yang bakalan dilakuin Dewang sama Kyle.