Sunday, January 20, 2019

[Review] Rooftop Buddies


Judul : Rooftop Buddies

Penulis : Honey Dee

Penerbit : Gramedia

Tebal : 254 Halaman

"Cinta itu meningkatkan harapan hidup. Dalam banyak kasus, cinta menyembuhkan depresi separah apa pun. Saat mencintai seseorang, yang kamu inginkan adalah kehidupan dan kesehatannya. Begitu juga sebaliknya."


BLURB

Buat Rie, mengindap kanker itu kutukan. Daripada berjuang menahan sakitnya proses pengobatan, dia mempertimbangkan pilihan lain. Karena toh kalau akhirnya akan mati, kenapa harus menunggu lama?

Saat memutuskan untuk melompat dari atap gedung apartemen, tiba-tiba ada cowok ganteng berseru dan menghentikan langkah Rie di tepian. Rie mengira cowok itu, Bree, ingin berlagak pahlawan dengan menghalangi niatnya, tapi ternyata dia punya niat yang sama dengan Rie di atap itu.

Mereka pun sepakat untuk melakukannya bersama-sama. Jika masuk ke dunia kematian berdua, mungkin semua jadi terasa lebih baik. Tetapi, sebelum itu, mereka setuju membantu menyelesaikan "utang" satu sama lain, melihat kegelapan hidup maisng-masing... Namun, saat Rie mulai mempertanyakan keinginannya untuk mati, Bree malah kehilangan satu-satunya harapan hidup.

- - - - - - - - -

Mirielle, atau yang biasa dipanggil Rie, mengidap penyakit kanker. Saluran Pernapasan. Cukup mengerikan untuk ukuran anak yang baru saja tujuh belas tahun. Sudah melewati beberapa kali kemoterapi dan juga mengonsumsi berbagai macam vitamin dan obat yang cukup mengerikan untuk sebagian orang. Memang saat ini dia sudah dinyatakan 'bersih' dari penyakit itu. Namun tetap saja, dia masih harus melakukan kontrol check up berkala dan meminum vitamin agar menjaganya. Jangan lupakan pola makan yang harus bersih dan sehat.
"Hal terburuk sebagai penderita kanker adalah bagaimana orang-orang yang kamu cintai melihat proses kematianmu secara perlahan-lahan." — P. 20
Bagi Brian, alias Bree, kehidupannya berhenti sejak masa lalunya menjadi orang asing yang ada di rumahnya. Ayahnya berubah, Ibunya pun. Apalagi yang harus dilakukannya? Tidak ada. Satu-satunya hal yang diinginkannya adalah pergi dari dunia ini sebelum Ibunya. Dia takut sendirian. Karna itulah, bunuh diri menjadi satu-satunya jalan yang tersedia.

Bertemu di atas atap apartemen tempat Bree dan Rie tinggal, menjadi salah satu pertemuan mereka yang malah menghambat kematian satu sama lain. Tapi, karena ada utang yaitu wishlist mereka sebelum mati. Mereka akan melakukan wishlist mereka dan kemudian mati. Itu yang sudah mereka rencanakan. Tapi apakah mereka akan bertahan dan mati bersama?


Novel yang cukup hits beberapa waktu lalu. Lalu, kenapa aku baru baca? Ya karena aku memang tipikal orang yang nggak suka baca novel yang lagi hits. Jadi ya aku bacanya telatan gitu.

Novel ini aku suka. Pelajaran untuk hidup sehatnya masuk, terus semangat untuk berjuangnya juga dapet. Apalagi dibumbui dengan percintaan ala remaja yang tidak menye-menye. Aku suka. Apa ya? Semangatnya itu menurutku. Realistis banget sama kita. Kanker apalagi. Selalu jadi momok untuk kita, selalu bikin kita bakalan mati besok, padahal ya enggak. Bisa disembuhkan, selama penanganannya lebih cepat dan tepat.

Sudut pandang penceritanya dari sisi Rie aja. Tapi cukup menceritakan keseluruhan semuanya. Jadi nggak bingung gimana sikapnya Bree dan yang lainnya.

Nah, di sini, aku juga menemukan kekurangannya. Ada beberapa kematian yang mendadak menurutku. Apa ya, terasa nggak masuk akal aja menurutku. Nggak ada tanda-tanda, tapi kemudian mati. Ya emang sih, namanya orang, matinya nggak ada yang tau. Cuma menurutku aneh aja. Hehe..

Quotable:
"...Jangan melakukan sesutau yang akhirnya kamu sesali, bahkan kematian." — P. 30

"Maksudku, kalau memang ada yang ingin dilakukan sebelum mati, kenapa kita nggak mewujudkannya? Apa gunanya ditulis kalau hanya untuk dimasukkan ke kantong? Aku bisa tetap jadi kuntilanak kan, Bree?" — P. 36

"Kamu nggak bisa melakukan apa pun kalau terus memikirkan pendapat orang lain. Kamu nggak bisa menyenangkan semua mata. Lakukan apa yang menurutmu benar. Yang benar nggak akan terasa salah." — P. 105

"Jatuh cinta itu membuat orang jadi lebih stres sebenarnya, tapi di sisi lain kebahagiaan karena dicintai dan diperhatikan menghasilkan perubahan hormon yang sangat bagus untuk tubuh. Nggak heran sih, Rie, kondisimu terus membaik." — P. 249

"Cinta itu meningkatkan harapan hidup. Dalam banyak kasus, cinta menyembuhkan depresi separah apa pun. Saat mencintai seseorang, yang kamu inginkan adalah kehidupan dan kesehatannya. Begitu juga sebaliknya." — P. 250

No comments:

Post a Comment