Saturday, August 27, 2022

[REVIEW] A Very Yuppy Wedding

A Very Yuppy Wedding

Ika Natassa

Gramedia Pustaka Utama

288 Halaman

"Tapi kadang-kadang ya, Dre, kita nggak bisa melawan keras kepala dengan keras kepala juga. Justru elo sebagai perempuan harus bisa menundukkan Adjie dengan kelembutan elo."



B L U R B

It feels like it's my Blackberry who's engaged with his Blackberry. Kalau kesibukan kami tetap seperti ini setelah menikah, bisa dipastikan we'll be having technological intercourse a lot more than sexual intercourse.

Andrea in A Very Yuppy Wedding.

INGREDIENTS:

The life of a business banker is 24/7, dan bagi Andrea, bankir muda yang tengah meniti tangga karier di salah satu bank terbesar di Indonesia, rasanya ada 8 hari dalam seminggu. Power lunch, designer suit, golf di Bintan, dinner dengan nasabah, kunjungan ke proyek debitur, sampai tumpukan analisis feasibility calon nasabah, she eats them all. Namun, di usianya yang menginjak 29 tahun, Andrea mungkin harus mengubah prioritasnya, karena sekarang ada Adjie, the most eligible bachelor in banking yang akan segera menikahinya.
So she should be smilling, right?

Tidak di saat ia harus memilih antara jabatan baru dan pernikahan, menghadapi wedding planner yang demanding, calon mertua yang perfeksionis, target bank yang mencekik, dan ancaman denda 500 juta jika ia melanggar kontrak kerjanya. Dan tidak ada yang bisa memaksanya tersenyum di saat ia mulai mempertanyakan apakah semua pengorbanan karier yang terlah ia berikan untuk Adjie tidak sia-sia, ketika ia menghadapi kenyataan bahwa tunangan sempurnanya mungkin berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri.

- - - - - - - - -

Kehidupan Andrea sebagai banker yang sering bepergian ke luar kota, gaji dan bonusan yang cukup banyak mungkin akan membuat iri semua orang. Belum lagi karier yang sedang ditatanya ini juga mulai menampakkan hasil. Kehidupan percintaannya juga nggak buruk-buruk amat kok. Hidupnya imbang, antara karier dan percintaan. Adjie, salah satu rekan kerjanya yang juga merangkap jadi pasangannya, cukup menyenangkan. Meskipun mereka nggak bisa terlalu terbuka di publik karena peraturan kantor yang nggak memperbolehkan adanya hubungan yang lebih dari teman kerja.
"Andrea, aku nggak mau kamu punya pikiran kamu tidak bisa percaya padaku, aku juga begitu ke kamu. Pernikahan kita nanti mau jadi apa kalau untuk hal-hal seperti ini kamu tidak bisa berterus terang?" P. 178
Kehidupan Adjie, hampir sama dengan Andrea. Rutinitasnya tidak jauh-jauh dari membuat laporan penilaian terhadap debiturnya, kunjungan nasabah, yang terakhir tentu saja, menghabiskan waktu diam-diam bersama Andrea. Diam-diamnya bahkan sampai jalan ke mall pun mereka harus yang jauh sekalian dari lingkungan yang sekiranya membuat mereka akan bertemu dengan teman kantor atau atasan.

Mempunyai hubungan yang disembunyikan tentu saja nggak enak kan? Nggak hanya harus diam-diam, tapi juga menahan rasa cemburu kalau salah satu dari mereka sampai dideketin sama rekan kerja lainnya, mereka sama-sama nggak bisa apa-apa! Kesel kan?

Masalah mereka semakin rumit ketika mereka berdua akhirnya memutuskan menikah. Ini artinya, salah satu dari mereka harus keluar dan mencari pekerjaan baru. Nggak cuma itu saja, masalah menikah juga cukup memusingkan, mulai dari adat, hingga wedding planner yang menerornya seperti debt kolektor! Bagaimana cara Andrea dan Adjie melaluinya?

Mengikuti perjalanan Adjie dan Andrea bener-bener nyenengin! Gimana enggak? Diajak mereka menyelami kehidupan sebagai banker. Selama ini, kukira kehidupan banker tuh nyantai lho. Meskipun mereka punya deadline, itu cuma terjadi di waktu tertentu aja. Ya semacam bekerja di kantor akuntan gitu. Sebagai analis kredit, ranah pekerjaannya mirip-mirip memang, harus mereview calon debitur, apakah kreditnya masih bisa diperpanjang apa enggak, diajak seneng-seneng sama klien juga ayok. Melelahkan juga ya.

Hubungan backstreet itu, selalu nggak pernah menyenangkan. Bener nggak? Mau jalan, harus sembunyi-sembunyi atau cari barengan supaya nggak ketahuan, padahal kan pengen juga diakui di publik, supaya nggak banyak orang yang cari-cari kesempatan buat milikin kan? Sangat paham dengan hubungan Andrea-Adjie, meskipun mereka berdua sama-sama dewasa dan sama-sama paham batasan masing-masing, tapi bukan nggak mungkin, ego juga ikutan main. Nah, di saat ego mereka minta dipenuhi, nggak semudah itu untuk memuaskan egonya. Godaannya banyak banget! Mana Adjie juga cowok yang cukup sedap dipandang mata, mana kalo ngomong tuh adem banget! Makin takut kehilangan dia nggak sih, kalau udah begini?

Selain pekerjaan, mereka juga punya masalah lainnya, pernikahan. Sebenarnya, kedua keluarga mereka ini bisa dibilang nggak pernah bertemu sebelumnya, jadi ya nggak ada masalah yang berarti. Perbedaan suku juga nggak jadi hambatan. Seharusnya, hubungan mereka ini mulus kan? Hambatannya cuma dari kantor aja? Nggak semudah itu, Sayang. Tau kan kalau orang mau menikah itu, godaannya banyak? Mulai dari masalah pernikahan itu sendiri, pasangan yang mendadak berubah jadi power ranger, ragu sama pasangan, bahkan sampai mantan yang mendadak dateng. Nah, kalau kasusnya Adjie-Andrea adalah.. perselingkuhan! Kesel nggak sih? Udah mau nikah lho. Mana emang yang jadi pelakornya ini cewek yang agak gatel gitu deh. Duh, jadi makin kesel.
 
Menurutku, kalau masalah hubungan dari Adjie-Andrea ini, datang dari mereka berdua. Adjie yang terkadang terlalu menggampangkan, dan Andrea tipe yang yaudah aku percaya kamu, tapi sekalinya nggak percaya, dia bisa jadi intel. Nggak cuma itu aja, Andrea ini tipe cewek yang kadang juga menggampangkan, terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran 'kalau', lalu memilih untuk menyembunyikan hal itu, padahal itu semua belum tentu terjadi. Nah, pas kejadian, bingung deh gimana cara jelasinnya ke Adjie. Beneran gemes banget sama mereka berdua. Kadang yang Adjienya nggampangin, Andreanya juga nyembunyiin. Sabar banget ya sahabat mereka, kalo jadi sahabatku, mungkin sudah kuomelin habis-habisan. Hahaha..

Secara keseluruhan, novel ini asik banget buat dibaca, menyenangkan, masalah yang dihadapi juga nggak bikin kita mikir berat. Jadi mengalir bersama ceritanya aja gitu.