Tuesday, December 27, 2022

[REVIEW] Sweetshit

Sweetshit

Adellelia

48 Parts on Cabaca – Ending

"Karena perjalanan kita masih panjang. Karena itu jangan menyerah dulu sebelum kita memulai dan menjalaninya, Riss. Halangan dan cobaan pasti akan menerjang, tapi aku yakin kita akan dapat menghadapinya."


B L U R B

Katanya, bagi seroang wanita, memiliki sahabat seorang pria, ibarat mempunyai seorang kekasih yang tidak akan pernah meninggalkan mereka. Well, terdengar menyenangkan sekaligus menggiurkan.

Kira-kira, seperti itulah yang dirasakan Carissa Andara Putri. Wanita berumur tiga puluh satu tahun yang bersahabat dengan Kaiden Putra Syahreza. Seorang Barista yang sedang merintis jejaring usaha coffee shop miliknya di Jakarta. Carissa dan Kaiden pikir, persahabatan mereka akan selalu abadi. Carissa akan selalu ada jika Kaiden membutuhkannya, begitu pula dengan Kaiden yang selalu siap sedia kapan pun Carissa membutuhkannya.

Namun, saat persahabatan mereka akhirnya diuji dengan komitmen, rencana pertunangan Kaiden dengan kekasihnya dan lamaran tiba-tiba yang diterima Carissa dari pria yang baru beberapa bulan ini ditemuinya, akankah kedua insan ini tetap menganggap persahabatan mereka di atas segalanya? It's kinda sweet but full of shit!

Ikuti kisah Carissa dan Kaiden, di mana sepasang sahabat terjebak dalam hubungan yang membuat mereka harus memilih. Terjebak dalam friendzone tapi nyaman? Ataua naik pangkat walau menghadapi jalan terjal?

- - - - - - - - -

Carissa dan Kaiden, dua orang yang bersahabat sejak kecil. Selalu menjaga satu sama lain. Selama ini, mereka berdua baik-baik saja, malahan, Carissa selalu jadi orang yang membantu Kaiden, kalau dia dalam posisi terjebak karena cewek satu malamnya. Apakah Kaiden juga nggak ada perasaan sama Carissa? Oh tentu saja enggak. Kaiden bahkan pernah nembak Carissa, sayangnya, Carissa selalu menolak. Dia selalu menganggap Kaiden itu sebatas sahabat yang akan terus menemaninya.
"Rissa, open your eyes widely! Kaum kami diciptakan beragam. Jika satu orang membuatmu kecewa, masih ada jutaan lainnya yang dapat memberikan kamu rasa bahagia."
Alasan Carissa berlindung dibalik persahabatannya, selain tak ingin kehilangan sosok Kaiden sebagai sahabat, dia juga memiliki trauma terhadap laki-laki. Orang yang seharusnya dipanggil ayah, menjadi cinta pertamanya, malah membuatnya trauma akan sebuah pernikahan dan hubungan. Mungkin kalaupun dia menikah, dia harus memastikan bahwa pasangannya tidak seperti ayahnya. Tapi, apa bisa?

Masalah lain datang, saat Carissa menjalin kerja sama dengan suatu perusahaan, dan pemilik perusahaan tersebut juga menyukai Carissa. Bahkan berusaha untuk mendekatinya secara terang-terangan. Dengan cepat, dia bisa mengambil hati Carissa, tapi, apa dia mampu untuk memalingkan hati dari Kaiden? Sosok yang selama ini sudah menolongnya, menemaninya dan menjaganya?


Banyak yang bilang, persahabatan antara laki-laki dan wanita itu nggak pernah ada. Kalaupun ada, pasti cuma sedikit yang bisa menjalaninya. Aku percaya nggak percaya sih. Habis gimana ya, selama ini aku selalu berteman dengan cowok, menghabiskan waktu dengan mereka, tapi baik-baik aja, nggak sampai yang jatuh hati gitu. Atau ini sebuah pertanda kalau aku nggak menarik? Hahaha..

Membahas hubungan Carissa dan Kaiden ini cukup rumit. Waktu awal baca, kukira mereka ini friends with benefit lho. Eh tapi ternyata mereka hanya sahabatan. Tapi nggak ada ya sahabat yang sering make-out. Gemes deh. Mana mereka ini suka tarik ulur, giliran Carissa mau kasih kesempatan ke Kaiden, Kaidennya deket sama cewek lain. Gitu aja terus sampai perdebatan tentang bumi itu datar jadi kenyataan. Ngeselin.

Kehidupan yang dimiliki Carissa ini juga nggak mudah. Hubungan ayahnya mendadak berantakan sejak ayahnya memilih berselingkuh dan melakukan kekerasan. Jadi hal ini cukup banyak membawa dampak untuk dia mencari pasangan. Karena ya.. kita juga nggak akan tau, laki-laki ke depannya gimana, sekarang baik, besok jahat kan juga bisa. Selain itu, Kaiden yang ada di dekatnya juga punya kelakuan yang minus.

Sejak awal baca kisah Carissa-Kaiden ini, aku seneng banget. Karena kisahnya manis, tapi semakin ke belakang, dibikin gemes dan sedih! Awalnya aku kira mereka tuh bakalan mencari cara untuk bersama, berusaha untuk menyelesaikan masalah mereka. Tapi ternyata mereka malah lebih milih untuk menghindar. Bener-bener ya, diajak naik roller coaster sama hubungan Carissa-Kaiden ini. Apalagi Carissa cukup keras kepala dan egois yang bikin ngelus dada banget liat tingkahnya dia.

Untuk endingnya, aku cukup puas. Menyenangkan berbagai sisi. Tapi ada disclaimer untuk kamu yang dibawah 18 tahun ya. Karena ada adegan cihuy yang sebaiknya tidak dibaca anak di bawah 18 tahun.


From the novel..
"They are just friends. And friendship is stronger than every relationship in this world."

"Memangnya hari gini masih zaman ya laki-laki sama perempuan itu dibeda-bedakan? Katanya kesetaraan gender sudah berlaku? Tapi kenapa bokap gue kayak orang gila gitu ngarep banget punya anak laki-laki, sih Kai?"

"Jangan jadi seorang pengecut yang terus saja menutup pintu hatimu hanya karena kamu terlalu takut merasakan sakit hati yang sama."

Saturday, December 10, 2022

[REVIEW] Fireflies in the Midnight Sky

Fireflies in the Midnight Sky

Francisca Tody

Gramedia Pustaka Utama

360 Halaman

"Satu lagi keuntungan menjadi burung: mereka tidak mengenal garis perbatasan. Dua burung yang terbang berdampingan tidak perlu saling menanyakan dari mana asal mereka, tidak perlu saling curiga. Mereka bebas menikmati langit bersama."

 
B L U R B

"Hidup ini kejam. Hidup mempermainkan kita tanpa ampun. Menindas, mencemooh, bergembira melihat kita hancur, berbahagia saat kita terempas—"

"Tapi hidup mempertemukanku denganmu."

Alyssa bergabung dengan grup gerilya untuk bertahan hidup sejak negerinya diserang meski sebenarnya membenci kekerasan. Di tengah situasi yang semakin genting, Alyssa dikirim dalam misi yang berakhir kacau, lalu akhirnya terdampar dengan kaki terluka di teritori musuh.

Dan saat itulah Alyssa diselamatkan oleh Vigo, pemuda misterius yang merupakan musuh negerinya.

Setelah berhari-hari dalam teritori musuh, Alyssa sadar ternyata Vigo lebih mengerti pergumulan dan trauma gadis itu dibanding teman-teman sebangsanya. Namun, mereka berdua bagaikan air dan api. Saling menjinakkan, juga saling membinasakan. Saat ada percikan kasih sayang antara keduanya, adakah masa depan agar mereka bisa bersatu?

"Apa pun yang terjadi di masa depan, ingatlah hari-harimu di sini tanpa penyesalan."

- - - - - - - - - - - 

Hidup di sebuah gudang reyot selama sebulan lebih dengan bau oli yang bercampur debu, tempat yang berantakan dan perasaan was-was, rasanya sudah menjadi makanan Alyssa sejak dimulainya peperangan akibat Raja yang seenaknya sendiri.

Alyssa dan Mikail—sahabat Alyssa sejak SMP—memutuskan untuk selalu bersama, ya karena mereka hanya punya satu sama lain. Orang tua mereka meninggal akibat peperangan yang sampai saat ini masih belum berakhir. Menjadi seorang mata-mata memang tidak mudah. Selain fisik yang ditempa terus-menerus, Alyssa juga harus mempersiapkan mental ketika harus membunuh lawan mereka. Meskipun mereka hanya seorang petani yang tak sengaja berpapasan dengannya dan Mikail di gudang reyot.
"Kalau leluhur kita tidak pernah pindah dan benua itu masih ada, mungkin kau dan aku adalah tetangga. Mungkin kita akan bermain di ladang yang sama, memanjat pohon yang sama. Mungkin akulah yang akan menjadi sahabatmu di sekolah." P. 159
Pertemuan Alyssa dengan Vigo terjadi secara tidak disengaja. Vigo saat itu menyelamatkannya dari kejaran musuh, ya meskipun sebenarnya, Vigo sendiri ini juga kubu musuh. Tapi Alyssa tidak bisa berbuat apa-apa, selain menunggu hingga kakinya pulih.

Selama masa tunggu inilah, Alyssa dan Vigo saling mengenal lebih dalam satu sama lain. Meskipun awalnya Alyssa takut dan kepikiran, karena Vigo yang mengetahui bahwa dia adalah musuhnya, dan juga partnernya yang terpisah. Lama kelamaan, mereka mulai mengesampingkan itu semua, dan sedikit banyak saling berbagi. Cerita, masa lalu, dan konflik yang terjadi saat ini.

Apakah Alyssa akan berkhianat terhadap negerinya, atau Vigo yang akan berkhianat?


Awal membaca novel ini, aku kira ini adalah novel terjemahan. Eh, pas baca, ternyata enggak. Ini karya lokal dan cukup menarik!

Membahas tentang peperangan sebuah negara, nggak hanya karena kepentingan seorang Raja, tapi juga kepentingan bawahan-bawahannya. Yang tersiksa siapa? Ya jelas masyarakat paling bawah. Sama seperti Alyssa, Vigo, dan banyak orang lainnya. Saling tuduh, merasa kepentingan dan keselamatannya jauh lebih penting ketimbang nyawa orang ataupun musuh. Bener-bener nggak pandang bulu. Tua, muda, pokoknya kalau terlihat kayak musuh, bunuh!

Nggak hanya menggambarkan suasana perang yang mencekam dan penuh dengan kewaspadaan, tapi di sini juga dijelaskan gimana perasaan dan mental para korban dan tentara yang menjaga negerinya. Aku berasa diajak jadi Alyssa. Nggak kebayang banget kalo harus perang, bergerilya, ngebunuh orang. Apalagi ini kan nggak kayak di game yang kalo mati tuh bisa direcall, atau balik ke lobby dan main game lagi.

Jujur, aku sempat bingung dengan setting waktunya. Karena kukira ini tuh kayak jaman dulu banget. Tapi ada pembahasan kuliah, handphone dan beberapa kemajuan jaman yamg menurutku kalo di masa lampau itu masih belum ada. Jadi yaa.. aku hanya nggak nangkep di sana sih.

Selama baca novel ini, aku ikut deng-degan bareng sama Alyssa. Apalagi waktu Alyssa dan Viga sempat ketahuan. Ya ampun, jantungku makin nggak karuan!


From the book...
"Mungkin pilihan adalah kemewahan tak terbeli di masa perang." P. 32

"Terkadang aku berharap bisa menjadi burung. Mereka terlihat begitu bebas engarungi angkasa. Dan di atas sana, mereka bisa memadang masalah dengan perspektif yang benar." P. 151 to 152

"Satu lagi keuntungan menjadi burung : mereka tidak mengenal garis perbatasan. Dua burung yang terbang berdampingan tidak perlu saling menanyakan dari mana asal mereka, tidak perlu saling curiga. Mereka bebas menikmati langit bersama." P. 152

"Bukan. Obsesi adalah keadaan negatif saat kau tidak bisa berhenti memikirkan sesuatu." P. 209
 
"Hidup ini kejam. Hidup mempermainkan kita tanpa ampun. Menindas, mencemooh, bergembira melihat kita hancur, berbahagia saat kita terempas—" P. 213

"Kalian berdua bagaikan air dan api. Dua elemen yang berbeda. Keduanya kuat dan sulit dikendalikan. Tapi jika bersama, kalian mampu saling menjinakkan. Yang kalian miliki adalah sesuatu yang unik." P. 223

"Selamanya adalah waktu yang sangat panjang, Vigo. Siapa yang mampu menjanjikan hal semacam itu?" P. 310

"Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan hingga pantas menerima cinta seperti ini. Cinta yang tidak menuntut, tapi memberi. Tidak mengekang, justru membebaskan. Cinta yang realistis, tapi tetap setia." P. 310

Sunday, December 4, 2022

[REVIEW] Loveconomics

 

Loveconomics

Mosaicrile

16 Parts on Cabaca - Ending

"Kenapa mempertahankan sebuah hubungan kayak dikhususkan buat pasangan yang sudah nikah saja? Memangnya kalau masih pacaran, seseorang nggak perlu berusaha mempertahankan hubungan mereka?"

 
B L U R B
 

Orang bilang, "Fake it till you make it."

Jadi, laporan kebohongan gue tentang pencapaian dalam urusan percintaan dan karier mengalir begitu saja di acara reunian. Akan tetapi, bukannya berusaha menjadikan dusta itu kenyataan, masalah hidup gue makin runyam bagaikan deretan utang yang mengantre dilunasi. Persoalan itu bikin impian buat jadi eksmud sukses di kota metropolitan ini makin nggak bergerak-gerak padahal umur jalan terus.

Gue bingung mengapa seorang pria tampan mau menemani gue malam itu di luar bangunan kelab, padahal wajah gue kusut masai habis dikerjai nasib. Penampilan yang flamboyan serta profesinya sebagai Agency Director di perusahaan jasa keuangan terkemuka, menimbulkan kesangsian sewaktu dia menyatakan niatnya yang ingin menyelamatkan gue dari kerusuhan hidup.

Heran. Dia selalu bisa menemukan gue, bahkan di saat gue nggak ingin ditemukan.

- - - - - - - - -
 
Jadi, setelah lulus dari kuliah, harapannya kan dapet pekerjaan di tempat yang enak, gaji yang lumayan. Semakin lengkap, kalau sudah punya pasangan. Pasangan yang baik, nggak toxic, suportif. Awalnya, Nomi memiliki semua ini. Pekerjaan sebagai staf akuntan di salah satu perusahaan yang cukup terkenal, punya pacar yang suportif dan menyayanginya. Bagi Nomi, ini sudah cukup.

Reunian di salah satu kelab, membuat Nomi kembali mempertanyakan semuanya. Apalagi dia mendadak diPHK dari kantornya bekerja. Yang Nomi punya hanyalah Aksen–pacarnya. Satu pertanyaan dan jawaban kebohongan yang kemudian membuat Nomi semakin mempertanyakan tentang hubungannya yang masih jalan di tempat.
"Semua akan baik-baik saja. Seandainya kamu perlu waktu yang sangat lama untuk pulih, atau kamu jatuh berulang kali supaya bisa kembali berdiri, yang perlu kamu ingat adalah kamu nggak sendirian. Saya nggak akan meninggalkan kamu."
Pertemuan pertamanya dengan Nomi cukup membuat Eko terkesan. Meskipun hanya di lataran kelab, Nomi yang cukup berantakan, tapi bagi Eko, hal ini cukup membekas.

Bekerja sebagai agen asuransi, membuat Eko juga bisa menyelam dan mengenal lawan bicaranya, termasuk Nomi. Dalam pertemuan kedua mereka, Eko sangat ingin membantu Nomi dengan cara apapun. Tapi Nomi selalu menghentikannya. Tidak ingin ada utang di antara mereka. Nyatanya, dalam beberapa kali kejadian, hanya Eko yang bisa membantu Nomi melewatinya. Jadi, siapa yang akan Nomi pilih? Aksen yang selalu ada semenjak kuliah, atau Eko yang selalu membantunya?

Pilihan yang tentu sulit. Menjalani hubungan bertahun-tahun pasti ada yang membekas. Entah memorinya, cara mantan memperlakukan kita, bahkan sampai kesalahan yang dilakukannya, tapi sengaja kita abaikan karena alasan sayang. Sama kayak Nomi, beberapa kejelekan Aksen sebenernya udah kelihatan. Istilahnya udah red flag banget! Tapi Nomi masih berusaha mikir kayak, "Enggak lah, itu cuma pemikiranku aja."
 
Baca novel ini, jujur aja pas awal tuh lumayan bingung, karena kejadiannya mundur. Tapi setelah baca beberapa bab, aku mulai paham dengan alurnya. Menurutku, ini novel dengan paket lengkap. Semuanya ada.

Nggak hanya membahas hubungan percintaan Nomi aja, atau ngebahas kebingungannya Nomi waktu nggak ada kerjaan, tapi juga membahas tentang keluarga. Ini heartwarming sekali buatku. Cerita tentang keluarganya nggak mendetail, tapi menyentuh. Tapi ada yang bikin aku cukup heran. Hubungan Nomi dengan kedua orang tuanya bisa dibilang sangat baik, Nomi juga terbuka ketika ada masalah di kantor, penyebabnya diPHK, tapi kenapa Nomi nggak bisa menyampaikan apa yang ada di kepalanya ke Aksen.

Untuk karakternya, juwarak semua buatku. Kak Jo kalo nulis, totalitas banget! Semua karakternya tuh punya latar belakang yang menyebabkan mereka sampai di titik yang sekarang, cara mengambil keputusan, cara berpikirnya juga. Jujur, yang paling aku suka tuh Eko. Sifatnya dia tuh kalem banget, cara ngomongnya juga halus banget. Haduh, Eko nih beneran ada di dunia nyata nggak sih? Kayak too good to be true.
 
Nah, kalau karakter yang makan ati, cuma Aksen! Dia ini cowok yang nganggep bahwa dunit itu berputar, dan porosnya tuh sama dia. Jadi semua perhatian harus ke dia. Sejak awal baca, aku tuh udah ngerasa, ada yang salah sama Aksen, pengen banget ngasih tau Nomi kalo dia tuh harus menjauh dari Aksen. Ngeliat Aksen nih, udah kayak ngeliat temenku yang pacarnya super posesif nggak jelas dan tingkah lakunya tuh nyebelin abis. Selalu emosi kayaknya kalo ngebaca ada Aksennya.

Ada satu hal menarik di novel ini. Pekerjaannya Eko sebagai agen asuransi. Seperti biasa yang kita tau, agen asuransi tuh orang yang ngeselin ya. Kayak ketemuan dikit, langsung ditawarin, nelpon temen, nawarin asuransi. Tapi Eko ini nggak gitu. Kalo kamu tertarik, dia bakalan ngejelasin kebutuhan asuransimu apa aja, tapi kalo enggak, ya dia diem aja, ngebahas yang lainnya. Selain itu, agen asuransi dimasukkan jadi profesi di novel ini cukup jarang lho, atau bahkan nggak ada. Jadi aku baru nemu di Loveconomics ini. Menarik kan?

Untuk pembaca yang mau baca Loveconomics, mari persiapkan hati dan jaga emosi. Selain itu, ada warning di beberapa bab. Bukan adegan 18+, tapi suicidal. Jadi sebaiknya membaca ini di saat kondisi stabil ya.


From the novel...
"When life is inequitable, beberapa orang memilih rokok sebagai pelarian, ke diskotek dan minum-minum, atau simply, sitting down in front of the building, mumbling and sighing, seperti kamu tadi."

"Zaman sekarang, semua orang berkhianat, Eko. kalau kamu percaya saya tadi berkata jujur, itu salah kamu."

"Apa yang hilang bisa dicari, tapi masa depanmu jangan sampai dirusak sama pria yang nggak bisa menghargaimu. Paham"

"Pada dasarnya, kita selalu membutuhkan orang lain untuk berbagi suka dan duka, meminta dan dipinta pendapatnya, atau seperti yang kita lakukan sekarang, bertukar cerita untuk menemukan kelegaan maupun wawasan baru."

"Semua orang tahu ada penyakit dan penderitaan yang terjadi semasa hidup, tetapi terlepas dari segala kesengsaraan itu, lebih banyak manusia yang memilih bertahan agar bisa menghirup oksigen selama mungkin."

"Sikapmu yang mencoba jujur termasuk salah satu hal yang membuat saya kagum. Apa yang kamu lakukan, sebetulnya juga merupakan cara menghargai dirimu sendiri, Nomi."