Tuesday, October 25, 2022

[REVIEW] Wedding in Chaos

 

Wedding in Chaos

Respati Kasih

45 parts on Cabaca - End

"Sebagai pasangan, nggak melulu hal-hal bahagia yang kita bagi. Membagi keresahan juga perlu."



B L U R B

Ini tentang Rasyid yang terlalu tabah dan Adelia yang terlalu bebal. Menikah dengan asas simbiosis mutuliasme, membuat mereka masuk ke dalam fase hidup yang jungkir balik.

Banyak hal membuat langkah mereka terhenti di saat kebahagiaan begitu dekat. Terasa amat dekat, justru ketika salah satu dari mereka memutuskan untuk menyerah.

Saling kehilangan.

Atau, sebaliknya? Barangkali waktu akan berbaik hati memberi kesempatan kedua dan mengembalikan hati ke tempat semestinya.

- - - - - - - - -

Pernikahan memang sesuatu yang sakral. Bahkan untuk sebagian orang hal ini adalah satu hal yang amat sangat suci. Sayangnya, hal ini nggak berlaku untuk Adel dan Rasyid.

Keduanya memutuskan untuk menikah karena satu dan lain hal. Mereka juga bukan pasangan, yang ada hanyalah mereka pernah berteman di masa sekolah. Sesuatu hal yang bisa dibilang aneh. Karena Adel bukanlah cewek biasa. Adel yang sekarang, bukanlah Adel yang pernah Rasyid kenal dulu. Adel yang sekarang, lebih cuek, nggak peduli apa kata orang, dan lebih memilih ngalah daripada berdebat nggak penting. Singkatnya, Adel yang sekarang lebih simpel. Nggak suka mempersulit hidupnya.
 
 "Pernah mikir nggak kalau sesuatu yang kita mulai dengan cara yang salah, ujungnya bakal nyakitin?"
Rasyid, cowok tenang yang keliatan kalem dari luar, tapi kalo udah bucin, astaga, malu-maluin! Kalah deh bocil-bocil jaman sekarang. Dibalik tingkah lakunya yang kadang bucin dan tahan banting meskipun dicuekin sama Adel, dia menyimpan banyak sekali rahasia dan luka yang tidak disadari banyak orang.

Adel memang mengetahui gambaran secara luas tentang masa lalu Rasyid, tentang dia yang masih belum bisa move on dari mantan terakhirnya, tentang apa yang ditanggungnya di masa saat ini. Sedikit banyak, Adel juga bercerita tentang masa lalunya, meskipun tidak menjelaskan secara detil bagaimana rasa sakit yang pernah dirasakannya, atau alasan memilih untuk keluar dari rumah.

Terbiasa hidup di bawah satu atap, membuat mereka secara nggak langsung merasa ketergantungan satu sama lain, bukan tentang ranjang atau hal lainnya, hanya nyaman dengan status baru mereka. Tapi, bisakah Adel membuat Rasyid move on? Atau Rasyid tetap tidak bisa move on dan hanya menjadikan Adel sebagai 'pengganti' saja?

Awal membaca cerita ini tuh aku cukup amaze dengan hubungan Adel-Rasyid. Kok bisa ada cowok sesabar Rasyid, dan cewek secuek Adel? Soalnyaaaa.. kebanyakan yang cuek tuh cowok, kalau cewek, jaraaangg banget. Udah cuek, jawabnya dingin banget. Kayak kulkas satu pintu.

Jujur di awal, pacenya agak pelan dan lambat, ya sesuai dengan hubungan Adel dan Rasyid yang baru menjalani hubungan pernikahan simbiosis mutualisme ini. Tapi aku juga dibuat ngakak dengan jawaban-jawaban absurdnya Adel.

Nah, waktu memasuki konflik, jujur aku kadang kesel sama Adel-Rasyid. Karena di satu sisi, mereka berdua tuh suka menyembunyikan perasaan mereka, atau kalau enggak, berusaha untuk terlihat baik-baik aja, nggak ada masalah, padahal ada yang ngganjel. Bener-bener nggemesin emang.

Sekarang, mari bahas masa lalu Adel dan Rasyid. Di awal sampai pertengahan, aku selalu bertanya-tanya, kenapa sih, Adel ini ada masalah sama kakaknya? Padahal, kalau Adel ini tipe anak yang cuek, harusnya malah nggak ada masalah kan? Ya kecuali komunikasi yang buruk. Tapi ternyata emang masalahnya cukup rumit. Udah rumit, nggak ada yang mau ngebahas dan meluruskan itu semua. Ya jelas aja nggak kelar-kelar.

Sementara Rasyid, yang aku heran, sejak awal, dia tuh udah cerita dan ngejelasin masalahnya dia apa, tapi aku juga nggak habis pikir, kenapa dia harus bertanggungjawab sebesar itu? Setelah masalah udah sampe puncak, bener-bener aku tuh ngebut banget bacanya! Nggak sabaran. Untung udah ending, jadi aku nggak perlu nunggu-nungu kelanjutannya.

Untuk endingnya, manis sekali! Beneran deh. Aku bahkan sampe nangis waktu baca. Beneran menyentuh banget, atau karena aku pernah menemui masalah serupa ya, makanya aku jadi tersentuh sama endingnya.

Ini, aku rekomenin buat kalian yang cari bacaan ringan tapi nggak ringan-ringan amat. Di awal beneran ringan, makin ke belakang, makin berat. Buset dah!


From the story..
"Meski kita nggak saling mencintai, tapi kita hidup berdua. Kalau aku keterlaluan, kamu boleh tegur baik-baik. Begitu juga sebaliknya. Kita harus memastikan kalau masing-masing dari kita merasa nyaman."

"Aku mau kamu lebih terbuka sama aku. Apa pun itu, dari hal sepele sampai urgent. Selama ini, seringnya kamu apa-apa dibikin simpel. Tapi aslinya, di sini nih, kamu kepikiran terus. Nggak ada salahnya kamu spill out, aku bakal dengerin. Sebagai pasangan, nggak melulu hal-hal bahagia yang kita bagi. Membagi keresahan juga perlu."

"Kalau soal kacau, hidupku juga. Tapi nggak apa-apa. Nggak cuma kita kok. Orang lain juga ada masa-masa kritis dalam hidup. Cuma beda masalah aja."

Saturday, October 8, 2022

[REVIEW] Tukar Tambah Nasib

 

Tukar Tambah Nasib

Lia Seplia

328 Halaman

Falcon Publishing

"Bagi beberapa orang, hidup adalah rangkaian kesialan."


B L U R B

"Selamat datang di toko Tukar Tambah Nasib. Kami bisa memperbaiki hidupmu dan menukarnya dengan kehidupan orang lain yang ingin kamu jalani. Sudah puaskah kamu dengan hidupmu? Datanglah ke toko kami."

Toko Tukar Tambah Nasib memberi kesempatan bagus kepada orang-orang yang tidak puas dengan hidupnya.
Salah satunya adalah Naya Saura, seorang pegawai minimarket yang hidupnya penuh luka dan ketidakberuntungan. Toko tersebut memberi Naya privilese untuk menjalani kehidupan seperti yang selama ini ia idam-idamkan : Lala (balerina ternama), Sato (direktur sebuah perusahaan kosmetik), Meri (istri pengusaha kaya dengan dua anak yang lucu-lucu),  dan Riko (koki muda yang berlimpah harta).

Namun, ternyata tak ada kehidupan yang sesempurna dan seberkilau kelihatannya. Ada syarat yang harus dipenuhi.
Ketika Naya sadar bahwa setiap pertukaran nasib harus ditukar dengan sesuatu yang paling berharga, kehidupan siapakah yang akan dia pilih?

- - - - - - - - -
 
Naya Saura, seorang pegawai minimarket, mendapatkan sebuah surat yang cukup menarik perhatiannya. Tukar tambah nasib. Memiliki sahabat yang keadaan finansialnya stabil kadang membuat Naya iri. Entah keberuntungan mereka, kemampuan mereka dan masih banyak hal lain yang kadang membuatnya iri.
 
Harapannya, saat datang ke toko Tukar Tambah Nasib, Naya bisa mendapatkan kehidupan yang dia inginkan. Tidak muluk-muluk artis atau siapapun, tapi salah satu dari keempat sahabatnya. Lala, seorang balerina ternama, menguasai berbagai bahasa asing yang selalu membuatnya takjub. Sato, pewaris sebuah perusahaan kosmetik, memiliki uang yang tidak akan habis meskipun pemakaiannya boros. Meri, seorang ibu rumah tangga yang punya kehidupan cukup menyenangkan, suaminya pebisnis, anaknya juga lucu-lucu. Yang terkahir ada Riko, seorang koki muda yang nggak cuma berlimpah harta, tapi dia juga terkenal!
"Kamu bisa saja mengenal seseorang, tapi kamu nggak akan pernah tahu jalan cerita hidupnya." P. 38
Saat datang ke toko Tukar Tambah Nasib ini, Naya juga harus siap dengan setiap konsekuensi saat dia memilih untuk mengambil kehidupan orang tersebut. Konsekuensinya tiap kehidupan yang diambil pasti berbeda-beda. Selain itu, awalnya kita akan diberi pilihan, langsung mengambil kehidupan orang tersebut, atau mengintip dulu.

Naya tentu saja orang yang main aman. Dia mengintip seluruh kehidupan teman-temannya sebelum mengambilnya. Siapakah hidup yang akan Naya ambil dan jalani?

Rumput tetangga akan selalu lebih hijau, menarik, menyenangkan, dan menyegarkan. Betul apa betul? Aku rasa, semua orang pasti merasa yang sama. Kalau kondisi finansialmu nggak baik-baik aja, kamu pasti bilang, ah kehidupan orang kaya pasti enak, nggak perlu mikirin bulan depan uang buat bayar kontrakan cukup apa enggak, cicilan bakalan lunas kapan. Nggak perlu. Mereka mah hidupnya foya-foya aja.

Sementara, di posisi orang dengan keadaan finansial yang berlebih, pasti mikirnya, enak yang kalau hidup biasa-biasa aja, nggak banyak yang ikut campur, nggak perlu berkompetisi, mikirin strategi yang kadang bisa licik banget.

Semua orang akan selalu melihat rumput tetangga itu hijau cerah. Padahal juga belum tentu. Siapa tau rumputnya itu sintetis, jadi yaa.. hijau dan segar terus. Sementara di balik itu, ada banyak kepelikan hidup yang disembunyikan.

Baca Tukar Tambah Nasib ini lebih menyadarkan aku, bahwa mungkin kehidupan kita susah, tapi kita setangguh itu lho menghadapinya. Ada satu pesan yang kutangkap di cerita ini. Naya itu keliatannya kayak beban keluarga banget ya, padahal, kalau itu misalnya terjadi di adik-adiknya, mungkin aja mereka nggak kuat, dan efeknya bisa lebih parah ketimbang Naya.

Aku sering banget ngeluh, karena aku si tukang sambat. Pokoknya sambat terus, udah kayak oksigen. Salah satu temenku sampe bilang, "Mungkin karena ini yang ngejalanin kamu. Makanya kamu betah, meskipun kamu tuh ngeluh terus. Kalau orang lain, mungkin memilih untuk berhenti, cari jalan keluar lainnya, nggak bertahan di tempat yang sama." Dann.. aku sedikit banyak percaya hal ini. Mungkin memang kita secuek dan sekuat itu, sampe hal ini palingan cuma bikin sambat dan stres dan nangis. Tapi habis itu ya gapapa. Jalanin aja hidup kayak biasanya.

Karakter Naya di sini menurutku cukup nyata. Tipe manusia yang nggak enakan, memilih mendahulukan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Jujur, aku gemes banget selama baca. Kayak apa ya.. "Yuk, Naya, bisa yuk. Kamu harus sedikit lebih egois daripada ini." Tapi gimana dong, Nayanya santai juga.

Last but not least, buku ini wajib dibaca! Sungguh. Dibaca siapapun, umur berapapun! Nggak akan rugi.
 
 
From the book...
"Kesempatan bagus seringnya tidak datang saat kamu mengharapkannya. Kesempatan bagus seringnya datang saat kamu tidak berekspektasi apa-apa." P. 2
 
"Semua sumber penyakit ada di dua tempat, yaitu pikiranmu dan lambungmu. Apa yang kamu makan dan apa yang kamu pikirkan adalah awal mula penyakitmu terbentuk." P. 21
 
"Banyak anak di dunia ini yang tidak akrab dengan ibunya sendiri. Bukan karena tidak sayang, melainkan karena sayanglah mereka menjaga jarak agar tidak menyakiti lebih jauh dan lebih dalam lagi." P. 33

"Orang miskin memercayai itu karena tidak punya harapan lain. Orang kaya tidak percaya itu karena punya tempat bergantung yang lain." P. 74

"Apakah pintar yang dimaksud adalah orang yang mampu menjawab soal-soal ujian semester? Kalau iya, saya tidak setuju. Bagi saya, pintar adalah orang yang mampu mengakali hidup, sekeras apa pun hidup mencoba mengakalinya." P. 224

"Bagi beberapa orang, hidup adalah rangkaian kesialan." P. 314