Wednesday, December 20, 2023

[REVIEW] Little Did We Know

Little Did We Know

Mia Chuz

Falcon Publishing

355 Halaman

"Gue belajar banyak hal dari kepergian bokap. Gue lebih menghargai hal-hal kecil yang selama ini luput dari perhatian. Kadang kita baru merasa sesuatu itu berharga saat sudah kehilangan."


B L U R B

Adis menyukai pagi hari saat sarapan bersama kedua orang tuanya. Hatinya penuh syukur karena memiliki keluarga harmonis. Namun, kesempurnaan itu semu karena tiba-tiba saja orang tuanya memutuskan berpisah. Adis menentang keras keputusan itu dan melakukan pemberontakan.

Adis yang dikenal sebagai siswa berprestasi mulai bolos dan melanggar aturan. Dia bahkan menjadi dekat dengan Liam, cowok bercitra buruk di sekolahnya. Perubahan ini membuat kedua sahabatnya khawatir dan bermaksud membantu, tetapi Adis menolaknya. Adis semakin menjauh, bahkan uluran tangan dari Rey, cowok yang diam-diam dia sukai selama ini, juga diabaikan.

Adis tidak sadar bahwa perbuatannya malah berakibat buruk bagi dirinya sendiri, dan membuatnya hampir kehilangan orang-orang yang dia cintai.

- - - - - - - - -

Adistia Pitaloka, rasanya seisi sekolah mengetahui kalau dia adalah anak yang baik, teladan, juara, punya keluarga yang harmonis, sekaligus masa depan yang sudah tertata. Rasanya menyenangkan ya jadi Adis? Siapa sih yang nggak mau punya kehidupan kayak begitu? Bahkan kedua sahabatnya, Rana dan Kia juga menginginkan hal itu. Sayangnya, hal ini tidak berlangsung lama. Suatu hari, Ayah dan Ibunya mengabarkan bahwa mereka akan bercerai.
"Kadang kita menganggap apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang boleh atau benar, little did we know, it's not. And we'll regret it later." P. 260
Adis kehilangan arah. Apa yang harus dilakukannya? Mau cerita ke sahabatnya juga gimana? Gimana tanggapan mereka? Adis masih nggak siap dengan respon yang akan diberikan sahabatnya. Yang bisa dilakukannya hanya melakukan pemberontakan dengan harapan kedua orangtuanya akan kembali seperti dulu. Tapi apakah membantu?

Kisah Adis ini sangat realistis dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Menurutku, Adis ini terbiasa hidup 'enak'. Enak di sini dia punya banyak kelebihan yang mungkin nggak dimiliki banyak orang. Pintar, keluarga harmonis, menjadi juara dan disanjung guru juga. Menyenangkan kan jadi Adis? Karena inilah, sekalinya dia tersandung masalah yang cukup berat, dia jadi kelimpungan.

Jahat banget ya kayaknya aku ambil kesimpulan kayak begitu? Ini sebenernya bisa dilihat juga dari caranya merespon salah satu sahabatnya yang nggak sepintar dia, ngomong kalau misalnya nilai jelek, mungkin emang usahanya kurang. Tapi emang kadang ada lho orang yang begitu, mau sebesar apapun usahanya, ya kadang emang nilainya segitu-gitu aja. Aku contohnya, ada beberapa mata pelajaran yang aku udah belajar mati-matian, sampe nangis, ya tetep remidi. Aku juga bingung kenapa, tapi karena aku bukan tipe yang suka ambil pusing, jadi yaudah.

Latar belakang setiap karakternya di sini juga cukup kuat, semua punya penjelasannya masing-masing, meskipun aku juga bertanya-tanya awalnya.

Karakter yang paling kusuka di sini... jujur bingung sih. Mungkin guru BK-nya ya. Haha.. Karena dia nggak judging! Mostly, orang akan melihat Liam sebagai anak orang kaya yang suka seenaknya sendiri, mainin cewek, suka bolos, badboy banget lah. Padahal, ada alasan lain dibalik itu, nggak banyak yang mau cari tau dan lebih enak ngecap dia jelek aja.

Aku suka bagaimana kak Mia menulis cerita Adis dan semua karakter di sini. Bagaimana akhirnya mereka menemukan apa yang mereka cari, bagaimana akhirnya mereka berdamai dengan masalah-masalah mereka, dan aku penasaran dengan kelanjutan ceritanya! Ditunggu banget cerita bagian keduanya (kalau aku nggak salah, seharusnya ada sih. Soalnya ada tulisan Begining di judulnya).


From the Book...
"Gue belajar banyak hal dari kepergian bokap. Gue lebih menghargai hal-hal kecil yang selama ini luput dari perhatian. Kadang kita baru merasa sesuatu itu berharga saat sudah kehilangan." P. 163

Tuesday, December 12, 2023

[REVIEW] Pay Sooner or Later

Pay Sooner or Later

Adrindia Ryandisza

Elex Media Komputindo

173 Halaman

"Kalau gue sendiri, gue lebih milih orang jujur ke gue meski hal itu bikin sakit. Daripada nggak tahu apa-apa, apalagi dibohongi. Gue nggak tahu konteks lo apa."

 
B L U R B
 
IMPIAN TIKA SEDERHANA : MEMBELI BARANG APA PUN DENGAN UANG SENDIRI!
 
Setelah mulai bekerja, Tika malah membeli barang secara impulsif dengan paylater. Nahasnya, sebelum berhasil melunasi, kontrak kerjanya selesai gara-gara disabotase teman. Setelah mendapat pekerjaan baru sebagai desk collection alias penagih utang, alih-alih menabung dan melunasi cicilan, dia pun merayakannya dengan menambah utang. Jadi, selain kelimpungan mengurus utangnya sendiri, Tika pun harus mengurus utang orang lain.

Bisakah Tika beradaptasi dengan pekerjaan barunya?
Apakah kariernya akan kembali pupus, terutama saat orang-orang tahu Tika "titipan" orang dalam?
Tapi yang paling penting, bisakah utang-utang Tika segera dibayar lunas?

- - - - - - - - -

Sudah punya pekerjaan, dan punya gaji sendiri. Apa yang biasanya dilakuin? Menabung kah? Atau beli barang yang udah jadi inceran kita sejak lama? Kalau Tika, tentu saja mengosongkan keranjang belanjanya. Kegiatan ini tentu menyenangkan banget nggak sih? Aku sendiri pun menyadari bahwa mengosongkan keranjang belanjaan di online shop itu menyenangkan banget. Tapi pernah sadar nggak, kalau barang yang kita beli itu berguna untuk jangka panjang atau enggak? Apalagi sekarang paylater tuh sangat menggoda, bisa beli sekarang, bayar nanti.

"Gue juga nanya serius. semisal, bapaknya anak gue itu bias gue pasti kaya raya, jadi gue bakal tutup mata anak gue mau kerja atau nggak. Asal jangan bikin masalah. Tapi kalau anaknya kayak kita-kita, mungkin gue cemas. Bukan sepenuhnya masalah uang, tapi juga alasan kenapa pindah." P. 109 to 110

Karena disabotase temannya, Tika jadi nggak diperpanjang masa kontrak di kantornya yang sekarang. Hal ini cukup membuatnya kesal. Karena dibandingkan temannya, performa kerjanya lebih baik. Belum lagi, dia juga orang yang cukup dipercaya sama Tika. Ngeselin banget ya. Kalo aku di posisi Tika, aku cukup tau aja sih. Sakitnya ditikung temen sendiri tuh sakit banget!


Dalam perjalanannya mencari pekerjaan baru, Tika ditawarin untuk bekerja di salah satu perusahaan kecil dengan pekerjaan yang bisa dibilang cukup jauh dari pekerjaannya sekarang. Niat hati sih ditolak, tapi kalau mengingat paylater yang harus dibayarnya, apa iya dia masih mau menolak? Mau nggak mau diterima juga kan?


Membaca kisah Tika, aku jadi ingat aku di masa aku dapet kerjaan pertama, dan terima gaji pertama. Rasanya bener-bener semenyenangkan itu. Punya uang sendiri, hasil keringet sendiri. Udah bisa lah menguasai dunia dengan gaji pertama. Selain itu, yang menyenangkan adalah bisa beli barang yang dimau, dan nggak bisa diprotes sama orangtua, karena pake uang sendiri. 


Sayangnya, jalan yang diambil sama Tika cukup salah sih. Beli barang pake paylater. Ya sebenernya ini sama aja sama pakai kartu kredit. Beli sekarang, dibayarnya nanti. Masalahnya, paylater masa kini cukup membagongkan. Banyak pasti yang tergiur, tapi ketar-ketir pas disuruh bayar. Karena nominalnya jadi keliatan kecil banget, padahal jatuhnya lebih mahal karena ada biaya layanan, biaya adminnya, sama biaya lain yang nggak kerasa saking kecilnya. Coba ditotal, pasti lebih mahal beberapa puluh ribu ketimbang harga aslinya.


Awalnya, kukira ini seputar Tika, pekerjaannya dan juga caranya melunasi paylaternya. Ternyata enggak, lebih lengkap dari itu. Ada juga kisah pertemanan di lingkungan kerja, latar belakang teman-teman kantor Tika, dan cara orang tua mendidik kita pun juga ikut andil ternyata dalam cara kita mengambil keputusan untuk membelanjakan uang. Cukup kompleks, tapi mengalir sekali. Setiap halamannya bikin nagih. 



From the book...
"Setiap orangtua memang mau yang terbaik untuk anak, api belum tentu tahu mana yang terbaik. Mau dan tahu itu ada bedanya." P. 91

"Saya juga nggak pernah mikir kalau ternyata perjuangan saya sebagai orangtua malah menjadi beban. Saya nggak pernah tanya Alya maunya gimana. Saya lebih sibuk nyuruh anak saya belajar di sekolah, tapi saya saja lupa kalau jadi orangtua juga harus tetap belajar. Anak disuruh berkembang, tapi saya sebagai orangtua nggak ikut belajar sama-sama." P. 91 to 92.

"Oh iya, Kayak monkey see, monkey do. Memang ada, tahu, istilahnya. Anak meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Bisa aja sikap diskriminatif itu mencontoh perlakuan orangtua mereka terhadap orang di sekitarnya. Jadi, anak nggak merasa hal yang mereka lakukan itu salah karena orangtuanya juga begitu." P. 97

"Kalau gue sendiri, gue lebih milih orang jujur ke gue meski hal itu bikin sakit. Daripada nggak tahu apa-apa, apalagi dibohongi. Gue nggak tahu konteks lo apa." P. 109

"Mungkin karena selama ini gue juga nggak pernah ngomong soal keadaan gue, jadi Bunda ngerasanya gue baik-baik saja. Padahal, nggak sama sekali. Memang semua itu harus diomongin." P. 144

"Menurut gue, mereka hebat karena nggak takut meminta bantuan orang lan yang tepat." P. 160

Wednesday, November 29, 2023

[REVIEW] Earthshine

Earthshine
Suarcani
Gramedia Pustaka Utama
330 Halaman

"Kecewa boleh, Lan. Itu manusiawi, tetapi jangan sampai rasa itu bikin kamu benci sama Windri. Ikhlaskanlah. Anggap apa yang kamu hadapi kemarin itu sebagai pelajaran bagi diri kamu sendiri."


B L U R B

Bulan memutuskan untuk cepat-cepat lulus kuliah. Memangnya dia punya pilihan apa lagi sejak Papa bangkrut tertipu investasi bodong? Untung Pak Alvin mau membantu. Padahal dosen muda idola para mahasiswi itu sempet mengusirnya dari kelas gara-gara tercemplung obrolan ngaco trio kakak tingkatnya.

Banyak cobaan yang dihadapi Bulan saat menyelesaikan skripsinya. Diputusin Fajar, terseret hubungan Windri dan Robi yang toksik, sampai kejadian traumatik di kamar kos menjelang senja. Bulan pun kehabisan energi. Skripsinya terbengkalai. Dia kebingungan menentukan prioritas.

Di situlah Bulan mulai tersadar. Sepertinya Pak Avin bersikap berbeda. Bukan hanya soal skripsi, Pak Alvin juga membantu Bulan dalam setiap permasalahannya. Bulan jadi dilema akan perasaan nyaman yang menyergapnya Bukannya hubungan pribdi antara dosen dan mahasiswa bisa menjadi skandal?

- - - - - - - - -

Kehidupan kuliah memang menyenangkan, menurutku, salah satu fase terbaik setelah masa SMA, ya masa kuliah. Selain sedikit lebih bebas dari SMA, pas kuliah tuh nggak tau kenapa, lebih seru. Ketemu temen baru yang seringkali anak perantauan, kegiatan organisasi yang menyenangkan, dan kalau beruntung, ada dosen muda yang bisa mewarnai hari-harimu.
"Alamiah sekali kok kalau sedih saat jatuh, senang saat berada di puncak. Tapi orang hebat tahu seberapa besar senang yang harus diumbar saat sukses, tahu seberapa sedih yang boleh dilihat orang." P. 67
Sama seperti Bulan, dia juga mengalami masa yang cukup menyenangkan, meskipun baru saja diputusin pacarnya karena satu dan lain hal, bagi Bulan nggak masalah. Di punya kakak tingkat yang cukup menyenangkan, teman sekamar kos yang seru, dan juga dosen yang ganteng.

Awalnya, kukira cerita ini hanya berkisar tentang kehidupan anak kuliahan yang strugle-nya berkisar di pertemanan, lika-liku kuliah, dan semacam itu, ternyata enggak lho!

Earthshine ini menurutku paket lengkap versi anak muda. Patah hati, penyakit mental, kelulusan, jatuh hati, penolakan, bener-bener yang dialami anak kuliahan.

Aku suka dengan karakter Bulan di sini, dia tuh tipe yang cheerful gitu. Jadi anak yang menyenangkan, yang bisa bikin orang di deketnya happy. Walaupun agak kesel karena dia agak gila kerja dan kadang pesimis ya. Tapi kusuka semangatnya.

Kalau dari karakter Pak Alvin ini, tipe-tipe dosen muda yang menyenangkan, yang cara ngajarnya nggak bikin bosen, bisa diajak cerita, bisa diajak diskusi juga. Aku suka caranya memperhatikan mahasiswanya, sat set siap nolong dan mau berjuang untuk mahasiswanya. Duh, jadi keinget dosen muda di kampusku yang baik banget dan kadang kucurhatin masalah skripsi, padahal dia nggak pernah ngajar aku sama sekali. Sehat-sehat dosen yang model begini nih.

By the way, aku sangat penasaran kenapa judulnya kok Earthshine, kok sepertinya nggak ada hubungannya. Ternyataaa.. jawabannya cukup scientifik sekali ya. Aku serasa belajar fisika sedikit! Hihi.. Dan kalau kalian pengikut ceita-cerita kak Ari, biasanya kan agak sendu gitu ya, tapi yang kali ini enggak lho. Beneran menyenangkan, happy gitu, meskipun pas traumanya Bulan agak menyesakkan, tapi masih oke sih.

Nggak sabar banget nunggu anak-anaknya kak Ari yang lainnya!


From the book...
"Kecewa boleh, Lan. Itu manusiawi, tetapi jangan sampai rasa itu bikin kamu benci sama Windri. Ikhlaskanlah. Anggap apa yang kamu hadapi kemarin itu sebagai pelajaran bagi diri kamu sendiri." P. 137

"Nggak mungkin saya membiarkan seseorang mati sia-sia di depan mata saya sendiri, Lan. Saya juga punya adik perempuan yang usianya nggak jauh beda dengan kalian. Gimana kalau adik saya juga mengalami hal yang sama tapi orang-orang terdekatnya tidak peduli?" P. 205

"Kadang orangtua memberi nama yang terlalu wah dengan banyak harapan. Padahal, mereka nggak tahu jika harapan mereka itu malah bisa jadi beban bagi sang anak. Menyinari gelapnya malam orang lain apanya? Yang ada malah ketergantungan. Kalau nggak ada matahari, mana bisa bersinar?" P. 214

"Kamu tahu kan kalau cahaya matahari yang sampai ke bumi itu sebagian diserap oleh bumi, sebagiannya lagi dipantulkan ke luar angkasa? Nah, pantulan ke luar angkasa itu akan mengenai bulan dan kemudian dipantulkan lagi ke bumi. Pantulan berulang itu membuat sisi bulan yang tidak terkena sinar matahari langsung akan tetap berpendar. Tetapi, karena sudah dipantulkan sampai dua kali, cahayanya jadi samar." P. 216

Tuesday, November 14, 2023

[REVIEW] Dinda untuk Geri

Dinda untuk Geri

Erisca Febriani

197 Halaman

"Pernikahan itu kan bukan ketemu di titik sempurnanya doang, kan? Tapi gimana ketika kita sadar bahwa pasangan kita emang banyak kurangnya, terus kita berusaha menerima dan berdamai karena realita emang enggak sesuai sama ekspektasi semua orang."


B L U R B

Selama ratusan tahun kita selalu dibombardir dengan kalimat bahwa cinta adalah sesuatu yang hebat, sesuatu yang membuat jantung kita berdebar-debar seperti ada sekumpulan kupu-kupu merayap di perutmu.

Bahkan dari melihat hal kecil yang dia lakukan, entah itu tersenyum, merengut jengkel, merajuk, atau bahkan marah karena hal-hal sepele. Dari setiap buku, film, karya sastra, teatrikal dari zaman Yunani sampai hari ini, kita selalu dibuat percaya bahwa pernikahan berarti akhir bahagia dari sebuah cerita.

Padahal kenyataannya? Tidak. Pernikahan bisa jadi adalah gerbang dari masalah yang sebelumnya tidak pernah terbayang di kepalamu.

Karya sastra, film, teatrikal, atau lagu tidak pernah menunjukkan bagian itu. Mereka meliarkan fantasi kita akan cinta dan pasangan.

Kali ini kisah cinta Dinda dan Geri berlanjut lagi, kini musuh mereka justru datangnya dari masa lalu mereka masing-masing.

- - - - - - - - -

Dinda dan Geri sudah memasuki dunia baru, mereka bukan lagi remaja yang menikmati kehidupan mereka berdua masing-masing, tapi mereka sudah memulai untuk memasuki dunia rumah tangga. Kehidupan mereka masih baik-baik saja, Geri dengan perusahaan gamingnya, Dinda yang masih dengan kegiatan salonnya, meskipun dia sudah mengurangi hal ini karena saat ini dia sedang hamil.
"Bagaimana mungkin ada orang tua setega itu dengan anaknya? Bukannya mereka yang melahirkan manusia-manusia tanpa dosa itu lahir ke dunia?" P. 24
Karena Dinda sedang hamil, dia sering menghabiskan waktu di rumah, karena inilah, dia jadi cukup dekat dengan salah satu anak tetangganya, Yuri. Sayangnya, karena satu kejadian, Dinda kehilangan Yuri. Sangat-sangat kehilangan, sampai Dinda merasa bersalah. Hal ini cukup berdampak pada sikap Dinda dan berujung Dinda kehilangan dirinya sendiri. Apa yang harus dilakukannya? Bagaimana caranya mengembalikan dirinya?



Kali ini, mari kita ikutin dunia Geri dan Dinda di babak yang lebih tinggi. Hubungan rumah tangga. Pasti banyak yang mikir, kalo kehidupan rumah tangga itu lebih seru, karena semuamuanya bareng sama doi, nggak bakalan jauh lagi, tapi ternyata nggak seindah itu.

Dinda dan Geri juga sama. Mereka pikir, setelah ujian yang cukup berat dulu, semuanya terasa lebih mudah. Toh mereka juga sudah lebih dewasa, lebih mengerti dan memahami satu sama lainnya. Tapi namanya kenyataan, nggak selalu sesuai dengan yang kita mau kan? Masalah kali ini, muncul dari masa lalu. Bukan tentang pacar, atau mantan pacar, tapi dia yang pernah ditinggalkan.

Pas baca di awal, aku bertanya-tanya, masalah apa ya yang akan dibahas kak Erisca? Karena yang aku tau, Dinda sudah cukup bahagia di 'Kisah untuk Dinda', dan di sana juga diceritakan Geri yang sudah berhasil kan? Lalu, apa yang dibahas di sini? Tapi malah ini jadi heartwarming buatku, dari halaman awal sampai akhir, bener-bener menyentuh, apalagi di bagian akhir banyak banget pesan-pesan dari Mamanya Dinda.

Nah, yang cukup bikin aku amaze, kak Erisca menuliskan tentang sosok lain yang ditinggalkan Dinda. Apa yang membentuk Dinda yang sekarang, kenapa dia kadang bisa kesel kalo ditinggal sama Geri, dibahas juga tentang kehidupan lingkungan sekitar Dinda yang nggak baik-baik aja, mulai dari kejadian Yuri yang cukup tragis, sampai Dinda yang mulai kehilangan dirinya sendiri.

Aku suka cara kak Erisca menuliskan Dinda-Geri, bagaimana mereka lebih lebih lagi memahami diri mereka masing-masing, meskipun di awal aku kesel banget sama Geri yang menurutku cuek dan agak nggak berperasaan sama Yuri.
 
Selain tentang kehilangan, di sini juga banyak dimasukkan tentang kesehatan mental, emang sebaiknya, sebelum punya anak atau bahkan sebelum kita memulai hubungan baru dengan orang lain, lebih baik kita selesai dengan diri sendiri. Dampaknya ke orang lain ini kerasa sekali lho, apalagi ke anak. Seringnya, orang tua lupa, bahwa anak nggak seharusnya ikut menanggung emosi orang tua. Nggak banyak juga orang tua yang paham, kalau mereka salah karena pengajaran di masa mereka kecil juga itu. Padahal, semakin berkembangnya jaman, kita juga harus ikutan update, biar nggak di situ-situ aja.



From the book...
"Kita memang tidak pernah tahu perasaan seseorang jika kita pernah mengalaminya." P. 77

"Pernikahan itu kan bukan ketemu di titik sempurnanya doang, kan? Tapi gimana ketika kita sadar bahwa pasangan kita emang banyak kurangnya, terus kita berusaha menerima dan berdamai karena realita emang enggak sesuai sama ekspektasi semua orang." P. 102

"Banyak, dia bisa mudah ke-trigger karena hal-hal kecil, mungkin bagi kita itu hal sepele yang enggak seharusnya dia bereaksi berlebihan tapi karena alam bawah sadarnya menganggap itu sebuah trauma sehingga bisa menjadi pemicu emosinya." P. 105

"Things I will tell to my daughter at 15, kamu enggak bertanggungjawab atas perasaan orang lain ... kamu enggak bertanggungjawab bikin orang senang, karena itu di luar kendalimu. Kalau ada yang begitu ke kamu, jauh-jauhin deh." P. 159

"Ketika kamu jadi seorang ibu, Mama cuma berpesan ke kamu untuk kamu enggak harus simpan semuanya sendirian. Kalau kamu lagi enggak baik-baik aja, tolong bilang ke anakmu, ke suamimu. Kamu enggak harus sempurna kok, karena kadang-kadang jadi seorang ibu bisa buat kamu lupa sama jati dirimu sendiri." P. 165

"Geri anakku, maaf ya kalau Mama harus tulis surat. Mama tulis ini supaya kamu enggak lupa dan selalu ingat pesan dari Mama. Kalau kelak dia melahirkan, tolong jangan lupakan dia ya. Pengalaman waktu Mama melahirkan Dinda, semua orang terfokus sama Dinda. Mama seolah dilupakan, enggak ada yang mengucapkan selamat ke Mama karena sudah berjuang, semua orang hanya memuji betapa lucunya Dinda. Kamu sebagai suami, tolong peluk dia, besarkan hatinya, ucapkan terima kasih atas perjuangannya." P. 193

Sunday, October 29, 2023

[REVIEW] Ketika Sukma Terjaga

 

Ketika Sukma Terjaga

Dadan Erlangga

Gramedia Pustaka Utama

328 Halaman

"Dari kejadian ini, aku sadar setiap orang memiliki jatah kebahagiaan dan kesedihannya masing-masing. Orang bilang, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau daripada rumput di halaman rumah kita sendiri. Padahal, sehijau apa pun, itu hanyalah rumput. Untuk apa kita merasa iri? Meratapi sesuatu yang tidak kita miliki tidak lebih baik daripada mensyukuri sesuatu yang kita punya. Bangga menjadi diri kita sendrii adalah salah satu bentuk dari rasa syukur."


B L U R B

Renata Marinka mengalami amnesia akibat kecelakaan. Hidupnya kini bagaikan kepingan puzzle yang berserakan dan penuh misteri. Ia harus mencari tahu kenapa teman-teman sekelasnya dan semua anggota Klub Buku Adikarya membencinya, kenapa mahkluk berjubah hitam dan bermata merah kerap muncul dan membuatnya tak berdaya, kenapa keluarganya semakin aneh dan mencurigakan, serta kenapa semua kejadian misterius itu pada akhirnya bermuara pada satu nama: Sukma.

Dibantu Ramdan si ketua kelas, Rena berusaha menyusun kepingan puzzle itu. Namun, semua misteri tersebut terlalu gelap untuk diungkap. Sampai suatu malam, Rena menerima SMS aneh berisi tautan jangandiklik.net.

Akankah Rena berhasil mengungkapkan semua misteri dalam hidupnya? Dan apakah Rena siap menerima kenyataan saat misteri tergelap itu benar-benar terungkap?

- - - - - - - - - - -

Terbangun dan kehilangan ingatan, memang nggak menyenangkan. Merasa asing di rumah sendiri, ini yang dirasakan Renata. Setelah kecelakaan yang dialaminya, dia masih tidak ingat dengan kejadian sebelum kecelakaan. Saat dia berusaha untuk mengingat pun, kepalanya akan sakit sekali. Anehnya, dia mengalami hal aneh, bertemu dengan sesosok bayangan berjubah hitam. Kembali ke rumah pun bukan menjadi tempat yang aman. Beberapa kali Rena harus merasakan ketakutan karena mimpinya yang aneh dan juga kedatangan beberapa sosok menyeramkan.
"Untuk apa aku harus berbohong, Pa? Hidup dengan ingatan masa lalu yang hilang ini tidak menyenangkan. Setiap kali bertemu orang baru, aku harus berusaha menginat siapa mereka sampai sakit kepala. Setiap kali ada yang bercerita tentang masa laluku yang menyenangkan, aku hanya bisa tersenyum getir karena nggak punya kenangan itu. Dan setiap kali aku bermimpi atau mendapat ingatan tertentu, aku harus berpikir keras untuk memastikan apakah itu bagian dari ingatanku yang hilang, atau cuma mimpi dan ilusi pikiranku. Semua ini benar-benar menyiksaku, Pa."
Kembali ke sekolah, ternyata bukan hal yang bagus juga. Semua teman-temannya menjauhinya, menghindar, seolah-olah dia ini kena kutuk. Hanya Ramdan yang mau mengajaknya ngomong.

Belum lagi beberapa tuduhan yang diberikan padanya. Membuatnya bertanya-tanya, memangnya apa yang dilakukannya sebelum ini? Tak hanya itu, dia juga mulai merasa dejavu dan mengingat sebagian kecil ingatannya dulu. Anehnya, ternyata dia memang sekejam itu dulunya.

Bagaimana cara mengumpulkan kepingan-kepingan kenangan ini?



Bangun dan amnesia ini mungkin harapan untuk sebagian orang ya. Meskipun jadinya kayak orang linglung. Semua juga terasa asing, padahal kita masih di tempat yang sama.

Dari segi alur, ini nggak secepat Rahasia Ayu di series pertamanya. Di buku kedua ini kak Dadan lebih fokus menceritakan tentang kehidupan Renata dan kepingan memori yang muncul perlahan-lahan. Jadi kita juga diajak untuk pelan-pelan memahami kehidupan Renata dan sedikit kehidupan Sukma.

Aku suka cara kak Dadan memasukkan kehidupan Sukma yang sejak awal terasa aneh. Karena Renata tidak mengingatnya sama sekali.

Aku kira mereka berdua ini ada masalah atau malah saling nggak kenal, sampai Renata nggak mengingatnya.

Awal baca, aku merasa heran, apalagi omongan dari ART yang bekerja di rumah Renata yang bilang kalau dia lebih kalem, ya memang kalau amnesia, orang tuh kebanyakan berubah jadi pribadi yang lain ya kan? Tapi setelah sampai ke pertengahan apalagi menjelang akhir cerita, aku tuh kayak, "Ya jelas lah jadi pribadi lain!" Bener-bener di luar nurul yang versi kedua ini.

Setelah membaca, aku jadi mikir, kayaknya menginginkan kehidupan orang lain itu boleh, tapi jangan sampai merugikan orang lain juga. Jadi stalker sampai punya foto aib temennya sendiri juga boleh, tapi ada baiknya nggak usah. Buat apa juga coba? Buatku, buku yang kedua ini nggak terlalu menyeramkan, pelajarannya banyak sekali.
 
 
From the book...
"Sesuatu yang hanya ada dalam pikiranmu tidak akan bisa membunuhmu, kecuali hal itu kemudian mampu menggerakan tubuhmu untuk melakukan tindakan yang membahayakan."
 
"Untuk apa aku harus berbohong, Pa? Hidup dengan ingatan masa lalu yang hilang ini tidak menyenangkan. Setiap kali bertemu orang baru, aku harus berusaha menginat siapa mereka sampai sakit kepala. Setiap kali ada yang bercerita tentang masa laluku yang menyenangkan, aku hanya bisa tersenyum getir karena nggak punya kenangan itu. Dan setiap kali aku bermimpi atau mendapat ingatan tertentu, aku harus berpikir keras untuk memastikan apakah itu bagian dari ingatanku yang hilang, atau cuma mimpi dan ilusi pikiranku. Semua ini benar-benar menyiksaku, Pa." 

"Gue harap lo menyadari kesalahan lo, dan nggak akan pernah mengulanginya lagi ke siapa pun. Inget, Ga, kekerasan nggak bakal bisa menyelesaikan masalah, justru bikin segalanya jadi tambah parah. Kalau lo ngerasa punya masalah sama orang, coba diomongin dulu baik-baik. Cari solusinya dengan kepala dingin dan sebijaksana mungkin. Jangan main hajar sembarangan, apalagi pakai acara ngeroyok segala. Lo bukan prema pasar atau terminal, tapi seorang siswa yang terpelajar."

"Dari kejadian ini, aku sadar setiap orang memiliki jatah kebahagiaan dan kesedihannya masing-masing. Orang bilang, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau daripada rumput di halaman rumah kita sendiri. Padahal, sehijau apa pun, itu hanyalah rumput. Untuk apa kita merasa iri? Meratapi sesuatu yang tidak kita miliki tidak lebih baik daripada mensyukuri sesuatu yang kita punya. Bangga menjadi diri kita sendrii adalah salah satu bentuk dari rasa syukur."

Wednesday, October 18, 2023

[REVIEW] Rahasia Ayu

 

Rahasia Ayu

Lexie Xu

Gramedia Pustaka Utama

256 Halaman

"Tidak semua orang bersalah, tapi Leoni sudah keburu meninggal. Dan yang tersisa hanyalah rasa sakit hatinya yang beracun."


B L U R B

Ayu Rembulan menjadi saksi kematian Leoni, teman sekelasnya yang bunuh diri tahun lalu. Pada hari ulang tahun kematian Leoni, Ayu menerima SMS aneh yang membuat sebuah aplikasi misterius bernama JanganDiklik terpasang di ponselnya. Melalui aplikasi itu, Ayu menemukan catatan harian Leoni yang menceritakan hari-hari terakhirnya sebelum meninggal.

Sejak itu, kecelakaan demi kecelakaan tragis menghantui teman-teman yang dulu mencelakai Leoni. Orang-orang lain mengira semua itu kebetulan, tetapi Ayu tahu hantu Leoni-lah yang sedang membalaskan dendamnya. Tak seorang pun percaya padanya, kecuali Rex, cowok jahat yang sudah menindas dan mempermalukan Ayu selama setahun ini. Bersama-sama mereka berusaha menyelamatkan teman-teman mereka… juga diri mereka sendiri.

- - - - - - - - - -

Harapan Ayu, saat dia pindah ke SMA Harapan Nusantara, dia akan memiliki lembaran baru sebagai anak sekolahan. Memiliki teman yang bisa disebut sahabat. Sayangnya, harapan hanyalah harapan. Sampai sekarang, dia juga nggak kunjung punya teman dekat.
"Pantas sifat Ayu bagus. Pasti karena berasal dari keluarga yang baik."
Rex, salah satu cowok sekaligus orang yang pernah dekat dengannya sebagai teman. Sayangnya, saat ini mereka sudah tidak berteman lagi. Rex tergabung di geng populer yang tidak mungkin ada Ayu di dalamnya.

Hari ini juga Ayu mendapatkan pesan aneh yang saat dia mengklik link di pesan tersebut, muncul aplikasi yang ternyata adalah diari Leoni dan sepertinya pembalasan dendam Leoni juga dimulai.

Yang tak disangka, Ayu termasuk salah satu nama yang disebut. Bisakah dia menyelamatkan dirinya dari pembalasan dendam Leoni?


Akhirnya kembali membaca karya kak Lexie, setelah udah lama kayaknya aku nggak baca lagi. Terakhir baca itu yang OMEN Series. Setelahnya nggak pernah baca. Rasanya kangen banget.

Berawal dari Ayu yang dapet pesan dan kemudian berujung ngeklik pesan aneh itu. Padahal udah jelas pesannya Jangan di Klik, tapi emang dasar sifat kepo manusia ya. Ayu malah menginstall dan baca postingan di aplikasi itu. Isinya mirip sama buku harian itu. Dan setelah dibaca-baca lagi, itu punyanya Leoni! Baru kelar baca beberapa bab, malah terjadi kecelakaan yang cukup tragis.

Selama baca bener-bener berasa kayak Ayunya itu aku! Ngena dan bikin jantungan, tapi nagih banget! Awalnya, kukira aplikasinya itu bakalan memberikan petunjuk kejadian apa yang bakalan terjadi.

Ternyata, aplikasi ini juga sebagai sarana curhat gitu. Ada cerita dibalik pembuatan aplikasi ini, dan cukup menyentuh sekali. Kayak pembuktian untuk cintanya gitu.

Mengangkat pembullyan yang terjadi di kalangan SMA dan seharusnya ini cukup relate dengan masa kini. Soalnya jaman sekarang pembullyan ini bisa sampe mengancam nyawa juga kan.

Sebenernya aku kesel banget sama Leoni, karena dia ini cukup egois dan playing victim banget. Dia memang dibully sama temen-temennya karena menurutku ya kesalahan dia sendiri, tapi Ayu sampe kena ini juga rada nggak masuk akal sih. Kan Ayu juga random aja milih orang yang perlu dimintai tolong. Bukan secara spesifik memilih langsung ke Rexford.

Baca Rahasia Ayu ini aku bener-bener dibawa ke masa aku baca Johan Series. Deg-degannya, parnonya, sampe kebayang juga! Cuma saranku, kalo emang takut, jangan dibaca malem-malem deh. Biar nggak makin parno. Haha..

Tuesday, October 17, 2023

[REVIEW] Sekosong Jiwa Kadaver

Sekosong Jiwa Kadaver

Ita Fajria Tamim

Falcon Publishing

390 Halaman

"Don't be burdened with my story, it's just and everyday life. Ketika kesulitan sudah menjadi bagian dari dirimu, semua terasa biasa saja."


B L U R B

Rayya, putri seorang kiai di sebuah pesantren, akhirnya berhasil mewujudkan impiannya menjadi mahasiswa kedokteran. Dia berangkat ke Pulau Bali dengan hati berbunga-bunga meskipun beberapa anggota keluarganya ragu akan keputusan itu.

Namun, apa yang dibayangkan indah ternyata lain angan dengan kenyataan. Peristiwa dua kali Bom Bali yang terjadi beberapa tahun sebelumnya menyebabkan tingginya sentimen terhadap umat muslim. Rayya pun menghadapi bullying dari beberapa temannya yang rasis.

Standar kuliah yang tinggi, pergaulan bebas, dan persahabatan dengan seorang pemuda Bali, membuat Rayya semakin kebingungan meniti jalan yang dipilihnya sendiri menuju impiannya.

Turbulensi kehidupan pun akhirnya memaksanya memahami, bahwa dunia nyata ternyata tak seaman dan senyaman dinding rumah dan tembok pesantren yang selama ini melindunginya.

- - - - - - - - - - 

Menjadi seorang dokter seperti dr. Tjipto Mangunkusumo adalah hal yang sudah diinginkan Rayya sejak lulus SMA. Sayangnya, untuk mendapatkan pendidikan kedokteran ini tidak mudah. Dia harus merelakan satu tahun untuk menjalani pendidikan fisipol, yang membuatnya menemukan kehidupan yang cukup berbeda dengan kehidupan semasa dia masih tinggal di rumahnya, atau pondok pesantren milik keluarganya.
"Kalau aku, siapa saja boleh jadi temanku, tapi ATM. Asal tidak muslim!" P. 153
Akhirnya Rayya mendapatkan kesempatan mendapatkan pendidikan kedokteran di Bali setelah usaha keduanya. Bagi Rayya, hal ini seharusnya tidak menjadi masalah, karena sebelumnya saat kuliah fisipol, dia juga hidup jauh dari orang tuanya, meskipun masih di pulau yang sama. Yang ada dipikiran Rayya, yang penting bisa mendapatkan pendidikan kedokteran sesuai dengan kemauannya. Segala cara halal akan ditempuhnya, pindah ke Bali pun seharusnya tak jadi masalah.

Sayangnya, kehidupan di Bali berbanding terbalik dengan kehidupan di Jawa. Apalagi untuk seorang muslim seperti Rayya, ada banyak hal yang harus diperhatikannya agar dia tidak terjebak pergaulan bebas, belum lagi pendidikan kedokteran yang keras dan disiplin membuatnya mau tak mau terus menyesuaikan diri, supaya bisa mengimbangi teman-temannya yang lain. Bisakah Rayya bertahan ditengah perubahan hidup dan lingkungan yang mendadak ini?


Mengambil latar waktu yang cukup lama, kak Ita berhasil bikin aku jadi nostalgia ke jaman ke mana-mana nggak bawa gadget. Yep, salah satu alat komunikasi yang dipakai adalah handphone yang cuma bisa dipakai sms dan telepon. Pakai laptop pun bener-bener untuk sesuatu hal yang buat tugas, bukan dipake nonton drama.

Adalah Rayya seorang anak Kiai yang terbiasa hidup dengan berbagai macam aturan agamanya, sewaktu dia masih di pulau Jawa, kayaknya masih bisa terkendali. Meskipun kuliah di Jogja, apalagi jurusan fisipol, yang berarti akan banyak sekali mahasiswa laki-lakinya. Tapi nggak masalah, dia masih bisa mengendalikan diri.

Yang aku cukup salut sama Rayya, dia bisa dan mau untuk terus memperjuangkan mimpinya. Menjadi dokter itu menurutku nggak mudah. Kuliahnya lama, jadwalnya padat, materi yang perlu dibaca banyak banget. Dan novel ini menjelaskan cukup banyak detail tentang kuliahnya.

Aku suka bagaimana kak Ita sebagai penulis memasukkan unsur Bali melalui canang, adat istiadatnya, sampai beberapa kejadian yang mungkin masih membekas. Juga kesenjangan agama yang cukup kental. Kurasa kalau kesenjangan agama tuh masih terasa sampai saat ini. Stigma teroris menurutku juga agamis banget, jadi bikin kita sebagai orang yang ngelihat itu langsung tertuju ke satu agama.


From the book...
"Don't be burdened with my story, it's just and everyday life. Ketika kesulitan sudah menjadi bagian dari dirimu, semua terasa biasa saja." P. 178

"Ayah bilang, nilai terpenting seorang manusia adalah kejujurannya. Sekali nilai itu ternodai, sulit manusia akan dipercaya lagi seumur hidupnya." P. 219

Wednesday, September 27, 2023

[REVIEW] Book Shamer

 

Book Shamer

Asmira Fhea

Penerbit Clover

237 Halaman

"Katanya bookfluencer, booktuber. Kok, malah book shaming, sih?"


B L U R B

@pembacasetiaaa
Coba yang suka review jelek, emangnya
bisa jadi penusli? Jangan cuma bisa
nyinyir tapi tulisannya masih jelek.
Cc @amydhriti

@masihmuda_belia
Katanya Bookfluencer. Booktuber.
Kok malah book shaming sih?

Amy Dhriti diserang netizen!
Gara-gara buku antologi Mimpi dan Harapan Kita yang diulas di kanal YouTube-nya, seorang akun anonim atas nama pengguna @penulis_amatir memprovokasinya melalui Twitter. Hal itu jelas mengganggu reputasinya sebagai Bookfluencer. Apalagi dia tengah mengincar juara satu lomba Versatile Book's Reviewer, yang salah satu kriteria pemenangnya adalah personal branding.
Karena tidak ada pilihan lain dan ditambah keterbatasan waktu menjelang babak akhir, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah cari langsung siapa pelakunya. Dia benar-benar harus menyelesaikan masalah ini sampai tuntas, supaya tidak gugur sebagai pemenang.

- - - - - - - - -

Amy Dhriti, seorang mahasiswi Sastra sekaligus reviewer buku. Sebenarnya, dia cukup selektif dalam memilih buku yang akan dibacanya. Buku itu harus memenuhi beberapa kriterianya, salah satunya adalah harus rapi dalam penulisan, sesuai dengan KBBI atau EYD. Karena baginya, salah ketik akan mempengaruhi moodnya dalam membaca, dan kemudian malah tidak selesai. Lalu, untuk apa dia membaca?
"Gue pribadi, sih, kurang cocok. It's just like I read a book from an amateur writer. Seharusnya, mereka belajar menulis dulu yang baik sebelum menerbitkan buku. Bagaimanapun, pembaca belum tentu sanggup baca sampai habis. Mau dipaksa baca juga, gue sendiri cuma sanggup sampai cerita keempat. Selebihnya cuma screening. Jadi, ya... so sorry, this one is on my DNF list." P. 17
Karena buku antologi Mimpi dan Harapan Kita yang baru saja diunggahnya di kanal YouTube, membuat dia menjadi viral dan mempengaruhi personal brandingnya. Di sini Amy tentu saja bingung. Apa yang harus dilakukannya? Mendatangi penulis antologi tersebut? Atau membuat klarifikasi seperti artis yang sering seliweran belakangan? Hal ini jelas membuat kariernya sebagai bookfluencer tercoreng!



Membaca kisah Amy, tentu mengingatkanku sama diri sendiri. Apalagi aku juga sudah nyemplung di sini dari 2016an. Jadi ya udah cukup lama, dan masih di sini-sini aja. Hehe..

Banyak yang bilang, bookstagram itu sebenernya ramah buat siapa saja. Well, kalau aku boleh kasih pendapat, yes. Kami ramah kepada semua pendatang baru, atau pun orang-orang yang mau belajar jadi seorang bookstagram, tapi sayangnya, kalau sampai ada salah langkah, dalam artian memberi review yang cukup 'sadis', terkadang kamu akan kena omel sama penulis atau fanbase pembacanya.

Di sini nggak cuma menceritakan perjalanan Amy dalam mencari tau siapa dibalik akun @penulis_amatir, tapi juga diajak menyelami kehidupan Amy sendiri, yang ternyata nggak baik-baik aja. Tumbuh dengan kebiasaan membaca membuat Amy jadi anak yang sebenernya suka baca apa aja, tapi karena dia dituntut untuk selektif dalam memilih bacaannya, terutama buku-buku yang berbau fiksi, itu jelas dicoret saat dia kecil, dan ini cukup kebawa sampai dia dewasa.
 
Aku cukup kesal lho sama orangtua Amy, karena mereka memperbolehkan baca, tapi milih. Ya ampun, anak masih kecil, memang boleh sih milih, tapi harus yang berbobot. Bacaan fiksi ini jelas enggak banget. Padahal menurutku, asal fiksi sesuai dengan umurnya, itu nggak masalah kok. Dulu fiksi pertamaku bacanya dari majalah Bobo, berlanjut ke Kecil-Kecil Punya Cerita-nya Mizan. Itu kan fiksi juga. Anak suka baca tuh harusnya orangtuanya seneng nggak sih?

Meskipun akhirnya dia membaca fiksi, tapi dia tetep selektif banget. Kalo baca, ada beberapa kriteria yang ada di listnya. Perjalanannya menemukan pemilik akun Twitter ini juga cukup seru lho. Dia jadi banyak belajar, banyak memahami bagaimana karakter orang lain yang selama ini 'nggak dianggap ada' sama dia. Belum lagi ada masukan-masukan yang cukup banyak untuk perkembangan akunnya. 

Suka sekali kak Fhea menceritakan kisah Amy, mulai dari dia yang nggak terlalu peduli sama lingkungan sektiarnya, sampai akhirnya perlahan dia mau membuka diri dan membuka mata terhadap sekitarnya. Perkembangannya sungguh seru untuk diikuti! Book Shamer juga cukup menggambarkan kehidupan sebagai bookstagram yang aku relate sekali! Haha.. Bikin aku jadi kangen ke masa kuliah, di mana aku bisa baca buku banyak, review banyak, aktif banget di sosmed. Sekarang udah menurun banget, dan jujur, ada rasa pengen banget balik ke masa-masa itu. Cuma, kesibukan dunia nyata masih belum bisa kutinggal. Huhu..


From the book...
"Soalnya, sebuah kritik, apalagi yang membangun, akan membantu banyak buat penulisnya. Supaya bisa menghasilkan karya lebih baik lagi meski nggak lepas dengan kekurangannya." P. 124

"Di dunia ini, nggak ada orang yang nggak pernah melakukan kesalahan. Mau dia yang paling berkuasa, atau yang paling suci hatinya, atau yang sering main aman. Semua pasti pernah berbuat salah. Kecil ataupun besar. Right? P. 211

"Bahwa ternyata, sebanyak apa pun ilmu yang gue punya, serajin apa pun gue membaca, nggak akan ada nilainya kalau itu hanya untuk diri gue sendiri. Ada makna yang jauh lebih besar ketika gue memilih membagikannya pada mereka." P. 218

Thursday, September 21, 2023

[REVIEW] Minoel

Minoel

Ken Terate

Gramedia Pustaka Utama

272 Halaman

"Kalau kamu nggak mau, bilang nggak mau. Kalau dia maksa, putusin. Pemaksaan itu sama dengan pemerkosaan, tau."

 
B L U R B
 
Kata orang, cinta butuh pengorbanan. kata orang, citna berarti memberi. Itulah yang dipercaya Minoel saat Akang menawarkan cinta dan mimpi indah. Minoel melayang ke awang-awang. Akhirnya ada juga cowok yang mencintai dirinya yang cacat.
 
Minoel menerima cinta Akang. Meskipun itu berarti dia tidak bisa ikut kegiatan hadrah dan pramuka lagi. Meski itu berarti dia tidak bisa sering-sering main dan gosip bareng Lilis dan Yola lagi.
 
Namun, Akang berubah. Lelaki itu mulai bertingkah kasar dan tak masuk akal. Inilah ujian cinta Minoel. Akang mau menerimanya yang serba kekurangan, miskin, bodoh, dan cacat. Sudah seharusnya dia menerima kelakuan Akang yang buruk, kan? Toh buruknya hanya kadang-kadang.
 
Yola dan Lilis terus membela dan mengingatkan Minoel bahwa Akang tidak baik untuknya, dan Minoel terus mengabaikan teman-temannya. Tapi, ketika Akang mulai menuntut Minoel menyerahkan diri sepenuhnya, Minoel mulai bertanya apakah cinta memang butuh pengorbanan SEBESAR itu? Lebih jauh lagi, apakah itu benar-benar cinta?
 
- - - - - - - - -
 
Minoel, seorang remaja yang memiliki kekurangan di kakinya. Dia sebenernya nggak begitu mempedulikan hal ini, karena dia juga memiliki kelebihan lainnya, suaranya merdu dan bisa didengar. Selama ini, dia nggak begitu memikirkan pacaran. Yang dipikirkan tentu saja bagaimana mendapatkan sedikit uang tambahan untuk jajan di sekolah. 

Walaupun begitu, dia memiliki teman yang cukup suportif untuknya. Yola, si anak yang cukup berada dan sering berganti-ganti pacar, dan juga Lilis, temannya yang nggak neko-neko dan cukup pintar di antara mereka bertiga. Sayangnya, godaan untuk memiliki pacar cukup besar. Apalagi kalau melihat track record Yola, dia kan juga ingin mencoba rasanya punya pacar.
"Yah, mau gimana lagi? Semua orang punya kelemahan. Kalau kamu terus baikin dia, lama-lama dia pasti berubah. Kita yang harus sabar, Noel. Laki-laki memang begitu. Mereka haus kekuasaan. Mereka harus membuktikan kejantanan mereka. Tapi, kalau kita pandai memainkan kartu kita, mereka pasti tunduk. Cewek itu punya kekuatan yang luar biasa lho, Noel. Kayaknya kita ini lemah dan tak berdaya, tapi kita bisa membuat cowok terkaing-kaing. Kalau sudah begitu, mereka pasti membutuhkan kita terus."
Ketika ada satu cowok mendekatinya, Minoel tentu saja senang. Akhirnya, kesempatan untuk mendapatkan pacar terbuka untuknya. Akang namanya, laki-laki yang agak serampangan tapi menyukai Minoel dan membuat Minoel klepek-klepek. Sayangnya, Akang tidak sebaik itu, semakin hari perlakuannya terhadap Minoel semakin menjadi. Mulai mengekang Minoel, membatasi keinginannya. Minoel mulai kebingungan, inikah yang diinginkannya dalam sebuah hubungan?


Minoel ini adalah salah satu novel lama yang menurutku selalu rame diperbincangkan dan selalu relate sampai sekarang. Kalau nggak salah, novel ini tuh sudah ada sejak aku SMP, udah berapa tahun yang lalu ya?

Punya pacar itu selalu menjadi hal yang menarik, apalagi buat anak sekolahan SMP-SMA. Punya pacar itu keren. Apalagi kalo pacarnya yang badboy, haduh, berasa cewek paling keren sesekolahan. Aku pernah ada di masa itu, jadi tau gimana rasanya, meskipun nggak pacaran sama badboy, tapi emang feelnya menyenangkan lho.
 
Di masaku dulu, punya pacar itu jadi menyenangkan karna ada yang merhatiin selain temen, trus bisa diajak jalan sepulang sekolah, atau bolos bareng. Kalau bisa pacaran sama kakak kelas, anak basket, anak futsal dan OSIS, wih langsung deh terkenal dan jadi keren banget. Padahal, kalo dipikir-pikir lagi, pacaran sama mereka juga biasa aja. Temenku yang pacaran sama anak basket juga biasa aja, nggak yang gimana-gimana gitu.
 
Kembali ke Minoel, sayangnya Minoel ini ketemu sama Akang. Anaknya emang agak badboy gitu, serampangan, hidupnya juga kurang jelas, tapi cuma dia yang mendekati Minoel dan bisa bikin dia terlena. Karena ini kali pertamanya, Minoel seneng dong, jadi ya dia mau aja dikadalin sama Akang. Sebenernya, Minoel ini sudah sadar kok kalau akang itu red flag, tapi dia nggak tau bagaimana caranya keluar dari hubungan ini.



From the book...
"Ya harus dong, cari cowok kaya. Bukannya matre, tapi realistis. Matre juga nggak papa ding. Memangnya kita bisa makan cinta? Cowok yang benci cewek matre itu pasti cowok kere. Ya, nggak?"

"Yah, mau gimana lagi? Semua orang punya kelemahan. Kalau kamu terus baikin dia, lama-lama dia pasti berubah. Kita yang harus sabar, Noel. Laki-laki memang begitu. Mereka haus kekuasaan. Mereka harus membuktikan kejantanan mereka. Tapi, kalau kita pandai memainkan kartu kita, mereka pasti tunduk. Cewek itu punya kekuatan yang luar biasa lho, Noel. Kayaknya kita ini lemah dan tak berdaya, tapi kita bisa membuat cowok terkaing-kaing. Kalau sudah begitu, mereka pasti membutuhkan kita terus."

"Pacaran itu harus membuat kita lebih happy dan jadi manusia yang lebih baik. Kalau tidak, pasti ada sesuatu yang salah."

"Kalau kamu nggak mau, bilang nggak mau. Kalau dia maksa, putusin. Pemaksaan itu sama dengan pemerkosaan, tau."

Thursday, August 31, 2023

[REVIEW] Rion dan Raya

Rion dan Raya

Amysastrakencana

54 Parts on Cabaca — Ending

"Bohong. Cinta semata nggak akan pernah cukup untuk mempertahankan hubungan, apalagi pernikahan."


B L U R B

Cinta, sesuatu yang enggan Soraya Miliki karena cinta tidak berhasil membuat orangtuanya mempertahankan pernikaha. Cinta juga tidak berhasil membuat Soraya menjaga pernikahannya dengan Rionaldo.

Celakanya, Rion bukanlah seseorang yang bisa dia hindari terus. Mereka terus bertemu di berbagai kesempatan dan semesta membuat mereka kembali berhubungan. Kebimbangan Soraya terus muncul terutama ketika dia dan Rion bersikap layaknya suami-istri seperti dulu. Rion masih memanggilnya 'Raya', satu-satunya orang yang memberikan panggilan itu dan membuatnya merasa berharga. Rion masih memperlakukannya seperti seorang ratu.

Apakah perlakuan itu terjadi disebabkan Rion masih mencintainya? Apakah Soraya akan bersedia menjalani kesempatan kedua dengan Rion, ketika penyebab mereka bercerai berasal dari mantan suaminya? Apakah sebiknya Soraya meninggalkan Rion dna mereka berpisah untuk kedua kalinya?

- - - - - - - - - -

Bagi Raya, cinta sepertinya nggak cocok buat dia. Kedua orang tuanya bercerai saat dia akan masuk kuliah, hubungannya dengan Rion--suaminya juga harus berhenti di tengah jalan. Yang Raya pikirkan untuk saat ini hanya membuat dirinya senang bersama dengan keponakannya, sisanya biar berjalan sendiri.
"Kita sama-sama tahu perasaan nggak bisa dipaksa, Raya. Aku juga nggak melihat wanita hanya sebagai 'mesin' pembuat anak. Aku akan mencari orang yang tepat, orang yang aku sayang, lalu aku ajak dia menikah, baru setelah itu kami akan punya anak."
Bagi Rion, Raya adalah sosok yang mampu mengimbanginya, tidak hanya masalah seks, tapi juga cara berpikirnya, dan cara menghadapi Rion. Tidak ada anak di antara mereka sampai beberapa tahun pernikahannya, nggak masalah buat Rion. Yang penting adalah dia dan Raya.

Sayangnya, hubungan keduanya tidak bisa bertahan lama. Karena satu dan lain hal, serta berbagai pertimbangan, mereka harus bercerai. Tapi bagaimana kalau dalam beberapa tahun berikutnya mereka ada kesempatan untuk bersatu lagi?


Bagi orang lain, kehidupan Raya adalah kehidupan yang mereka inginkan. Bekerja, mapan, dan mandiri. Independent woman adalah Raya. Sayangnya, sedikit yang tau kalau Raya sebenernya udah skeptis banget sama cinta. Cinta nggak membuat orangtuanya baik-baik aja, bahkan mereka mengumumkan perceraian saat Raya seharusnya mengabarkan kabar gembira. Sementara kehidupan percintaannya sendiri? Nggak beda jauh sama orangtuanya. Apa ini yang dinamakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya?

Sejak awal baca, kukira Raya dan Rion ini bercerai karena Rion cowok yang brengsek. Semakin ke pertengahan novel, akhirnya aku mengerti. Kalau punya mertua yang ngeselin kayak Bundanya Rion, aku juga ogah. Lama-lama bisa emosi, apalagi kesabaranku udah kayak tisu dibagi dua kecelup air pula. Tapi pertanyaanku masih belum terjawab, alasan mereka bercerai yang sesungguhnya. Apa iya sih cuma karena nggak kunjung dikaruniai anak? Maksudku, Rion itu bukan tipikal anak mama yang bakalan menuruti apa mau ibunya. 

Beruntungnya, Raya dikelilingi banyak orang yang menyayangi dan siap support dia kapan pun. Sahabatnya, yang juga sahabat Rion pun bakalan support kalau emang Raya nggak mau ketemu Rion, padahal awalnya mereka ini bisa temenan deket ya.. karena Rion! Sungguh lah, beruntung sekali. Keluarganya pun sayang banget sama dia, keponakannya siap menjaga dia, meski kadang agak bocor juga. Kakak dan adiknya pun siap jadi one call awaynya Raya. 

Sampai akhir, akhirnya terjawab juga alasan ibunya Rion nggak suka sama Raya, dan menurutku itu alasan klasik seorang ibu yang anaknya nggak mau diatur. Meh. Nggak kunjung dapat restu, pernah kualami, jadi aku relate banget keselnya Raya sama ibunya Rion, cuma, ujungnya aku nggak ngebaikin mertuaku. Hehe.. Karena aku bukan tipe orang yang ngebaik-baikin demi dapetin yang aku mau. Lebih baik kamu tau asliku gimana daripada nanti denger-denger dari orang lain, malah jauh lebih sakit hati.

Aku jatuh cinta sekali dengan Rion! Astaga Tuhan. Bener-bener suami idaman. Cara Rion memperlakukan Raya beneran kayak Raya tuh satu-satunya orang yang paling menarik. Cara dia mengagumi Raya juga top banget! Kayak beneran cinta matinya cuma sama Raya, nggak mau sama yang lain. Dia juga nggak gampang nyerah, meski harus berhadapan sama kakaknya Raya yang udah kayak macan laper. Karena Rion, aku nyeritain ulang isi novel ini ke paksu sambil nangis-nangis karena cara Rion memperlakukan Raya. 

Untuk kalian di luar sana yang belum menemukan 'Rion', semoga kalian segerra menemukan cowok yang beneran mau terima kamu seapaadanya kamu, kamu nggak perlu cari perhatian demi dia, dan dia akan selalu melihatmu kayak kalian waktu pertama kali ketemu. Ini tuh beneran omongan yang, "Ketika kamu menemukan cowok yang tepat, dia akan memperlakukanmu seperti Ratu seumur hidupnya."


From the novel..
"Orangtua kami masih saling mencintai. Tapi cinta tidak cukup untuk mempertahankan pernikahan."

"Iya. Tapi yang lebih penting adalah... aku mau punya anak sama kamu, Raya. I couldn.t think about having kids with another woman. Because all I want is you."

"I can't feel your pain caus I'm not the one doing the labor. But all I can do is stay here by your side. Give you every support that you need. And tell you that you are perfect however you look. I love you whatever it takes. I won't stop saying thank you for making me a father of two."

"Di mata saya, nggak ada bedanya. Fisik, mungkin, tapi itu nggak berpengaruh sama sekali. Dia tetap Soraya yang tangguh, Soraya yang penuh perjuangan, Soraya yang cerdas, perempuan paling cantik dan paling saya cintai. Punya anak nggak mengubah pandangan dan rasa cinta saya buat dia. Malah menambah besar cinta dan hormat saya buat dia."

Friday, August 25, 2023

[REVIEW] Sekali Lagi di Helsinki

Sekali Lagi di Helsinki

Eva Stremova

49 Parts on Cabaca — Ending

"Tidak ada 'tetapi', Ada. Di usiamu yang 35 seperti ini kau seharusnya berpikir lebih dewasa. Berhentimencari-cari kesalahamu sendiri dan menimpakan semua hal buruk yang terjadi pada dirimu sendiri. Orang lain juga punya andil dalam semua yang kau alami. Kau harus menerima hal itu dan hidup dengannya."


B L U R B
 
Dua kali mengalami kegagalan dalam rumah tangga membuat Ada mengalami krisis kepercayaan pada lawan jenis. Masa lalu yang menuntutnya menjadi perempuan sempurna—pandai memasak, mampu mengurus rumah dan suami hingga memiliki buah hati, justru membuatnya ingin bebas, menjadi perempuan yang bisa hidup di atas kakinya sendiri.
 
Di Helsinki, dalam proyek seminar atas bukunya yang telah terbit, Ada bertemu dengan Mika. Berbeda dengan Ada, Mika yang telah siap untuk melangkah lebih jauh, terus berusaha mendekati wanita itu untuk menjalin komitmen-sekali lagi.
 
- - - - - - - - -
 
Kehidupan Ada tidak begitu menarik, ah mungkin menarik bagi sebagian orang. Bisa bekerja kapan saja, menerbitkan buku di luar negeri. Hanya itu saja yang bisa dibanggakannya. Tapi dia tidak seperti kebanyakan perempuan. Ada tidak punya pasangan, dan tidak punya anak.
"Sekali-kali, kau harus menghapus prasangkamu. Tak semua orang di dunia ini buruk seperti dugaanmu. Aku menyesal kau punya masa lalu yang tak menyenangkan. Tapi, jika satu atau bahkan sepuluh orang menyakitimu, bukan berarti sepuluh, seratus atau seribu lainnya juga akan melakukan hal yang sama kepadamu."
Bagi Ada, jatuh cinta lagi itu sulit. Masa lalu yang tidak mengenakkan membuatnya sadar diri agar nggak sakit hati lagi. Karena nggak akan ada yang membelanya, tidak juga ibunya.

Kedatangannya ke Helsinki untuk pekerjaan, yang tak disangkanya, Mika, seseorang yang mendadak menemaninya, meluangkan waktu untuknya, sekadar menonton attau berjalan-jalan. Hal ini terasa aneh, tidak ada yang pernah melakukan ini sebelumnya. Tak hanya itu, Ada juga mulai merasa nyaman. Ini sepertinya salah. Bisa kah dia menerima kedatangan Mika?


Saat awal membaca, aku agak kesel sama Ada karena dia ini kayak negatif thinking banget ssama kebaikan orang lain. Ya emang sih, kalau udah lama ngapa-ngapain sendiri, pasti lebih milih sendiri ketimbang dibantuin. Tapi kalo ada yang mau ngebantuin dengan sukarela, kenapa dia nggak mau terima aja.

Suka sama berondong itu juga gampang-gampang susah. Karena kalau suka, pasti ada aja yang bikin kepikiran. Apalagi adat ketimuran ini kan menganggap aneh pernikahan yang jarak umurnya terlalu jauh. Semakin menjadi lah Ada.

Kalau aku sendiri, lebih suka sama Mika. Suka sama semangatnya, perjuangannya, gercepnya juga. Bener-bener idaman lah. Meskipun terkadang dia kalo ngide suka kelewatan ya. Masa iya ngajak ngedate ke rumah orangtua? Siapa yang nggak terkejut? Emang Mika beda dari yang lain ya.

Mengambil masalah yang menurutku lumayan rumit, kak Eva berhasil mengeksekusinya dengan baik. Aku suka dengan cara menulisnya dan menyampaikan keresahannya Ada. Sebagai perempuan, aku juga relate. Sudah menikah dan nggak kunjung punya anak memang kadang jadi momok. Apalagi kalau suaminya nggak ikutan belain. Pengen kutampol rasanya.

Friday, August 11, 2023

[REVIEW] Semangat, Tante Sasa!

Semangat, Tante Sasa!

Thessalivia

Gramedia Pustaka Utama

198  Halaman

"Orang-orang terbiasa dengan kebaikan, kadang lupa untuk menghargai kebaikan yang diterimanya itu."


B L U R B

Demi apa Sasita yang seorang wanita karier tiba-tiba diminta menjaga anak kecil? Sudah cukup hidupnya disibukkan dengan pekerjaan, sekarang harus memikirkan anak kecil pula. Sasita terpaksa mengorbankan kebiasaannya bersenang-senang sampai larut malam, kadang sampai mabuk, dengan teman-teman kantornya. Belum lagi Mama yang tidak memercayai Sasita sanggup mengurus Velisa, keponakannya, anak almarhum Kak Vania.

Mama tahu kebiasaan Sasita pulang malam, hura-hura, apalagi Sasita malah dekat dengan laki-laki beristri! Sasita sama sekali bukan contoh yang baik bagi Velisa. Kalau sudah begini, apakah tugas yang terpaksa Sasita emban justru akan semakin meretakkan hubungannya dengan Mama?

Apakah Sasita sanggup memenuhi janjinya kepada Kak Vania?

- - - - - - - - -

Kehidupan Sasita sebagai analis di bagian investment banking membuat dia bekerja keras, bahkan bisa lembur-lembur. Apabila ada waktu luang sepulang kerja, tentu saja dimanfaatkan untuk menyenangkan dirinya sendiri. Kapan lagi dia bisa bebas, apalagi dia sudah hidup sendiri, jadilah lebih bebas.
"Mengajari anak itu sekali dikasih tahu belum tentu langsung mengikuti. Kita harus mengulang lagi dan lagi sampai mereka terbiasa. Kita juga jangan capek kasih tahu lagi, mengulang kata yang sama terus-terusan."
Merawat anak kecil tidak pernah ada di agenda Sasita. Kedatangan Velisa ke apartemennya karena ibunya sedang pergi, membuatnya jadi pribadi yang lain. Awalnya terasa mudah bagi Sasita, karena masih ada Mbak Iis, ART yang menjaga Velisa. Tapi lambat laun, Sasita sadar, dia tidak bisa mengandalkan Mbak Iis terus menerus. Meskipun Velisa sudah besar dan ada Mbak Iis, Velisa tetap membutuhkan Sasita sebagai orang yang cukup dekat dengannya.


Tiba-tiba ada anak kecil di rumah saat biasa sendiri itu memang aneh. Apalagi Sasita terbiasa sendiri, nggak ada yang menginterupsi kegiatannya, sekarang jadi kedatangan Velisa yang ada buat nemenin dia sarapan atau makan malem.

Kebanyakan orang mungkin lihat kehidupan Sasita tuh enak dan menyenangkan. Padahal ya enggak juga. Nggak ada yang paham kalau dia tuh di kantor tuh kerjaannya segambreng. Di rumah juga nggak ada temen ngomongnya karena dia tinggal di apartemen.

Dibalik sikap dan sifat Sasita yang kadang menyebalkan ini, ternyata dia punya kerinduan yang besar terhadap kakaknya dan ibunya. Meskipun ibunya juga selalu menyindirnya.

Membaca kisah Sasita ini mengingatkan aku sama mamaku. Kadang kita kayak tom n jerry, kadang juga kita bisa super kompak. Selama baca, kukira memang ibunya yang keras, tapi dia juga punya alasan untuk setiap kekeraskepalaannya itu. Ya walaupun aku juga nggak setuju dengan ibunya yang kadang terlalu melarang tanpa memberi alasan yang jelas atau alasan yang kurang kuat menurutku.

Aku suka bagaimana kak Thessa menyampaikan kisah Sasita melalui Velisa. Mungkin memang benar, anak kecil bisa menjadi obat untuk kita orang dewasa. Karena kadang kita sudah terlalu banyak berekspektasi dan berharap sehingga mudah kecewa. Sementara anak kecil punya hati yang jauh lebih besar, untuk membuat kita tersentuh dengan ucapan atau kebaikannya.

Satu hal lagi yang kusuka dari buku ini, di akhir babnya selalu diberikan tips-tips untuk menghadapi anak kecil! Menarik banget.


From the book...
"Sa, Mama hanya mau mengingatkan, kasih tahu anak jangan pakai emosi. Kamu boleh emosi ke Mama, boleh marah ke Mama, tapi jangan ke Velisa. Jangan sampai kekesalan kamu terhadap hal lain kamu lampiaskan ke dia. Kasihan, dia cuma anak kecil yang sudang nggak punya orangtua."

"Orang-orang terbiasa dengan kebaikan, kadang lupa untuk menghargai kebaikan yang diterimanya itu."

"Jangan lupa mengucapkan terima kasih, sekecil apa pun kebaikan yang diberikan orang lain."

"I can't promise to fix all your problems, but I can promise you won't have to face them alone."

"Yang penting itu kualitas waktu yang kita habisin bareng mereka. Siapa bilang ibu yang seharian di rumah lebih baik daripada ibu yang bekerja?"

"Jadi orangtua itu belajarnya seumur hidup, Sa. Nggak bisa lo baru sebulan lebih jaga anak dan berharap langsung jadi orangtua sempurna. Yang penting lo mau belajar, dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga buat Ve."

"Orang bilang, anak-anak harus banyak belajar dari orang dewasa. Kenyataannya, justru orang dewasalah yang belajar banyak dari anak-anak di sekeliling mereka, terutama tentang kasih sayang dan keikhlasan."

Friday, August 4, 2023

[REVIEW] Cut The Crap

Cut The Crap

RevelRebel

Aksara Makna Imaji

502 Halaman

"Kamu membuatku percaya bahwa kesempatan kedua itu ada. Aku pernah gagal dan aku belajar dari kegagalan itu, sampai akhirnya aku yakin akan sanggup menjalani hubungan ini dengan kamu. Aku harap kamu mau memberiku kesempatan."


B L U R B

Kehidupan sebagai banker membuat Jia merasa hidupnya hampa. Sebuah keputusan nekat membuatnya berhenti bekerja dan membuka sebuah toko buku, The Book Tour. Selama tiga puluh tahun menjalani kehidupan yang diatur keluarganya membuat Jia muak, hingga akhirnya dia menemukan The Book Tour sebagai sebuah surga kecil di hidupnya.

Juga, sebuah pertemuan tidak sengaja dengan pria bermata biru di MRT, membuat hidupnya menjadi sebuah petualangan panjang penuh tantangan.

Ikuti petualangan Jia bersama Pria Bermata biru dan The Book Tour.

- - - - - - - - -

Gianna Aldilla Fajrin, seorang banker di Southbank yang menurut banyak orang, pekerjaannya adalah pekerjaan yang paling diinginkan saat ini. Gajinya besar, jabatan juga lumayan, tapi tentu saja ini semua dibayar dengan kesehatan mental. Pulang malam, bahkan hanya tidur beberapa jam saja.
"Pernikahan itu bukan balapan, jadi enggak ada istilah dilangkahi. Aku enggak mau egois dengan menghalang-halangi kebahagiaan adikku. walaupun statusku yang masih single jadi bahan gunjungan dan semua orang menyalahkan Bian. Lagi pula, pernikahan Bian itu darurat." P. 152
Christian Devara Rama Prijadi, manajer di salah satu kantor ternama di Jakarta. Pertemuannya dengan Jia bisa dibilang cukup awkward, Chris yang ijin untuk nebeng karena hapenya yang lowbat. Pertemuan yang singkat, tapi cukup bikin deg-degan. Gimana enggak, sepulang kerja, sudah malam, dengan keadaan yang kuyu dan lelah ketemu sama cowok yang tinggi besar dan mau nebeng pulang. Meskipun searah, tapi cukup aneh kan?

Nggak ada yang menyangka, ternyata Chris adalah seorang duda beranak satu. Jia pun nggak menyangka hal itu. Tapi, nggak ada yang bisa menolak pesona Lala, anak Chris yang siap membuat orang lain jatuh hati dengan tingkahnya.


Kalimat yang ada di beberapa halaman awal bikin aku sadar. Apa yang sebenarnya kuinginkan? Apa iya aku mau menjalani hidup yang seperti ini? Tapiii.. balik lagi. Nggak semua orang bisa memilih apa yang diinginkannya dalam hidup. Siapa sih yang nggak mau bangun agak siangan, nggak perlu macet-macetan saat pagi atau pun malam, bisa kerja sesuai passion, atau malah dapat uang dari hobi.
 
Tidak semua orang seberuntung Jia, atau malah, tidak semua orang seberani Jia. Aku pun, belum tentu seberani Jia. Karena untuk resign dan membangun sebuah toko buku, bukan hal yang mudah. Meskipun aku tau tempat mana yang bisa mensupply buku-buku, atau hal lainnya. Tapi aku masih nggak seberani Jia. Salut banget deh. 
 
Aku suka interaksi antara Jia-Chris, meskipun Chris ini tipe cowok yang nyebelin ya. Karena cueknya kelewatan! Mana dia ini orngnya tuh kekeuh lebih milih act of service, ketimbang ngomong. Merasa bahwa semuanya tuh bisa diatasin sendiri, nyatanya ya enggak. Ini kayaknya jadi sifat dasar laki-laki ya. Merasa bisa semuanya, giliran nanti salah langkah, kecewa, atau nyalahin diri sendiri. Padahal, apa susahnya ngomong sih?
 
Karakter lainnya yang kusuka adalah ibunya Jia. Walaupun dia tuh kadang ngeselin karena sindirannya, tapi somehow, apa yang diomongin dia ada benernya. Nggak hanya sekadar nyindir aja, tapi juga dipaparkan fakta.

Setiap tokoh di novel ini menurutku pas. Semua punya porsinya masing-masing, dan nggak berlebihan. Belum lagi, setiap tokoh juga punya cerita masing-masing yang diceritakan sekilas. Bagaimana masa lalu Mila—sahabat Jia. Bagaimana masa lalu Chris yang ternyata cukup menyesakkan kalo diceritakan.

Last, aku suka sekali sama konsep toko bukunya Jia. Ini juga yang aku mau sejak dulu, punya toko buku yang nggak rame-rame amat nggak masalah, tapi punya pelanggan tetap. Mana tempatnya tuh kayak cozy banget! Rasa pengen punya toko buku tuh jadi tinggi lagi. Hahaha..
 
Terakhir banget, jangan sampe kecewain orang yang sudah kasih kesempatan sama kamu. Kalo nanti dia kecewa, dan berujung nggak percaya lagi, nggak ada yang namanya kesempatan kedua. Karena kamu sudah menyia-nyiakan hal yang dikasih sama orang itu.


From the book...
"Kita, kan, udah dewasa, ya. Maksudku, wajar kalau kita ingin punya kehidupan sendiri. Bukan berarti kita menelantarkan orang tua." P. 109

"Prinsip gue, selama melakukan yang lo suka, enggak ada yang namanya buang-bbuang waktu. Gue memang enggak dapat gaji gede, tapi cukup buat sehar-hari, dan yang penting, gue masih ada waktu untuk menjalani hobi." P. 239

"Enggak mudah untuk menjadi ibu, apalagi ibu sambung. Kamu mungkin bisa yakin dengan Chris, tapi gimana dengan anaknya? Itu yang harus kamu pertimbangkan." P. 296

"Kamu mungkin sedang terlena dengan Chris, merasa semuanya akan baik-baik saja. Kamu juga harus paham tanggung jawab apa yang akan kamu emban kalau serius dengannya." P. 296

"Jangan gegabah, cuma itu pesan Mama. Kalau memang maunya sama Chris, kamu harus siap menerima tanggung jawab. Tapi, kalau kamu mau mempertimbangkan laki-laki lain, juga tidak masalah." P. 296

"Lo juga harus ingat, jangan sampai kelamaan mikir lalu kehilangan momen, dan nantinya bakal menyesal." P. 435

"Kamu membuatku percaya bahwa kesempatan kedua itu ada. Aku pernah gagal dan aku belajar dari kegagalan itu, sampai akhirnya aku yakin akan sanggup menjalani hubungan ini dengan kamu. Aku harap kamu memberiku kesempatan." P. 440

"Kamu memang memikirkan Lala, tapi jangan lupa pikirkan dirimu. Siapa pun perempuan itu, penting jika dia bisa menerima Lala. Namun, yang lebih penting lagi, dia bisa menerimamu. Semua lebih dan kurangmu. Semua beban yang kamu punya. Jatuh cintalah, untuk dirimu sendiri." P. 485

Friday, July 28, 2023

[REVIEW] Rewrite

Rewrite

Akhtarara

46 Parts on Cabaca — Ending

"Itulah masalahnya. Lo terlalu membenci Rega sampai lupa untuk bahagia. Kalau lo mau Kimi bahagia, yang terutama adalah membuat diri lo bahagia dulu."


B L U R B

Keretakan rumah tangga Nana dan Rega yang tak dapat lagi diperbaiki, membuat keduanya memutuskan untuk bercerai. Entah Nana yang terlalu bodoh membiarkan lelaki itu berselingkuh di belakangnya atau karena Rega memang tak lagi menaruh harap apapun pada keluarga kecilnya.

Demi Kimi, anak semata wayang Nana dan Rega, wanita itu memutuskan untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. Tak disangka, pemilik rumah tempat ia bekerja adalah mantan pacar Nana saat kuliah — Juna. Hal-hal yang seharusnya dilupakan, tetap pada tempatnya di masa lalu, kini hadir dalam kehidupan keduanya.

Akankah Nana dapat menjalani kehidupannya dengan tenang bersama Kimi? Ataukah kehadiran Juna di masa kini adalah satu bantuan untuk Nana dan Kimi dalam menjalani hari-harinya yang alpha?

- - - - - - - - -

Punya keluarga lengkap merupakan impian Nana. Kehangatan keluarga, lengkap dengan ayah dan ibu, menjadi impian Nana. Apalagi besar tanpa kasih sayang orang tua, jelas membuat Nana menginginkan Kimi, anaknya mendapatkan hal itu.
"Kimi mau minta sama Peri Bulan, supaya Mama bisa bahagia seperti dulu."
Pernikahannya dengan Rega, tidak bisa berlangsung lama. Rega berselingkuh di belakangnya. Perceraian pun tak terelakkan lagi. Bukannya Nana tak berusaha, dia juga sudah meminta Rega untuk memikirkan kembali hubungan mereka dengan pertimbangan Kimi. Sayangnya, Rega juga tidak bisa melepaskan selingkuhannya.

Perceraian itu membuat Nana akhirnya mencari pekerjaan. Hal itu tidak mudah bagi Nana, karena dia juga harus bersaing dengan fresh graduate dan juga orang yang sudah berpengalaman. Sampai akhirnya, Nana di titik yang lelah sekali. Hingga memutuskan untuk menerima saja pekerjaan yang ditawarkan oleh sahabatnya. Menjadi ART di rumah bosnya. Agak menyedihkan ya, lulusan S1, tapi berakhir jadi ART. Yang ada di pikiran Nana hanya bertahan agar Kimi nggak diambil alih oleh Rega dan calon istrinya. Mungkin ini berat, tapi Nana harus berusaha!


Novel yang kukira tidak terlalu rumit, tapi ternyataaa.. Sungguh terlalu! Menurutku, ini sungguh komplit ya, mulai dari perselingkuhan, persahabatan, permantanan, keluarga, sampai kehidupan seorang ibu itu sendiri.

Kita bedah tokohnya mulai dari Rega dulu ya. Dia ini tipikal suami-suami kebanyakan. Punya istri dibilang nggak boleh kerja, tapi kerjaannya nggak di rumah terus. Kesel banget. Mana mamanya Rega ini mulutnya beneran ngeselin. Pedes banget, kayak gado-gado karet ijo. Sementara Nana, ini tipe cewek yang manut sama suaminya. Nggak boleh ini iya, nggak boleh itu, iya. Dia juga gampang ragu, tapi hal ini bisa kumaklumi setelah mengetahui latar belakang Nana. Tidak punya keluarga dan sandaran, ya tentu aja membuat dia jadi ragu. Karena dia selama ini hidup sendiri, mikir sendiri, ambil keputusan juga sendiri.
 
Aku kesel sekali sebenernya sama Rega, dia selingkuh, tapi dia juga nggak bisa meninggalkan Nana. Ada aja alesannya. Aku nggak suka. Ketika Nana sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menahan Rega, dia nggak mau, giliran Nana sudah bener-bener lepas, dia malah kepikiran. Haduh Rega, nggak semua yang ada di dunia ini bisa kamu dapatkan.
 
Sebenernya, aku tuh nggak setuju kalau istri tidak bekerja. Bukan meremehkan suami sih, tapi lebih ke biar istri ini punya uang sendiri. Jadi semisal ada hal buruk terjadi (amit-amit juga), istri ini nggak terlalu tertinggal. Apalagi jaman sekarang, cari kerja atau mulai usaha tuh nggak gampang. Dunia kerja ini menurutku kejam. Kebanyakan, perempuan yang sudah punya anak biasanya sedikit susah diterima kerja. Ya alasannya sih karena sudah punya anak, dan seringnya juga, kalau ada anak sakit, yang libur ibunya. 

Pelajaran yang bisa diambil dari novel ini, berpikirlah matang-matang, sampe benyek kalo perlu, saat mengambil keputusan. Menikah, bercerai, punya pasangan lagi, apapun itu. Apalagi yang sudah menikah, sekarang sering banget lah kita dengar dan lihat betapa banyaknya orang yang selingkuh, kadang bukan perkara uang atau rupa, tapi bosen. Kalau memang bosen, ya dievaluasi hubungannya, bukan selingkuh. Nggak menyelesaikan masalah. Cepat atau lambat pasti menimbulkan masalah baru.
 
Intinya, dalam berhubungan baik pacaran atau menikah, kalau memang sudah bosen atau lelah, bilang dan evaluasi. Apa masih layak atau enggak. Kalau masih layak, ya diperbaiki dan dievaluasi terus. Tapi kalau sudah menikah bukannya nggak bisa dipisahkan sama manusia? Masa iya kawin cerai terus kayak Vicky Prasetyo?