Tuesday, December 27, 2022

[REVIEW] Sweetshit

Sweetshit

Adellelia

48 Parts on Cabaca – Ending

"Karena perjalanan kita masih panjang. Karena itu jangan menyerah dulu sebelum kita memulai dan menjalaninya, Riss. Halangan dan cobaan pasti akan menerjang, tapi aku yakin kita akan dapat menghadapinya."


B L U R B

Katanya, bagi seroang wanita, memiliki sahabat seorang pria, ibarat mempunyai seorang kekasih yang tidak akan pernah meninggalkan mereka. Well, terdengar menyenangkan sekaligus menggiurkan.

Kira-kira, seperti itulah yang dirasakan Carissa Andara Putri. Wanita berumur tiga puluh satu tahun yang bersahabat dengan Kaiden Putra Syahreza. Seorang Barista yang sedang merintis jejaring usaha coffee shop miliknya di Jakarta. Carissa dan Kaiden pikir, persahabatan mereka akan selalu abadi. Carissa akan selalu ada jika Kaiden membutuhkannya, begitu pula dengan Kaiden yang selalu siap sedia kapan pun Carissa membutuhkannya.

Namun, saat persahabatan mereka akhirnya diuji dengan komitmen, rencana pertunangan Kaiden dengan kekasihnya dan lamaran tiba-tiba yang diterima Carissa dari pria yang baru beberapa bulan ini ditemuinya, akankah kedua insan ini tetap menganggap persahabatan mereka di atas segalanya? It's kinda sweet but full of shit!

Ikuti kisah Carissa dan Kaiden, di mana sepasang sahabat terjebak dalam hubungan yang membuat mereka harus memilih. Terjebak dalam friendzone tapi nyaman? Ataua naik pangkat walau menghadapi jalan terjal?

- - - - - - - - -

Carissa dan Kaiden, dua orang yang bersahabat sejak kecil. Selalu menjaga satu sama lain. Selama ini, mereka berdua baik-baik saja, malahan, Carissa selalu jadi orang yang membantu Kaiden, kalau dia dalam posisi terjebak karena cewek satu malamnya. Apakah Kaiden juga nggak ada perasaan sama Carissa? Oh tentu saja enggak. Kaiden bahkan pernah nembak Carissa, sayangnya, Carissa selalu menolak. Dia selalu menganggap Kaiden itu sebatas sahabat yang akan terus menemaninya.
"Rissa, open your eyes widely! Kaum kami diciptakan beragam. Jika satu orang membuatmu kecewa, masih ada jutaan lainnya yang dapat memberikan kamu rasa bahagia."
Alasan Carissa berlindung dibalik persahabatannya, selain tak ingin kehilangan sosok Kaiden sebagai sahabat, dia juga memiliki trauma terhadap laki-laki. Orang yang seharusnya dipanggil ayah, menjadi cinta pertamanya, malah membuatnya trauma akan sebuah pernikahan dan hubungan. Mungkin kalaupun dia menikah, dia harus memastikan bahwa pasangannya tidak seperti ayahnya. Tapi, apa bisa?

Masalah lain datang, saat Carissa menjalin kerja sama dengan suatu perusahaan, dan pemilik perusahaan tersebut juga menyukai Carissa. Bahkan berusaha untuk mendekatinya secara terang-terangan. Dengan cepat, dia bisa mengambil hati Carissa, tapi, apa dia mampu untuk memalingkan hati dari Kaiden? Sosok yang selama ini sudah menolongnya, menemaninya dan menjaganya?


Banyak yang bilang, persahabatan antara laki-laki dan wanita itu nggak pernah ada. Kalaupun ada, pasti cuma sedikit yang bisa menjalaninya. Aku percaya nggak percaya sih. Habis gimana ya, selama ini aku selalu berteman dengan cowok, menghabiskan waktu dengan mereka, tapi baik-baik aja, nggak sampai yang jatuh hati gitu. Atau ini sebuah pertanda kalau aku nggak menarik? Hahaha..

Membahas hubungan Carissa dan Kaiden ini cukup rumit. Waktu awal baca, kukira mereka ini friends with benefit lho. Eh tapi ternyata mereka hanya sahabatan. Tapi nggak ada ya sahabat yang sering make-out. Gemes deh. Mana mereka ini suka tarik ulur, giliran Carissa mau kasih kesempatan ke Kaiden, Kaidennya deket sama cewek lain. Gitu aja terus sampai perdebatan tentang bumi itu datar jadi kenyataan. Ngeselin.

Kehidupan yang dimiliki Carissa ini juga nggak mudah. Hubungan ayahnya mendadak berantakan sejak ayahnya memilih berselingkuh dan melakukan kekerasan. Jadi hal ini cukup banyak membawa dampak untuk dia mencari pasangan. Karena ya.. kita juga nggak akan tau, laki-laki ke depannya gimana, sekarang baik, besok jahat kan juga bisa. Selain itu, Kaiden yang ada di dekatnya juga punya kelakuan yang minus.

Sejak awal baca kisah Carissa-Kaiden ini, aku seneng banget. Karena kisahnya manis, tapi semakin ke belakang, dibikin gemes dan sedih! Awalnya aku kira mereka tuh bakalan mencari cara untuk bersama, berusaha untuk menyelesaikan masalah mereka. Tapi ternyata mereka malah lebih milih untuk menghindar. Bener-bener ya, diajak naik roller coaster sama hubungan Carissa-Kaiden ini. Apalagi Carissa cukup keras kepala dan egois yang bikin ngelus dada banget liat tingkahnya dia.

Untuk endingnya, aku cukup puas. Menyenangkan berbagai sisi. Tapi ada disclaimer untuk kamu yang dibawah 18 tahun ya. Karena ada adegan cihuy yang sebaiknya tidak dibaca anak di bawah 18 tahun.


From the novel..
"They are just friends. And friendship is stronger than every relationship in this world."

"Memangnya hari gini masih zaman ya laki-laki sama perempuan itu dibeda-bedakan? Katanya kesetaraan gender sudah berlaku? Tapi kenapa bokap gue kayak orang gila gitu ngarep banget punya anak laki-laki, sih Kai?"

"Jangan jadi seorang pengecut yang terus saja menutup pintu hatimu hanya karena kamu terlalu takut merasakan sakit hati yang sama."

Saturday, December 10, 2022

[REVIEW] Fireflies in the Midnight Sky

Fireflies in the Midnight Sky

Francisca Tody

Gramedia Pustaka Utama

360 Halaman

"Satu lagi keuntungan menjadi burung: mereka tidak mengenal garis perbatasan. Dua burung yang terbang berdampingan tidak perlu saling menanyakan dari mana asal mereka, tidak perlu saling curiga. Mereka bebas menikmati langit bersama."

 
B L U R B

"Hidup ini kejam. Hidup mempermainkan kita tanpa ampun. Menindas, mencemooh, bergembira melihat kita hancur, berbahagia saat kita terempas—"

"Tapi hidup mempertemukanku denganmu."

Alyssa bergabung dengan grup gerilya untuk bertahan hidup sejak negerinya diserang meski sebenarnya membenci kekerasan. Di tengah situasi yang semakin genting, Alyssa dikirim dalam misi yang berakhir kacau, lalu akhirnya terdampar dengan kaki terluka di teritori musuh.

Dan saat itulah Alyssa diselamatkan oleh Vigo, pemuda misterius yang merupakan musuh negerinya.

Setelah berhari-hari dalam teritori musuh, Alyssa sadar ternyata Vigo lebih mengerti pergumulan dan trauma gadis itu dibanding teman-teman sebangsanya. Namun, mereka berdua bagaikan air dan api. Saling menjinakkan, juga saling membinasakan. Saat ada percikan kasih sayang antara keduanya, adakah masa depan agar mereka bisa bersatu?

"Apa pun yang terjadi di masa depan, ingatlah hari-harimu di sini tanpa penyesalan."

- - - - - - - - - - - 

Hidup di sebuah gudang reyot selama sebulan lebih dengan bau oli yang bercampur debu, tempat yang berantakan dan perasaan was-was, rasanya sudah menjadi makanan Alyssa sejak dimulainya peperangan akibat Raja yang seenaknya sendiri.

Alyssa dan Mikail—sahabat Alyssa sejak SMP—memutuskan untuk selalu bersama, ya karena mereka hanya punya satu sama lain. Orang tua mereka meninggal akibat peperangan yang sampai saat ini masih belum berakhir. Menjadi seorang mata-mata memang tidak mudah. Selain fisik yang ditempa terus-menerus, Alyssa juga harus mempersiapkan mental ketika harus membunuh lawan mereka. Meskipun mereka hanya seorang petani yang tak sengaja berpapasan dengannya dan Mikail di gudang reyot.
"Kalau leluhur kita tidak pernah pindah dan benua itu masih ada, mungkin kau dan aku adalah tetangga. Mungkin kita akan bermain di ladang yang sama, memanjat pohon yang sama. Mungkin akulah yang akan menjadi sahabatmu di sekolah." P. 159
Pertemuan Alyssa dengan Vigo terjadi secara tidak disengaja. Vigo saat itu menyelamatkannya dari kejaran musuh, ya meskipun sebenarnya, Vigo sendiri ini juga kubu musuh. Tapi Alyssa tidak bisa berbuat apa-apa, selain menunggu hingga kakinya pulih.

Selama masa tunggu inilah, Alyssa dan Vigo saling mengenal lebih dalam satu sama lain. Meskipun awalnya Alyssa takut dan kepikiran, karena Vigo yang mengetahui bahwa dia adalah musuhnya, dan juga partnernya yang terpisah. Lama kelamaan, mereka mulai mengesampingkan itu semua, dan sedikit banyak saling berbagi. Cerita, masa lalu, dan konflik yang terjadi saat ini.

Apakah Alyssa akan berkhianat terhadap negerinya, atau Vigo yang akan berkhianat?


Awal membaca novel ini, aku kira ini adalah novel terjemahan. Eh, pas baca, ternyata enggak. Ini karya lokal dan cukup menarik!

Membahas tentang peperangan sebuah negara, nggak hanya karena kepentingan seorang Raja, tapi juga kepentingan bawahan-bawahannya. Yang tersiksa siapa? Ya jelas masyarakat paling bawah. Sama seperti Alyssa, Vigo, dan banyak orang lainnya. Saling tuduh, merasa kepentingan dan keselamatannya jauh lebih penting ketimbang nyawa orang ataupun musuh. Bener-bener nggak pandang bulu. Tua, muda, pokoknya kalau terlihat kayak musuh, bunuh!

Nggak hanya menggambarkan suasana perang yang mencekam dan penuh dengan kewaspadaan, tapi di sini juga dijelaskan gimana perasaan dan mental para korban dan tentara yang menjaga negerinya. Aku berasa diajak jadi Alyssa. Nggak kebayang banget kalo harus perang, bergerilya, ngebunuh orang. Apalagi ini kan nggak kayak di game yang kalo mati tuh bisa direcall, atau balik ke lobby dan main game lagi.

Jujur, aku sempat bingung dengan setting waktunya. Karena kukira ini tuh kayak jaman dulu banget. Tapi ada pembahasan kuliah, handphone dan beberapa kemajuan jaman yamg menurutku kalo di masa lampau itu masih belum ada. Jadi yaa.. aku hanya nggak nangkep di sana sih.

Selama baca novel ini, aku ikut deng-degan bareng sama Alyssa. Apalagi waktu Alyssa dan Viga sempat ketahuan. Ya ampun, jantungku makin nggak karuan!


From the book...
"Mungkin pilihan adalah kemewahan tak terbeli di masa perang." P. 32

"Terkadang aku berharap bisa menjadi burung. Mereka terlihat begitu bebas engarungi angkasa. Dan di atas sana, mereka bisa memadang masalah dengan perspektif yang benar." P. 151 to 152

"Satu lagi keuntungan menjadi burung : mereka tidak mengenal garis perbatasan. Dua burung yang terbang berdampingan tidak perlu saling menanyakan dari mana asal mereka, tidak perlu saling curiga. Mereka bebas menikmati langit bersama." P. 152

"Bukan. Obsesi adalah keadaan negatif saat kau tidak bisa berhenti memikirkan sesuatu." P. 209
 
"Hidup ini kejam. Hidup mempermainkan kita tanpa ampun. Menindas, mencemooh, bergembira melihat kita hancur, berbahagia saat kita terempas—" P. 213

"Kalian berdua bagaikan air dan api. Dua elemen yang berbeda. Keduanya kuat dan sulit dikendalikan. Tapi jika bersama, kalian mampu saling menjinakkan. Yang kalian miliki adalah sesuatu yang unik." P. 223

"Selamanya adalah waktu yang sangat panjang, Vigo. Siapa yang mampu menjanjikan hal semacam itu?" P. 310

"Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan hingga pantas menerima cinta seperti ini. Cinta yang tidak menuntut, tapi memberi. Tidak mengekang, justru membebaskan. Cinta yang realistis, tapi tetap setia." P. 310

Sunday, December 4, 2022

[REVIEW] Loveconomics

 

Loveconomics

Mosaicrile

16 Parts on Cabaca - Ending

"Kenapa mempertahankan sebuah hubungan kayak dikhususkan buat pasangan yang sudah nikah saja? Memangnya kalau masih pacaran, seseorang nggak perlu berusaha mempertahankan hubungan mereka?"

 
B L U R B
 

Orang bilang, "Fake it till you make it."

Jadi, laporan kebohongan gue tentang pencapaian dalam urusan percintaan dan karier mengalir begitu saja di acara reunian. Akan tetapi, bukannya berusaha menjadikan dusta itu kenyataan, masalah hidup gue makin runyam bagaikan deretan utang yang mengantre dilunasi. Persoalan itu bikin impian buat jadi eksmud sukses di kota metropolitan ini makin nggak bergerak-gerak padahal umur jalan terus.

Gue bingung mengapa seorang pria tampan mau menemani gue malam itu di luar bangunan kelab, padahal wajah gue kusut masai habis dikerjai nasib. Penampilan yang flamboyan serta profesinya sebagai Agency Director di perusahaan jasa keuangan terkemuka, menimbulkan kesangsian sewaktu dia menyatakan niatnya yang ingin menyelamatkan gue dari kerusuhan hidup.

Heran. Dia selalu bisa menemukan gue, bahkan di saat gue nggak ingin ditemukan.

- - - - - - - - -
 
Jadi, setelah lulus dari kuliah, harapannya kan dapet pekerjaan di tempat yang enak, gaji yang lumayan. Semakin lengkap, kalau sudah punya pasangan. Pasangan yang baik, nggak toxic, suportif. Awalnya, Nomi memiliki semua ini. Pekerjaan sebagai staf akuntan di salah satu perusahaan yang cukup terkenal, punya pacar yang suportif dan menyayanginya. Bagi Nomi, ini sudah cukup.

Reunian di salah satu kelab, membuat Nomi kembali mempertanyakan semuanya. Apalagi dia mendadak diPHK dari kantornya bekerja. Yang Nomi punya hanyalah Aksen–pacarnya. Satu pertanyaan dan jawaban kebohongan yang kemudian membuat Nomi semakin mempertanyakan tentang hubungannya yang masih jalan di tempat.
"Semua akan baik-baik saja. Seandainya kamu perlu waktu yang sangat lama untuk pulih, atau kamu jatuh berulang kali supaya bisa kembali berdiri, yang perlu kamu ingat adalah kamu nggak sendirian. Saya nggak akan meninggalkan kamu."
Pertemuan pertamanya dengan Nomi cukup membuat Eko terkesan. Meskipun hanya di lataran kelab, Nomi yang cukup berantakan, tapi bagi Eko, hal ini cukup membekas.

Bekerja sebagai agen asuransi, membuat Eko juga bisa menyelam dan mengenal lawan bicaranya, termasuk Nomi. Dalam pertemuan kedua mereka, Eko sangat ingin membantu Nomi dengan cara apapun. Tapi Nomi selalu menghentikannya. Tidak ingin ada utang di antara mereka. Nyatanya, dalam beberapa kali kejadian, hanya Eko yang bisa membantu Nomi melewatinya. Jadi, siapa yang akan Nomi pilih? Aksen yang selalu ada semenjak kuliah, atau Eko yang selalu membantunya?

Pilihan yang tentu sulit. Menjalani hubungan bertahun-tahun pasti ada yang membekas. Entah memorinya, cara mantan memperlakukan kita, bahkan sampai kesalahan yang dilakukannya, tapi sengaja kita abaikan karena alasan sayang. Sama kayak Nomi, beberapa kejelekan Aksen sebenernya udah kelihatan. Istilahnya udah red flag banget! Tapi Nomi masih berusaha mikir kayak, "Enggak lah, itu cuma pemikiranku aja."
 
Baca novel ini, jujur aja pas awal tuh lumayan bingung, karena kejadiannya mundur. Tapi setelah baca beberapa bab, aku mulai paham dengan alurnya. Menurutku, ini novel dengan paket lengkap. Semuanya ada.

Nggak hanya membahas hubungan percintaan Nomi aja, atau ngebahas kebingungannya Nomi waktu nggak ada kerjaan, tapi juga membahas tentang keluarga. Ini heartwarming sekali buatku. Cerita tentang keluarganya nggak mendetail, tapi menyentuh. Tapi ada yang bikin aku cukup heran. Hubungan Nomi dengan kedua orang tuanya bisa dibilang sangat baik, Nomi juga terbuka ketika ada masalah di kantor, penyebabnya diPHK, tapi kenapa Nomi nggak bisa menyampaikan apa yang ada di kepalanya ke Aksen.

Untuk karakternya, juwarak semua buatku. Kak Jo kalo nulis, totalitas banget! Semua karakternya tuh punya latar belakang yang menyebabkan mereka sampai di titik yang sekarang, cara mengambil keputusan, cara berpikirnya juga. Jujur, yang paling aku suka tuh Eko. Sifatnya dia tuh kalem banget, cara ngomongnya juga halus banget. Haduh, Eko nih beneran ada di dunia nyata nggak sih? Kayak too good to be true.
 
Nah, kalau karakter yang makan ati, cuma Aksen! Dia ini cowok yang nganggep bahwa dunit itu berputar, dan porosnya tuh sama dia. Jadi semua perhatian harus ke dia. Sejak awal baca, aku tuh udah ngerasa, ada yang salah sama Aksen, pengen banget ngasih tau Nomi kalo dia tuh harus menjauh dari Aksen. Ngeliat Aksen nih, udah kayak ngeliat temenku yang pacarnya super posesif nggak jelas dan tingkah lakunya tuh nyebelin abis. Selalu emosi kayaknya kalo ngebaca ada Aksennya.

Ada satu hal menarik di novel ini. Pekerjaannya Eko sebagai agen asuransi. Seperti biasa yang kita tau, agen asuransi tuh orang yang ngeselin ya. Kayak ketemuan dikit, langsung ditawarin, nelpon temen, nawarin asuransi. Tapi Eko ini nggak gitu. Kalo kamu tertarik, dia bakalan ngejelasin kebutuhan asuransimu apa aja, tapi kalo enggak, ya dia diem aja, ngebahas yang lainnya. Selain itu, agen asuransi dimasukkan jadi profesi di novel ini cukup jarang lho, atau bahkan nggak ada. Jadi aku baru nemu di Loveconomics ini. Menarik kan?

Untuk pembaca yang mau baca Loveconomics, mari persiapkan hati dan jaga emosi. Selain itu, ada warning di beberapa bab. Bukan adegan 18+, tapi suicidal. Jadi sebaiknya membaca ini di saat kondisi stabil ya.


From the novel...
"When life is inequitable, beberapa orang memilih rokok sebagai pelarian, ke diskotek dan minum-minum, atau simply, sitting down in front of the building, mumbling and sighing, seperti kamu tadi."

"Zaman sekarang, semua orang berkhianat, Eko. kalau kamu percaya saya tadi berkata jujur, itu salah kamu."

"Apa yang hilang bisa dicari, tapi masa depanmu jangan sampai dirusak sama pria yang nggak bisa menghargaimu. Paham"

"Pada dasarnya, kita selalu membutuhkan orang lain untuk berbagi suka dan duka, meminta dan dipinta pendapatnya, atau seperti yang kita lakukan sekarang, bertukar cerita untuk menemukan kelegaan maupun wawasan baru."

"Semua orang tahu ada penyakit dan penderitaan yang terjadi semasa hidup, tetapi terlepas dari segala kesengsaraan itu, lebih banyak manusia yang memilih bertahan agar bisa menghirup oksigen selama mungkin."

"Sikapmu yang mencoba jujur termasuk salah satu hal yang membuat saya kagum. Apa yang kamu lakukan, sebetulnya juga merupakan cara menghargai dirimu sendiri, Nomi."

Friday, November 25, 2022

[REVIEW] Sexy Lingerie



Sexy Lingerie

Belladonna Tossici

48 Parts on Cabaca — End

"Anda benar. Pria sejati tidak akan menginkari janjinya. Maka dari itu saya tidak akan mengingkari janji saya untuk menjadikan Mutiara perempuan yang harus saya jaga baik tubuh maupun hatinya."


B L U R B

Mutiara Prima memercayai Cassandra van den Heuvel. Segala hal tentang dirinya diceritakan pada sahabatnya sejak masa kuliah itu, termasuk riak pernikahannya dengan Hamizan Parama. Mutiara banyak berkorban bagi Hamizan; berhenti bekerja, fokus mengurus suami dan rumah tangga, tetapi semua tak cukup bagi—ibu mertuanya—Fatma.

Hubungan Mutiara dengan Fatma semakin runcing sampai Hamizan menjatuhkan talak satu. Cassandra menolong Mutiara yang pergi dari rumah, menyediakan tempat untuknya berteduh sementara. Mutiara sungguh percaya bahwa Cassandra adalah dewi penolong tanpa dia ketahui sahabatnya merupakan musuh dalam selimut, karena sudah sejak lama Cassandra jatuh cinta pada Hamizan.

- - - - - - - - - -

Mutiara Prima, seorang ibu rumah tangga yang sangat beruntung mendapatkan Hamizan Parama, seorang pebisnis yang bisa dibilang cukup sukses dengan usaha restoran yang mengangkat ide makanan sehat. Dalam hubungan mereka selama menikah, keduanya merasa cukup dan baik-baik saja, meskipun tanpa kehadiran seorang anak. Sayangnya, di mata ibu mertuanya—Fatma—belum ada kehadiran anak, tentu saja kurang.
"Laki-laki yang akan menikahiku haruslah karena memang mencintaiku, tidak ingin poligami, tidak membandingkanku dengan perempuan lain, tidak punya orang tua yang antagonis seperti di sinetron, dan dia harus menerima anakku."
Cassandra van den Heuvel, sahabat Mutiara sejak kuliah. Wanita independen yang memiliki usaha menjual lingerie. Mutiara sering mempertanyakan tentang usaha yang dilakoni oleh sahabatnya ini. Sebagai orang yang agamanya taat, dia mempertanyakan, siapa yang akan membeli pakaian kurang bahan ini? Tapi seringnya, Mutiara juga iri dengan sahabatnya yang bisa bekerja dan menikmati uang yang dihasilkannya sendiri.

Hubungan persahabatan ini baik-baik saja, sampai ketika Mutiara menemukan bahwa sahabat dan suaminya sedang bersama! Cobaan apalagi yang diterima Mutiara? Padahal selama ini, dia mengira bahwa suaminya juga cukup hidup dengannya, walaupun masih ada kekurangan dalam dirinya.


Membaca kembali karya kak Bella, dan mendapatkan kejutan! Kak Bella ini memang spesialis menulis cerita, yang nggak hanya sekadar seks, tapi juga ada makna yang diselipkan. Kali ini, tema yang diangkat adalah tentang perselingkuhan. Untuk yang pernah mengalami ini dan masih ngerasa jengkel, ada baiknya jangan baca ini dulu. Biar nggak makin emosi.

Aku akan mulai bahas dari tokohnya dulu ya. Tokoh di sini, menurutku punya karakter yang cukup kuat. Mulai dari Hamizan yang egois, dan terlalu cepat mengambil keputusan, Cassandra yang cukup bebas dan independen, Mutiara yang terlalu baik dan positif thinking, dan tentu saja Raden Kanjeng Ratu Fatma yang maha benar dan sungguh kolot ini bikin semakin kesal.

Pada awalnya, aku cukup salut lah sama Hamizan. Dia membela Mutiara mati-matian, mengatakan bahwa mereka emang baik-baik aja walaupun tanpa anak, tapi ya namanya orang. Kalo lama-lama hal kayak gitu dibahas melulu sama orang tuanya, pasti risih ya. Nah, mulai dari sini, aku kesel sama Hamizan, nggak hanya karena dia mulai bimbang, tapi dia jadi tergoda untuk melakukan hal lain yang negatif.

Sampai ending, aku masih nggak suka sama karakternya Hamizan. Nyebelin banget jadi karakter. Nggak tau juga nih, kak Bella nemu cowok model ginian di mana. Ya meskipun ngeselin banget, aku yakin sih, cowok yang kayak Hamizan ini eksis banget di dunia nyata, malah bisa lebih nyebelin lagi.

Menurutku, untuk yang pernah diselingkuhin atau disakiti banget sama orang yang disayang, sebaiknya jangan baca ini kalau masih belum ikhlas. Soalnya cerita ini membawa emosi dan kejengkelan luar biasa. kak Bella sukses banget sih nulis cerita ini.

Tuesday, October 25, 2022

[REVIEW] Wedding in Chaos

 

Wedding in Chaos

Respati Kasih

45 parts on Cabaca - End

"Sebagai pasangan, nggak melulu hal-hal bahagia yang kita bagi. Membagi keresahan juga perlu."



B L U R B

Ini tentang Rasyid yang terlalu tabah dan Adelia yang terlalu bebal. Menikah dengan asas simbiosis mutuliasme, membuat mereka masuk ke dalam fase hidup yang jungkir balik.

Banyak hal membuat langkah mereka terhenti di saat kebahagiaan begitu dekat. Terasa amat dekat, justru ketika salah satu dari mereka memutuskan untuk menyerah.

Saling kehilangan.

Atau, sebaliknya? Barangkali waktu akan berbaik hati memberi kesempatan kedua dan mengembalikan hati ke tempat semestinya.

- - - - - - - - -

Pernikahan memang sesuatu yang sakral. Bahkan untuk sebagian orang hal ini adalah satu hal yang amat sangat suci. Sayangnya, hal ini nggak berlaku untuk Adel dan Rasyid.

Keduanya memutuskan untuk menikah karena satu dan lain hal. Mereka juga bukan pasangan, yang ada hanyalah mereka pernah berteman di masa sekolah. Sesuatu hal yang bisa dibilang aneh. Karena Adel bukanlah cewek biasa. Adel yang sekarang, bukanlah Adel yang pernah Rasyid kenal dulu. Adel yang sekarang, lebih cuek, nggak peduli apa kata orang, dan lebih memilih ngalah daripada berdebat nggak penting. Singkatnya, Adel yang sekarang lebih simpel. Nggak suka mempersulit hidupnya.
 
 "Pernah mikir nggak kalau sesuatu yang kita mulai dengan cara yang salah, ujungnya bakal nyakitin?"
Rasyid, cowok tenang yang keliatan kalem dari luar, tapi kalo udah bucin, astaga, malu-maluin! Kalah deh bocil-bocil jaman sekarang. Dibalik tingkah lakunya yang kadang bucin dan tahan banting meskipun dicuekin sama Adel, dia menyimpan banyak sekali rahasia dan luka yang tidak disadari banyak orang.

Adel memang mengetahui gambaran secara luas tentang masa lalu Rasyid, tentang dia yang masih belum bisa move on dari mantan terakhirnya, tentang apa yang ditanggungnya di masa saat ini. Sedikit banyak, Adel juga bercerita tentang masa lalunya, meskipun tidak menjelaskan secara detil bagaimana rasa sakit yang pernah dirasakannya, atau alasan memilih untuk keluar dari rumah.

Terbiasa hidup di bawah satu atap, membuat mereka secara nggak langsung merasa ketergantungan satu sama lain, bukan tentang ranjang atau hal lainnya, hanya nyaman dengan status baru mereka. Tapi, bisakah Adel membuat Rasyid move on? Atau Rasyid tetap tidak bisa move on dan hanya menjadikan Adel sebagai 'pengganti' saja?

Awal membaca cerita ini tuh aku cukup amaze dengan hubungan Adel-Rasyid. Kok bisa ada cowok sesabar Rasyid, dan cewek secuek Adel? Soalnyaaaa.. kebanyakan yang cuek tuh cowok, kalau cewek, jaraaangg banget. Udah cuek, jawabnya dingin banget. Kayak kulkas satu pintu.

Jujur di awal, pacenya agak pelan dan lambat, ya sesuai dengan hubungan Adel dan Rasyid yang baru menjalani hubungan pernikahan simbiosis mutualisme ini. Tapi aku juga dibuat ngakak dengan jawaban-jawaban absurdnya Adel.

Nah, waktu memasuki konflik, jujur aku kadang kesel sama Adel-Rasyid. Karena di satu sisi, mereka berdua tuh suka menyembunyikan perasaan mereka, atau kalau enggak, berusaha untuk terlihat baik-baik aja, nggak ada masalah, padahal ada yang ngganjel. Bener-bener nggemesin emang.

Sekarang, mari bahas masa lalu Adel dan Rasyid. Di awal sampai pertengahan, aku selalu bertanya-tanya, kenapa sih, Adel ini ada masalah sama kakaknya? Padahal, kalau Adel ini tipe anak yang cuek, harusnya malah nggak ada masalah kan? Ya kecuali komunikasi yang buruk. Tapi ternyata emang masalahnya cukup rumit. Udah rumit, nggak ada yang mau ngebahas dan meluruskan itu semua. Ya jelas aja nggak kelar-kelar.

Sementara Rasyid, yang aku heran, sejak awal, dia tuh udah cerita dan ngejelasin masalahnya dia apa, tapi aku juga nggak habis pikir, kenapa dia harus bertanggungjawab sebesar itu? Setelah masalah udah sampe puncak, bener-bener aku tuh ngebut banget bacanya! Nggak sabaran. Untung udah ending, jadi aku nggak perlu nunggu-nungu kelanjutannya.

Untuk endingnya, manis sekali! Beneran deh. Aku bahkan sampe nangis waktu baca. Beneran menyentuh banget, atau karena aku pernah menemui masalah serupa ya, makanya aku jadi tersentuh sama endingnya.

Ini, aku rekomenin buat kalian yang cari bacaan ringan tapi nggak ringan-ringan amat. Di awal beneran ringan, makin ke belakang, makin berat. Buset dah!


From the story..
"Meski kita nggak saling mencintai, tapi kita hidup berdua. Kalau aku keterlaluan, kamu boleh tegur baik-baik. Begitu juga sebaliknya. Kita harus memastikan kalau masing-masing dari kita merasa nyaman."

"Aku mau kamu lebih terbuka sama aku. Apa pun itu, dari hal sepele sampai urgent. Selama ini, seringnya kamu apa-apa dibikin simpel. Tapi aslinya, di sini nih, kamu kepikiran terus. Nggak ada salahnya kamu spill out, aku bakal dengerin. Sebagai pasangan, nggak melulu hal-hal bahagia yang kita bagi. Membagi keresahan juga perlu."

"Kalau soal kacau, hidupku juga. Tapi nggak apa-apa. Nggak cuma kita kok. Orang lain juga ada masa-masa kritis dalam hidup. Cuma beda masalah aja."

Saturday, October 8, 2022

[REVIEW] Tukar Tambah Nasib

 

Tukar Tambah Nasib

Lia Seplia

328 Halaman

Falcon Publishing

"Bagi beberapa orang, hidup adalah rangkaian kesialan."


B L U R B

"Selamat datang di toko Tukar Tambah Nasib. Kami bisa memperbaiki hidupmu dan menukarnya dengan kehidupan orang lain yang ingin kamu jalani. Sudah puaskah kamu dengan hidupmu? Datanglah ke toko kami."

Toko Tukar Tambah Nasib memberi kesempatan bagus kepada orang-orang yang tidak puas dengan hidupnya.
Salah satunya adalah Naya Saura, seorang pegawai minimarket yang hidupnya penuh luka dan ketidakberuntungan. Toko tersebut memberi Naya privilese untuk menjalani kehidupan seperti yang selama ini ia idam-idamkan : Lala (balerina ternama), Sato (direktur sebuah perusahaan kosmetik), Meri (istri pengusaha kaya dengan dua anak yang lucu-lucu),  dan Riko (koki muda yang berlimpah harta).

Namun, ternyata tak ada kehidupan yang sesempurna dan seberkilau kelihatannya. Ada syarat yang harus dipenuhi.
Ketika Naya sadar bahwa setiap pertukaran nasib harus ditukar dengan sesuatu yang paling berharga, kehidupan siapakah yang akan dia pilih?

- - - - - - - - -
 
Naya Saura, seorang pegawai minimarket, mendapatkan sebuah surat yang cukup menarik perhatiannya. Tukar tambah nasib. Memiliki sahabat yang keadaan finansialnya stabil kadang membuat Naya iri. Entah keberuntungan mereka, kemampuan mereka dan masih banyak hal lain yang kadang membuatnya iri.
 
Harapannya, saat datang ke toko Tukar Tambah Nasib, Naya bisa mendapatkan kehidupan yang dia inginkan. Tidak muluk-muluk artis atau siapapun, tapi salah satu dari keempat sahabatnya. Lala, seorang balerina ternama, menguasai berbagai bahasa asing yang selalu membuatnya takjub. Sato, pewaris sebuah perusahaan kosmetik, memiliki uang yang tidak akan habis meskipun pemakaiannya boros. Meri, seorang ibu rumah tangga yang punya kehidupan cukup menyenangkan, suaminya pebisnis, anaknya juga lucu-lucu. Yang terkahir ada Riko, seorang koki muda yang nggak cuma berlimpah harta, tapi dia juga terkenal!
"Kamu bisa saja mengenal seseorang, tapi kamu nggak akan pernah tahu jalan cerita hidupnya." P. 38
Saat datang ke toko Tukar Tambah Nasib ini, Naya juga harus siap dengan setiap konsekuensi saat dia memilih untuk mengambil kehidupan orang tersebut. Konsekuensinya tiap kehidupan yang diambil pasti berbeda-beda. Selain itu, awalnya kita akan diberi pilihan, langsung mengambil kehidupan orang tersebut, atau mengintip dulu.

Naya tentu saja orang yang main aman. Dia mengintip seluruh kehidupan teman-temannya sebelum mengambilnya. Siapakah hidup yang akan Naya ambil dan jalani?

Rumput tetangga akan selalu lebih hijau, menarik, menyenangkan, dan menyegarkan. Betul apa betul? Aku rasa, semua orang pasti merasa yang sama. Kalau kondisi finansialmu nggak baik-baik aja, kamu pasti bilang, ah kehidupan orang kaya pasti enak, nggak perlu mikirin bulan depan uang buat bayar kontrakan cukup apa enggak, cicilan bakalan lunas kapan. Nggak perlu. Mereka mah hidupnya foya-foya aja.

Sementara, di posisi orang dengan keadaan finansial yang berlebih, pasti mikirnya, enak yang kalau hidup biasa-biasa aja, nggak banyak yang ikut campur, nggak perlu berkompetisi, mikirin strategi yang kadang bisa licik banget.

Semua orang akan selalu melihat rumput tetangga itu hijau cerah. Padahal juga belum tentu. Siapa tau rumputnya itu sintetis, jadi yaa.. hijau dan segar terus. Sementara di balik itu, ada banyak kepelikan hidup yang disembunyikan.

Baca Tukar Tambah Nasib ini lebih menyadarkan aku, bahwa mungkin kehidupan kita susah, tapi kita setangguh itu lho menghadapinya. Ada satu pesan yang kutangkap di cerita ini. Naya itu keliatannya kayak beban keluarga banget ya, padahal, kalau itu misalnya terjadi di adik-adiknya, mungkin aja mereka nggak kuat, dan efeknya bisa lebih parah ketimbang Naya.

Aku sering banget ngeluh, karena aku si tukang sambat. Pokoknya sambat terus, udah kayak oksigen. Salah satu temenku sampe bilang, "Mungkin karena ini yang ngejalanin kamu. Makanya kamu betah, meskipun kamu tuh ngeluh terus. Kalau orang lain, mungkin memilih untuk berhenti, cari jalan keluar lainnya, nggak bertahan di tempat yang sama." Dann.. aku sedikit banyak percaya hal ini. Mungkin memang kita secuek dan sekuat itu, sampe hal ini palingan cuma bikin sambat dan stres dan nangis. Tapi habis itu ya gapapa. Jalanin aja hidup kayak biasanya.

Karakter Naya di sini menurutku cukup nyata. Tipe manusia yang nggak enakan, memilih mendahulukan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Jujur, aku gemes banget selama baca. Kayak apa ya.. "Yuk, Naya, bisa yuk. Kamu harus sedikit lebih egois daripada ini." Tapi gimana dong, Nayanya santai juga.

Last but not least, buku ini wajib dibaca! Sungguh. Dibaca siapapun, umur berapapun! Nggak akan rugi.
 
 
From the book...
"Kesempatan bagus seringnya tidak datang saat kamu mengharapkannya. Kesempatan bagus seringnya datang saat kamu tidak berekspektasi apa-apa." P. 2
 
"Semua sumber penyakit ada di dua tempat, yaitu pikiranmu dan lambungmu. Apa yang kamu makan dan apa yang kamu pikirkan adalah awal mula penyakitmu terbentuk." P. 21
 
"Banyak anak di dunia ini yang tidak akrab dengan ibunya sendiri. Bukan karena tidak sayang, melainkan karena sayanglah mereka menjaga jarak agar tidak menyakiti lebih jauh dan lebih dalam lagi." P. 33

"Orang miskin memercayai itu karena tidak punya harapan lain. Orang kaya tidak percaya itu karena punya tempat bergantung yang lain." P. 74

"Apakah pintar yang dimaksud adalah orang yang mampu menjawab soal-soal ujian semester? Kalau iya, saya tidak setuju. Bagi saya, pintar adalah orang yang mampu mengakali hidup, sekeras apa pun hidup mencoba mengakalinya." P. 224

"Bagi beberapa orang, hidup adalah rangkaian kesialan." P. 314

Friday, September 9, 2022

[REVIEW] Gagal Cinta Kronis

Gagal Cinta Kronis

Nara Lahmusi

Gramedia Pustaka Utama

328 Halaman

"Hatimu bisa pecah seperti boneka tadi karena kamu meletakkannya memang untuk jatuh. Kamu nggak bisa nyalahin kekasihmu yang meninggalkanmu, sebagaimana kamu juga nggak bisa nyalahin gravitasi saat boneka keramikmu jatuh."

 
B L U R B
 
Nama               : Proyek Malaikat
Target               : Pasien gagal ginjal yang putus asa dan ingin cepat-cepat mati.
Tujuan              : Memotivasi secara diam-diam dan natural.
Aturan Penting : Dilarang jatuh cinta dengan target!

Banyu, pasien gagal ginjal kronis sekaligus bolak-balik gagal hubungan cinta, mendadak ingin mengubah hidupnya dengan proyek bombastis berjudul "Proyek Malaikat". Dia bertekad meyakinkan para target, bahwa gagal ginjal bukan akhir segalanya.

Sayangnya, meskipun mengusung nama Proyek Malaikat, semua yang terlibat tetaplah manusia biasa. Manusia yang rapuh dengan perasaan dan rahasia-rahasia kelam. Manusia yang tak selalu mampu memupus jejak masa lalu yang menyedihkan.

Ketika proyek dijalankan kepada target ketiga, aturan penting tersebut nyaris dilanggar. Karena Banyu diam-diam jatuh hati...

- - - - - - - - -

Menjadi penderita gagal ginjal kronis yang harus rutin cuci darah, dan sering mengalami gagal cinta, membuat Banyu akhirnya membuat proyek kecil-kecilan. Kali ini proyeknya bernama Proyek Malaikat. Proyek ini bertujuan untuk menyemangati pasien gagal ginjal lainnya supaya mereka lebih menyadari, meskipun mereka harus cuci darah secara rutin, mereka tetap bisa hidup normal, selama mengikuti diet dan aturan yang sudah diberikan oleh dokter.
"Kalau kamu ingin sesuatu yang terlihat tidak bisa diperbaiki dapat kembali lagi, kamu hanya perlu sedikit kerja keras dan kesabaran untuk memperbaikinya. Harapan selalu ada, Nyala..." P. 153
Nyala, seorang mahasiswi tingkat akhir yang baru akan memulai skripsinya, anak pecinta alam dengan segala keras kepalanya. Awalnya semua baik-baik saja, sampai dia mendapat vonis gagal ginjal. Cuci darah tentu saja jadi musuhnya.

Sayangnya, sejak Nyala mendapat vonis ini, dia jadi orang yang amat sangat menjengkelkan. Apapun yang ada di hadapannya terasa salah, sahabat bahkan pacarnya pun kena imbasnya. Mereka sampai memutuskan menjauh dari Nyala. Biar nggak makan ati dan nggak emosi jiwa. Nyala jadi semakin membenci hidupnya, marah dengan Tuhan, cuti kuliah, tidak menyelesaikan skripsinya. Hidupnya beneran cuma nungguin kapan dipanggil aja.

Ketika menargetkan Nyala, Banyu tau kalau semuanya nggak akan mudah. Dia harus memutar otak, supaya Nyala dengan segala kekeraskepalanya bisa lebih nurut sama dia. Bagaimana kira-kira cara yang dilakukan oleh Banyu? Apakah Banyu bisa melakukannya tanpa melanggar perjanjiannya?


Ahh.. Aku mau review ini.. mulai dari mana ya? Aku takut banget jatuhnya spoiler soalnya. Meski harusnya nggak semudah itu juga menebak jalan cerita ini. Muehehe..

Baiklah, kumulai dari jalan ceritanya ya. Mengisahkan tentang penderita gagal ginjal kronis yang harus lebih 'nerimo' dengan kehidupan yang saat ini terjadi. Menurutku ini nggak mudah. Hidup jadi manusia biasa yang sehat aja banyak banget pantangannya, mulai dari makanan, minuman, sampai ke gaya hidup. Apalagi kalau sakit, gagal ginjal lagi! Kan harus lebih hati-hati. Air mineral aja bisa membunuhmu kalau berlebihan.

Perjalanan 'nerimo' Nyala juga berat. Aku paham banget. Lah aku yang nggak sakit apa-apa aja gampang sambat. Apalagi ini? Harus cuci darah, menghabiskan waktu berjam-jam untuk cuci darah? Lebih nyambat aku pasti.

Yang aku suka adalah cara Banyu untuk membuat Nyala sadar, menjadi penderita gagal ginjal kronis, nggak langsung membuatmu kehilangan segalanya. Termasuk harapan dan cita-cita. Ketampar sih ini. Meskipun kita punya penyakit, kita nggak boleh langsung nyerah, tapi dijalani aja, sambil cari second opinion, aku tau, ngomong itu gampang banget, tapi ngejalaninnya susah. Tapi aku juga percaya, kalau kita sudah menerima keadaan kita, pasti kita bisa 'melihat' sisi lainnya.

Nggak sampai di situ, kak Nara berhasil bikin aku kesel banget sama tingkahnya Nyala, sayang sama Banyu, dan rada kesel sama Biru. Meskipun end up kasian juga si Biru.

Membaca Gagal Ginjal Kronis ini, nggak cuma bikin aku lebih mengerti kalo hidupku masih baik-baik aja ketimbang yang lain, tapi juga jadi ngerti istilah-istilah dalam dunia medis. Selain itu, banyak sekali pelajaran hidup dan ilmu lainnya, salah satunya cara buat sabun. Seru banget kan! Sebagai anak yang oon di bagian IPA, aku berasa tambah pinter di sini. Keren banget kak Nara!


From the book...
"Nah, makanya aku nggak mendebat lagi. Percuma menahan seseorang yang memang nggak pengin bertahan. Ngapain?" P. 8

"Hatimu bisa pecah seperti boneka tadi karena kamu meletakkannya memang untuk jatuh. Kamu nggak bisa nyalahin kekasihmu yang meninggalkanmu, sebagaimana kamu juga nggak bisa nyalahin gravitasi saat boneka keramikmu jatuh." P. 44

"Hidup kamu itu tergantung pikiranmu sendiri. BUkan karena omongan orang lain." P. 61

"Kamu berhak baik sama siapa saja, tapi kamu nggak berhak memaksa orang lain untuk juga berbuat baik sepertimu. Ingat, kamu nggak akan bisa jadi malaikat yang sok menolong orang lain. Padahal dirimulah yang perlu ditolong." P. 256

"Ingat peraturan Proyek Malaikat. Kamu harus mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu, untuk membantu dan menyayangi orang lain." P. 259

Saturday, August 27, 2022

[REVIEW] A Very Yuppy Wedding

A Very Yuppy Wedding

Ika Natassa

Gramedia Pustaka Utama

288 Halaman

"Tapi kadang-kadang ya, Dre, kita nggak bisa melawan keras kepala dengan keras kepala juga. Justru elo sebagai perempuan harus bisa menundukkan Adjie dengan kelembutan elo."



B L U R B

It feels like it's my Blackberry who's engaged with his Blackberry. Kalau kesibukan kami tetap seperti ini setelah menikah, bisa dipastikan we'll be having technological intercourse a lot more than sexual intercourse.

Andrea in A Very Yuppy Wedding.

INGREDIENTS:

The life of a business banker is 24/7, dan bagi Andrea, bankir muda yang tengah meniti tangga karier di salah satu bank terbesar di Indonesia, rasanya ada 8 hari dalam seminggu. Power lunch, designer suit, golf di Bintan, dinner dengan nasabah, kunjungan ke proyek debitur, sampai tumpukan analisis feasibility calon nasabah, she eats them all. Namun, di usianya yang menginjak 29 tahun, Andrea mungkin harus mengubah prioritasnya, karena sekarang ada Adjie, the most eligible bachelor in banking yang akan segera menikahinya.
So she should be smilling, right?

Tidak di saat ia harus memilih antara jabatan baru dan pernikahan, menghadapi wedding planner yang demanding, calon mertua yang perfeksionis, target bank yang mencekik, dan ancaman denda 500 juta jika ia melanggar kontrak kerjanya. Dan tidak ada yang bisa memaksanya tersenyum di saat ia mulai mempertanyakan apakah semua pengorbanan karier yang terlah ia berikan untuk Adjie tidak sia-sia, ketika ia menghadapi kenyataan bahwa tunangan sempurnanya mungkin berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri.

- - - - - - - - -

Kehidupan Andrea sebagai banker yang sering bepergian ke luar kota, gaji dan bonusan yang cukup banyak mungkin akan membuat iri semua orang. Belum lagi karier yang sedang ditatanya ini juga mulai menampakkan hasil. Kehidupan percintaannya juga nggak buruk-buruk amat kok. Hidupnya imbang, antara karier dan percintaan. Adjie, salah satu rekan kerjanya yang juga merangkap jadi pasangannya, cukup menyenangkan. Meskipun mereka nggak bisa terlalu terbuka di publik karena peraturan kantor yang nggak memperbolehkan adanya hubungan yang lebih dari teman kerja.
"Andrea, aku nggak mau kamu punya pikiran kamu tidak bisa percaya padaku, aku juga begitu ke kamu. Pernikahan kita nanti mau jadi apa kalau untuk hal-hal seperti ini kamu tidak bisa berterus terang?" P. 178
Kehidupan Adjie, hampir sama dengan Andrea. Rutinitasnya tidak jauh-jauh dari membuat laporan penilaian terhadap debiturnya, kunjungan nasabah, yang terakhir tentu saja, menghabiskan waktu diam-diam bersama Andrea. Diam-diamnya bahkan sampai jalan ke mall pun mereka harus yang jauh sekalian dari lingkungan yang sekiranya membuat mereka akan bertemu dengan teman kantor atau atasan.

Mempunyai hubungan yang disembunyikan tentu saja nggak enak kan? Nggak hanya harus diam-diam, tapi juga menahan rasa cemburu kalau salah satu dari mereka sampai dideketin sama rekan kerja lainnya, mereka sama-sama nggak bisa apa-apa! Kesel kan?

Masalah mereka semakin rumit ketika mereka berdua akhirnya memutuskan menikah. Ini artinya, salah satu dari mereka harus keluar dan mencari pekerjaan baru. Nggak cuma itu saja, masalah menikah juga cukup memusingkan, mulai dari adat, hingga wedding planner yang menerornya seperti debt kolektor! Bagaimana cara Andrea dan Adjie melaluinya?

Mengikuti perjalanan Adjie dan Andrea bener-bener nyenengin! Gimana enggak? Diajak mereka menyelami kehidupan sebagai banker. Selama ini, kukira kehidupan banker tuh nyantai lho. Meskipun mereka punya deadline, itu cuma terjadi di waktu tertentu aja. Ya semacam bekerja di kantor akuntan gitu. Sebagai analis kredit, ranah pekerjaannya mirip-mirip memang, harus mereview calon debitur, apakah kreditnya masih bisa diperpanjang apa enggak, diajak seneng-seneng sama klien juga ayok. Melelahkan juga ya.

Hubungan backstreet itu, selalu nggak pernah menyenangkan. Bener nggak? Mau jalan, harus sembunyi-sembunyi atau cari barengan supaya nggak ketahuan, padahal kan pengen juga diakui di publik, supaya nggak banyak orang yang cari-cari kesempatan buat milikin kan? Sangat paham dengan hubungan Andrea-Adjie, meskipun mereka berdua sama-sama dewasa dan sama-sama paham batasan masing-masing, tapi bukan nggak mungkin, ego juga ikutan main. Nah, di saat ego mereka minta dipenuhi, nggak semudah itu untuk memuaskan egonya. Godaannya banyak banget! Mana Adjie juga cowok yang cukup sedap dipandang mata, mana kalo ngomong tuh adem banget! Makin takut kehilangan dia nggak sih, kalau udah begini?

Selain pekerjaan, mereka juga punya masalah lainnya, pernikahan. Sebenarnya, kedua keluarga mereka ini bisa dibilang nggak pernah bertemu sebelumnya, jadi ya nggak ada masalah yang berarti. Perbedaan suku juga nggak jadi hambatan. Seharusnya, hubungan mereka ini mulus kan? Hambatannya cuma dari kantor aja? Nggak semudah itu, Sayang. Tau kan kalau orang mau menikah itu, godaannya banyak? Mulai dari masalah pernikahan itu sendiri, pasangan yang mendadak berubah jadi power ranger, ragu sama pasangan, bahkan sampai mantan yang mendadak dateng. Nah, kalau kasusnya Adjie-Andrea adalah.. perselingkuhan! Kesel nggak sih? Udah mau nikah lho. Mana emang yang jadi pelakornya ini cewek yang agak gatel gitu deh. Duh, jadi makin kesel.
 
Menurutku, kalau masalah hubungan dari Adjie-Andrea ini, datang dari mereka berdua. Adjie yang terkadang terlalu menggampangkan, dan Andrea tipe yang yaudah aku percaya kamu, tapi sekalinya nggak percaya, dia bisa jadi intel. Nggak cuma itu aja, Andrea ini tipe cewek yang kadang juga menggampangkan, terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran 'kalau', lalu memilih untuk menyembunyikan hal itu, padahal itu semua belum tentu terjadi. Nah, pas kejadian, bingung deh gimana cara jelasinnya ke Adjie. Beneran gemes banget sama mereka berdua. Kadang yang Adjienya nggampangin, Andreanya juga nyembunyiin. Sabar banget ya sahabat mereka, kalo jadi sahabatku, mungkin sudah kuomelin habis-habisan. Hahaha..

Secara keseluruhan, novel ini asik banget buat dibaca, menyenangkan, masalah yang dihadapi juga nggak bikin kita mikir berat. Jadi mengalir bersama ceritanya aja gitu.

Friday, July 22, 2022

[REVIEW] Keep Up With Us!

Keep Up With Us!

G. Dani

Elex Media Komputindo

310 Halaman

"Saya nggak punya alasan untuk suka sama seseorang, Pak. Tapi kalau memang harus ada alasannya, karena Gita keras kepala, punya harga diri tinggi, dan punya prinsip yang keras meskipun orangnya lembut. Saya mau anak-anak saya dididik oleh perempuan seperti itu."


B L U R B

Menjadi anak tengah itu tandanya harus mau mengalah seumur hidup. Entah mengalah sama si Bungsu, atau bersabar kalau dibanding-bandingkan sama si Sulung yang superior. Namun, apa iya harus mengalah juga soal jodoh?

Acara buka puasa bersama di rumah mendadak canggung, saat si Tengah mengenalkan sang pacar pada keluargany. Gilang si Tengah, kesal saat mengetahui bahwa Gita ternyata sudah kenal duluan dengan si Sulung, Gara. Yang bikin gawat, orangtua Gita sangat berharap agar Gara menjadi menantu mereka. Nggak heran juga, karena si Tengah sadar kalau si Sulung akan selalu dianggap lebih baik dari dirinya.

Ironisnya, sejak malam itu pula, Gara justru lebih terbuka pada Gita dibanding keluarganya sendiri. Dan sekarang, satu-satunya orang yang tahu rahasia Gara adalah Gita.

Apakah hubungan si Tengah dan gadisnya akan baik-baik saja? Kapan si Tengah akan berhenti merasa rendah diri? Mungkinkah si Sulung akan menyimpan rahasia dari keluarganya selamanya?

- - - - - - - - 

Mari berkenalan dengan keluarga Pak Gesang, keturunan Jawa yang merantau di Sunda. Pak Gesang ini tipikal bapak-bapak yang nggak mau kalah modern sama anaknya, mengikuti perkembangan jaman banget. Lha wong anaknya aja sampe dipanggil Brader and Sister. Nggak kurang keren apalagi ya kan? Di dalam keluarganya, ada Bu Gendhis, pemilik tahta tertinggi setelah Pak Gesang. Aja juga Gemuruh Ranusegara alias Gara—si anak pertama, Gemilang Mahameru alias Gilang—si anak tengah, dan Gemintang Senjalangit alias Gegem—pemilik tahta tertinggi setelah Bu Gendhis.

Gemuruh Ranusegara alias Gara, anak pertama ini kan biasanya panutan banget tuh, contoh lah buat adik-adiknya. Dan, Gara ini adalah panutan yang bagus banget! Nggak cuma baik jadi sosok kakak, tapi dia juga anak yang bisa diandalkan orang tuanya. Apalagi dengan pembawaannya yang tenang dan kalem. Siapa sih yang nggak mau anaknya kayak begini? Ya meskipun dia agak tertutup dan nggak terlalu banyak cerita ke orang tua ataupun saudaranya, selain itu, menurutku Gara ini terlalu lama mengambil keputusan! Jadi gemes banget deh!

Kalau Gilang, sedikit banyak posisinya dia ini nggak menguntungkan! Tau sendiri kan, gimana anak tengah diperlakukan? Dianggep ada aja masih untung! Tapi kalau di keluarga Pak Gesang ini dia tetap dianggap, hanya saja, dianggap kurang berkompeten lah, belum lagi pembawaan Gilang yang cengengesan, bikin dia semakin dianggep bercanda terus. Di sisi lain, Gilang ini punya circle yang seru banget lho! Mereka bahkan punya nama geng karena kesukaan mereka terhadap salah satu karakter super hero terkenal.

Yang terakhir adalah Gegem, cewek menggemaskan ini termasuk anak kesayangan Pak Gesang dan Bu Gendhis. Dia cukup dekat juga dengan Gilang. Mungkin karena perbedaan umur mereka nggak terlalu jauh, dan saat ini, Gilang yang selalu ada di rumah, sementara Gara bekerja di luar kota.

Berawal dari buka puasa bersama yang diadakan di rumah Gilang, di mana Gilang saat itu membawa serta Gita, pacarnya. Nggak ada masalah berarti, karena Gita mudah membaur dengan keluarga Gilang. Yang bikin kaget adalah... Gita ternyata sudah kenal lebih dulu dengan Gara. Ini yang bikin Gilang ketar-ketir! Gimana enggak? Yang kenal duluan adalah Gara, cowok yang di mata cewek-cewek sempurna. Apalagi, keluarganya Gita udah kenal juga sama Gara. Makin pusing lah Gilang.

Nggak hanya menceritakan tentang 5G atau keluarganya Gilang aja, tapi juga membahas tentang persahabatan Gilang, masalah percintaannya, dan juga percintaan Gara. Meskipun Gilang terlihat cengengesan dan banyak bercanda, dia nggak pernah main-main dengan hubungannya dengan Gita. Bahkan dia mau berusaha keras, supaya kedua orang tua Gita mau menerimanya, walaupun secara kedewasaan, dia nggak sedewasa Gara, masih belum.
"Kalo Bapak sekarang, sing penting kamu cocok, nyaman. Yang ngejalanin nanti kan kalian. Mau dari suku apa aja, toh sama-sama orang Indonesia. Semua orang sama, Le, yang penting hatinya baik." P. 209
Kehidupan percintaan Gara bisa dibilang standart aja. Habisnya dia bukan tipe cowok yang suka mengeksplor hubungan, atau punya pasangan. Yaaa.. Dulunya pernah punya, tapi habis itu nggak lagi. Jujur, aku gemes banget sama Gara ini. Nggak sat set. Gara terlalu ngang ngong untuk aku yang gercep!

Dalam perjalanannya, namanya persahabatan, pasti ada masalahnya, entah karena keisengan yang nggak bisa diterima orang lain, bisa juga karena beda pendapat, atau beda bahasa! Karena di circle Gilang ini, nggak hanya beda bahasa yang dipakai, tapi mereka juga beda suku. Jadi setiap orang akan membawa bahasa dan kebiasaan mereka, yang belum tentu bisa diterima orang lain. Yang aku suka, novel ini berhasil menyatukan mereka semua.

Meskipun ada masalah dalam persahabatan mereka, mereka perlahan menyadari kesalahan mereka, dan mau mengakui bahwa mereka salah. Duh! Jadi ngingetin aku di masa-masa sekolah-kuliah. Huhu.. Kangen banget! Biasanya habis debat kusir nggak jelas, nggak lama baikan lagi. Mana yang dipikirin cuma tugas sama ujian aja. Kehidupan beneran kan nggak seenteng itu.

Selain itu, di sini juga banyak mengangkat masalah kehidupan yang kadang orang sering ikut campur. Entah perkara hidup, atau perkara cinta. Pandangan orang tua juga cukup diperhitungkan. Bagaimana mereka melihat upaya seorang cowok untuk mendapatkan anak perempuannya. Berasa paket lengkap banget baca Keep Up With Us! ini.


From the Book...
"Terkadang rasa sayang yang berlebihan itu justru akan membunuhmu pelan-pelan. Perasaan itu bagaikan butiran pasir, semakin erat kau genggam, ia akan luruh dan menghilang. Semakin terbuka tanganmu, justru ia akan tetap bertahan." P. 66

"Orang pintar itu selalu, dan akan kalah dengan orang beruntung." P. 85

"Saya nggak punya alasan untuk suka sama seseorang, Pak. Tapi kalau memang harus ada alasannya, karena Gita keras kepala, punya harga diri tinggi, dan punya prinsip yang keras meskipun orangnya lembut. Saya mau anak-anak saya dididik oleh perempuan seperti itu." P. 122

"Aku kan nggak nikahin orang karena ganteng doang, Gilang. Aku nggak mau hubunganku terpaku sama fisik karena suatu saat akan sirna." P. 230

"Ya karena kita cocok, saling melengkapi, Gita, udah alasannya itu aja. Aku nyaman sama kamu. Aku begini, banyakan kurangnya daripada lebihnya, tapi kamu menerima aku. Kamu nggak pernah mencoba untuk kompromi soal prinsip-prinsip yang kamu pegang, tapi kamu bisa bikin aku respek keputusan kamu. Kamu tahu apa yang kamu mau, smart banget, dan aku kagum sama kamu. Walaupun keras kepalanya kamu kadang bikin puyeng, tapi aku tahu itu kamu lakuin demi kebaikan kita. That's it, Git, I can't ask for a better partner..." P. 231

"Masa depan memang tak ada yang tahu, tapi biar saja begini dulu. Biar serat memori mereka merekam baik-baik rasa dan rupa yang mereka alami hari ini." P. 255

"Manusia rata-rata tidak punya media untuk menyalurkan emosi. Padahal, menjerit bisa membebaskan sel-sel penyebab stres dalam tubuh." P. 273

"Tapi yang Bang Sop omongin bener sih ... dari sisi orangtua juga mungkin cuma mau yang terbaik buat anaknya. Masalahnya susah, sih, kalau orangtua udah keras kepala, sedangkan zaman udah semodern ini, dan banyak kok contohnya yang menikah beda suku, masih bahagia!" P. 284

Saturday, July 16, 2022

[REVIEW] Jadi Kita Ini Apa?

Jadi Kita ini Apa?

Christian Simamora

Twigora

298 Halaman

"Membohongi perasaan sendiri nggak hanya sia-sia, tapi juga melelahkan. Udah saatnya membebaskan diri, Tay. Just stop lying."


B L U R B

"I want you to teach me how to be irrestistible."
Nggak ada angin, nggak ada hujan, Taya tiba-tiba menodong Jamal mengajarinya cara menarik perhatian cowok. Taya bilang, dia bosan terus-terusan jadi batu pijakan. "Gue pengen jadi pilihan utama."

Awalnya, Jamal tentu saja keberatan.
Jadi guru Taya dalam urusan percintaan berarti mencoba hal-hal yang nggak pernah mereka lakukan sejak belasan tahun berteman. Dan belakangan memang terbukti benar. Mengubah Taya luar dalam demi cowok lain adalah kesalahan terfatal sekaligus terbodoh karena sekarang...
Jamal menginginkan Taya untuk dirinya sendiri.

"JADI KITA INI APA?" bercerita tentang pelajaran merayu yang kelewat batas. Tentang guru yang mencintai muridnya sendiri.
Tentang dua orang dewasa yang ternyata masih suka bermain petak umpet, kali ini dengan perasaan masing-masing..

Selamat jatuh cinta.

- - - - - - - -

Ah, rasanya kangen banget baca novelnya Babang Simamora. Kayaknya juga udah lebih dari setahun aku nggak baca novelnya Bangse. Jadi, mari kita mulai mengulas, Jadi Kita Ini Apa?

Berawal dari Taya—sahabat Jamal, yang mendadak minta dibantuin urusan percintaan, karena merasa dirinya tuh cuma sebagai batu loncatan atau cuma sekadar temen haha hihi doang. Herannya, Jamal malah menyanggupi hal itu termasuk make overnya, bahkan dia juga sampai memanggil stylist yang cukup ternama! Jamal emang nggak main-main ya kalo udah mengiyakan sesuatu.

Alasan kenapa Taya nggak pede ini sebenarnya ya karena omongan Jamal juga kadang. Taya bisa dibilang badannya sedikit lebih berisi ketimbang perempuan kebanyakan. Gimana-gimana, fisik, apalagi buat cewek, penting banget kan ya? Padahal, Taya ini cewek yang menarik lho. Dia seorang pelukis botanical yang sudah punya nama. Dikenal dalam dan luar negeri. Nggak kurang deh sama cewek lainnya. Mungkin nggak pede ini termasuk kekurangannya ya.
"Karena mencintai seseorang yang nggak akan membalas perasaanmu sama seperti menunggu kereta api di halte busway." P. 143
Jamal, tipe cowok yang.. hmm.. boyfriend material ya. Nggak cuma sebagai business man aja, tapi dia juga seorang model. Tau kan, gimana badannya seorang model? Pasti amat sangat bagus! Dan seperti cowok kebanyakan, Jamal juga tipe cowok yang suka gonta-ganti pasangan. Sejauh ini, belum ditemukan yang serius, yang bikin Jamal berhenti mencari.

Selain ketidakpedean Taya, ada alasan lain yang membuatnya mau mengubah stylenya. Salah satunya adalah... Dia menemukan cowok lain di aplikasi dating, yang selama ini berhubungan dan dia mau menerima Taya apa adanya. Ya, ini yang dirasakannya saat ini sih. Tapi Taya yakin banget kalau cowok ini tuh, cowok yang dicarinya selama ini. Tapi, kenapa pas Jamal denger hal ini, dia malah kesel banget ya? Dan dia malah bersedia untuk pasang badan di kencan pertama mereka. Kok Jamal jadi posesif gini sih?


Percaya nggak sih, kalau dua orang lawan jenis bisa berteman? Aku sih, percaya aja. Soalnya, emang ada kok persahabatan yang nggak memasukkan unsur perasaan di dalemnya. Ya meskipun banyaknya, dari sahabat jadi cinta sih. Haha.. Enaknya kalo udah dari temen jadi pacar tuh, apa ya, lebih ngertiin perasaan dan kemauan kita, enaknya juga udah membaur sama temen, nggak kagok lagi. Somehow, pasangan, terutama si cowok, dia bakalan lebih posesif sih.

Nah, begitu gambaran persahabatan dan percintaan ya. Sekarang, kita bahas Jamal-Taya. Insecure itu nggak mengenal orang. Nggak peduli dia kaya, berkecukupan, kekurangan, cantik, punya banyak keahlian yang bisa dibanggain, suatu saat, pasti ada insecurenya. Sama dengan Jamal-Taya, mereka punya insecure masing-masing. Jamal kadang merasa ada yang salah dengan dirinya, sementara Taya, dia ini selalu ngerasa kalau dirinya tuh dijadiin batu loncatan atau sekadar temen buat chattingan doang. Nah, pas ketemu sama cowok yang bikin Taya nyaman, dia juga pengen dong bikin lawan jenisnya kali ini nggak 'kabur' lagi. Apalagi, hubungan mereka tuh udah cukup intens juga, mulai dari nyemangatin satu sama lain, bahkan juga video call juga. Udah serius banget kan? Sayangnya, calon pasangannya si Taya ini ada di luar negeri, yang kebetulan dari Indonesia. Jadi ya nggak masalah kan kalau mereka berteman dulu, sayang kemudian?

Karena Taya bukan kayak yang biasanya, Jamal langsung pasang alarm buat jagain Taya. Herannya, dia malah jadi posesif banget! Jujur pas baca, aku kadang kesel banget sama Jamal. Posesifnya berlebihan! Dan alesan dibalik sikap posesifnya dia ini enggak jelas! Makanya bikin kesel.

Jujur, aku suka banget sih dengan tema Bangse kali ini. Tema guru-murid yang sebenarnya dihindari sama Bangse, tapi malah bisa dibawa dengan apik! Nggak aneh, ataupun kaku. Suka sekalii.. Huhuu.. Banyak juga pelajaran tentang kepastiannya. Pasti nggak suka sama seseorang, pasti nggak berubah menjadi 'new me' ini bukan karena orang lain, tapi murni karena keinginan kita pribadi.


From the Book..
"It was fun, yeah. I admit it. Untuk waktu yang cukup lama, Auntie bahkan percaya kalo inilah hidup yang Auntie cari selama ini. Tapi setelah berhenti bekerja barulah menyadari ternyata ada kebutuhan besar dalam hidup yang di-skip selama ini. I find that money won't laugh at your jokes, won't hug you at night. Dan bagian paling menyedihkan dari hidup sendiri bukan karena kesepian saja, Taya, melainkan karena selalu dirundung perasaan tak dipedulikan." P. 65

"Membohongi perasaan sendiri nggak hanya sia-sia, tapi juga melelahkan. Udah saatnya membebaskan diri, Tay. Just stop lying." P. 87

"Kayak yang gue bilang di club dulu itu, pangkal masalahnya bukan di si Kevin siapalah ini. It's you, Mal. Ketimbang jujur ngakuin yang lo rasakan sebenarnya, lo milih jalan memutar dan ribet yang ujung-ujungnya bikin lo bingung sendiri. Why do you have to try denying it? It's not like Taya is someone unworthy of your love and affection." P. 138

"Nggak usah khawatir. Bukan cuman lo aja kok yang kayak gitu. Cinta bisa bikin cewek berani melakukan hal-hal yang berada di luar comfort zone-nya."

"Jatuh cinta itu beda-beda di tiap orang. Sebagian ada yang beruntung karena cinta datang padanya seperti badai. Besar dan kentara, lo nggak punya kuasa untuk menyangkalnya." P. 217

"That's not my style. Kalo ada masalah dengan relationship lo, mending omongin baik-baik sama pasangan atau putus aja sekalian. Bukannya malah main belakang atau nyari pembenaran untuk balas menyakiti orang yang commit mencintai lo penuh waktu. That's not a man's move but more like a coward's" P. 245

"Gue inget, dulu ada orang bijak yang bilang kalo di dunia ini ada dua jenis cinta: yang bikin lo ngelupain hidup yang lo jalanin sekarang dan yang bikin lo pengen hidup lebih lama lagi supaya bisa ngerasain cinta lebih lama lagi." P. 265

"From now on, I want you remember that I am yours as you are mine." P. 268

Thursday, June 16, 2022

[REVIEW] Rat Race

Rat Race!

Hilman Siwabessy

One Peach Media

495 Halaman

"Mau segede apa pun kota tempat lo tinggal, pasti lebih enak tinggal dimari... Lo jalanin hidup sesuai kehendak lo, jangan pernah mikir Emak sebagai satu pemberat, jangan pernah mikir kalau lo harus jaga Emak sampai Emak enggak ada. Tugas kewajiban lo adalah menafkahi diri lo sendiri. Ketika cukup, baru ke orang tua."


B L U R B

Tiga pemuda dan satu pemudi dipertemukan dalam satu program bernama Management Trainee. Banyak menghabiskan waktu bersama membuat status rekan kerja berangsur menjadi teman, berakibat pada garis pemisah antara hubungan personal dan profesional makin semu.

Suatu hari, dampak ekonomi dunia yang melesu mulai terasa. Hal ini membuat perusahaan melakukan pergantian board of director. Berdalih untuk menyelamatkan bisnis, perusahaan melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk perampingan organisasi dalam berbagai lini. Entry level pun ikut terdampak dan dapat dipastikan bahwa dua dari empat calon karyawan itu akan gagal.

Di dunia pekerjaan yang sarat akan atmosfer kompetisi, mereka dituntut menunjukkan taring dan bersaing untuk menyelamatkan diri masing-masing. Sanggupkah mereka menegaskan kembali antara hubungan personal dan profesional? Lalu, siapakah yang akan bertahan?

- - - - - - - - - -

Menceritakan tentang keempat calon karyawan yang membutuhkan pekerjaan, dengan latar belakang dan sifat yang tentu aja berbeda. Pertemuan mereka berawal dari pendaftaran karyawan di sebuah perusahaan FMCG yang cukup terkenal sebagai Management Trainee. Dan keempat calon karyawan itu adalah Fikar, si anak Betawi yang cukup mudah untuk membaur dengan calon karyawan lainnya. Pembawaannya yang tenang, membuat dia terlihat dewasa dibandingkan yang lainnya.

Yang kedua adalah Tara, cowok bucin yang easy going, bisa berbagai macam cabang olahraga, asalkan jangan sepak bola. Sebagai calon karyawan, dia ini cukup aktif, bahkan kalau bisa kubilang, sangat berambisi.

Ketiga, ada Caesar, cowok paling cool. Cool beneran dingin maksudnya, bener-bener menjawab pertanyaan sesuai dengan kebutuhan. Kalau nggak perlu ngomong banyak-banyak, ya nggak usah. Karena tingkahnya inilah, dia agak tidak disukai teman-teman barunya, karena dianggap merusak suasana. Habisnya gimana dong? Gara-gara Caesar kalo ditanyain jawabnya cuma oke, iya, makasih, kan mending nggak usah ngomong sekalian yak.

Yang terakhir ada Kaira, satu-satunya perempuan di batch calon karyawan ini. Menjadi perempuan satu-satunya, tidak membuat Kaira dianakemaskan atau punya hak istimewa. Kaira ini tipikal anak yang mudah membaur juga kayak Fikar, tapi nggak seberlebihan Fikar. Kalau dia mah, semuanya kayak dianggep temen gitu.

Bekerja di perusahaan ini mungkin adalah mimpi bagi para karyawan baru ini. Ada alasan dibalik kesenangan mereka bergabung bersama perusahaan ini.
"Sudah, kan? Sebenarnya lo udah tahu mau ngapain, cuma lo butuh validasi eksternal aja untuk mendukung apa yang akan lo lakukan nanti." P. 304
Dunia kerja, kalau dibahas memang nggak akan pernah ada habisnya. Mulai dari lingkungan kerja, yang kadang asik, kadang ngeselin. Atasan yang nggak menyenangkan, pekerjaan yang nggak ada habisnya. Banyak lah pokoknya. Mengangkat divisi Management Trainee, yang akhir-akhir ini baru booming banget. Kenapa kok aku bilang booming? Karena sepanjang yang aku tau, dulu tuh nggak ada Management Trainee, adanya pegawai kontrak. Nah, semenjak aku lulus di tahun 2019, setahun sebelumnya, muncul deh itu Management Trainee alias MT. Karena di perusahaan aku magang pun, MT itu divisi yang mengadakan pelatihan atau seminar-seminar, tapi kalau status karyawan MT, nggak ada. Pakainya langsung PKWT gitu.

Buat yang nggak tau, aku jelasin dulu ya. MT ini adalah salah satu.. hmm.. apa ya nyebutnya, karena kalau dianggep divisi, juga nggak bisa sih. Ya, lebih mudahnya, disebut jabatan aja kali ya. Nah, MT ini tuh sekarang yang lagi rame banget di lingkungan perusahaan, karena anak MT bisa ditempatkan di mana aja. Makanya modal jadi MT juga nggak banyak, biasanya dari jurusan apa aja boleh, kecuali perusahaan yang memang memfokuskan di satu divisi ya. Ditempatkan di mana aja di sini tuh ya bisa di finance, HRD, RnD, produksi, sales, logistik, ya di mana aja, cuma seringnya tuh di divisi sales. Makanya modalnya nggak perlu jurusan tertentu.

Sama kayak yang dialami oleh Fikar, Tara, Caesar, dan Kaira, mereka juga ditugaskan di satu fungsi yang berbeda-beda, sesuai dengan latar belakang jurusan mereka. Meskipun Fikar, Caesar, dan Kaira berada di divisi supply chain, tapi peran mereka beda-beda. Ada yang untuk pengadaan, perencanaan dan distribusi, ada juga logistik dan inventori. Selama mereka berada di fungsi ini, nantinya mereka akan membuat laporan untuk dipresentasikan. Laporannya ini juga bebas, tergantung dari masalah apa yang mau mereka ambil.

Selama baca kisah mereka di kantor, aku berasa kayak ngeliat diriku sendiri. Haha.. Soalnya aku tuh juga anak MT! Di bagian operasional juga, jadi cukup paham lah sama seluk beluk yang dialami sama Fikar, Caesar dan Kaira. Awalnya, kukira, novel ini tuh bakalan ngebahas dunia kerja yang penuh sikut-sikutan untuk mendapatkan satu posisi gitu. Judulnya Rat Race! kan, kukira bakalan rumit dengan cara mereka untuk menjadi yang nomor satu. Ternyata nggak hanya itu! Ada alasan juga dibalik mereka memperjuangkan posisi itu, mulai dari keluarga bahkan sampai mimpi yang mau dicapai. Seperti yang kubilang di atas, ada perbedaan latar belakang di setiap karakternya, ini juga mempengaruhi cerita ini lho. Bagaimana mereka akhirnya mengurai masalah mereka satu persatu, pertanyaan yang selama ini muncul tapi nggak ada jawabannya, dan cukup banyak juga konflik batin lainnya.

Buku ini juga menarik banget lho. Menyelipkan istilah-istilah yang sering digunakan di perusahaan FMCG. Ah, untuk kejutan di bagian akhir, juga cukup bikin aku ngang ngong ngang ngong. Padahal sejak awal tuh udah dikasih clue, walaupun kecil-kecil, tapi kalo nggak perhatian bener-bener, pasti kelewat.

Sampai selesai baca, aku menikmati buku ini. Untuk ukuran seorang penulis baru, kak Hilman mantep banget nulisnya, walaupun masih ada yang kurang di sisi lainnya ya. Aku suka sama bukunya! Kalian juga jangan lupa beli dan baca juga ya!

Thursday, May 26, 2022

[REVIEW] Sophismata

Sophismata

Alanda Kariza

Gramedia Pustaka Utama

272 Halaman

"Gue paling nggak suka baca headline seperti itu. Perempuan kan bukan aksesori. Tapi kadang mereka sendiri sih yang membuat seolah-olah perempuan itu cuma aksesori. Gue sih nggak mau ya."


B L U R B

Sigi sudah tiga tahun bekerja sebagai staf anggota DPR, tapi tidak juga bisa menyukai politik. Ia bertahan hanya karena ingin belajar dari atasannya—mantan aktivis 1998—yang sejak lama ia idolakan, dan berharap bisa dipromosikan menjadi tenaga ahli. Tetapi, semakin hari ia justru dipaksa menghadapi berbagai intrik yang baginya menggelikan.

Semua itu berubah ketika ia bertemu lagi dengan Timur, seniornya di SMA yang begitu bersemangat mendirikan partai politik. Cara pria itu membicarakan ambisinya menarik perhatian Sigi. Perlahan Sigi menyadari bahwa tidak semua politisi seburuk yang ia pikir.

- - - - - - - -

Akhirnya memutuskan untuk melanjutkan membaca buku ini. Hihi.. Padahal buku ini sudah lama kupunya, sempat beberapa tahun lalu ku baca, tapi kemudian aku nggak kuat sama tema politiknya, kayak nggak masuk aja dalam bayanganku. Padahal baru juga jalan berapa halaman. Jadi keliatan ya, buku ini sudah terpendam berapa lama? Mueheh..

Menceritakan tentang Sigi, perempuan yang bekerja menjadi staf anggota DPR yang mana beliau merupakan mantan aktivis di tahun 1998, dengan jadwal yang padat. Tapi buat Sigi, nggak masalah. Dia sedang mencoba mendalami dunia politik, meski dia nggak suka-suka amat di dunia ini. Baginya, yang paling menyenangkan adalah saat dia mencampurkan bahan-bahan untuk membuat sebuah kue, bagaimana caranya meracik, memasukkan bahan-bahan, dan menghasilkan kue yang sesuai dengan ekspektasinya.

Yang dikejar seorang Sigi adalah menjadi tenaga ahli. Namun, untuk menjadi tenaga ahli, sebenernya dibutuhkan lanjutan pendidikan S2. Sedangkan Sigi, nggak mau untuk melanjutkan S2, karena belum ada jaminan bahwa dia langsung menjadi tenaga ahli. Meskipun begitu, hal ini nggak membuat Sigi semata-mata cuma di situ-situ aja lho. Dia juga berusaha untuk menyamai cara bekerja dan juga pemikiran atasannya ini. Cukup salut lho sama Sigi ini. Kalau aku jadi Sigi, mungkin aku sudah menyerah di tahun kedua. Karena namanya penantian kan tetep aja ada batas waktunya, bukan menunggu terus tanpa ada kepastian.
"Semua akan baik-baik saja, Gi. Semua hal selalu berakhir baik-baik saja. Kalau belum baik, berarti itu belum akhirnya." P. 166
Pertemuan Sigi dengan Timur, kakak kelasnya saat SMA, sedikit banyak menjadi hawa segar bagi Sigi.  Timur ini tipe orang yang sangat enak diajak ngomong, apalagi kalau ngebahas tentang hal-hal yang disukainya. Duh, sama kayak Sigi waktu dia masukin bahan-bahan yang disiapkannya untuk membuat kue yang diinginkannya.

Pertemuan mereka terjadi karena Timur butuh pandangan Johar—atasan Sigi—terhadap sebuah partai. Karena Johar, selain menjadi anggota DPR, dia dulunya adalah aktivis sekaligus pendiri sebuah partai. Jadi cocok sekali untuk riset Timur yang akan mendirikan sebuah partai juga. Sejak saat itulah, Sigi dan Timur kembali dekat. Awalnya, Sigi juga risih dengan kehadiran Timur, karena dia sudah terbiasa melakukan apa-apa sendiri, pulang kerja juga sendiri. Nggak ada yang bisa diajak ngomong untuk diskusi juga, jadi ya ditelan sendiri.

Selama ini Sigi nggak pernah protes terlalu banyak terhadap masalah apa pun yang terjadi terhadap Johar. Sampai di satu titik, masalah yang cukup besar membuat Sigi berpikir ulang, nyatanya, selama ini semua politikus itu sama aja. Nggak ada bedanya.

Pembahasan tentang politik cukup banyak dibahas di buku ini. Ya, meskipun aku nggak begitu suka sama politik, aku bisa menikmati buku ini, walaupun butuh waktu beberapa tahun setelahnya ya.

Aku suka sama karakter Sigi di sini. Tipe perempuan yang tau maunya apa, meski kadang dia juga butuh diyakinkan lagi, bahwa memang keputusan itu yang mau diambil sama dia.

Karakter Timur aku juga suka sekali. Sukaaaa banget! Jadi cowok yang nggak gampang ngejudge apa pun pilihan yang diambil Sigi. Nggak cuma itu, dia juga punya misi yang bagus dalam hidupnya. Jelas dan tertata. Sangat sulit buat ditemuin di cowok-cowok pada umumnya. 

Sedikit banyak aku jadi tahu, apa aja kegiatan politikus sebenernya. Ya.. nggak begitu jauh beda lah sama yang diberitakan. Tapi aku percaya, ada orang baik di dalam sana yang berusaha untuk memberikan yang terbaik, membalas kepercayaan masyarakat terhadap dia.


From the book...
"Politik adalah tempat kepentingan yang berbeda-beda diakomodir. Seperti memiliki satu piza yang hendak dimakan banyak orannng. Potong-potongannya dibagikan ke sana-sini. Berapa besarannya? Tergantung proporsi kontribusi mereka terhadap kemakmuran masyarakat." P. 10

"Semua orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencapai kesejahteraan, pendidikan, dan lainnya. Bukan cuma orang-orang di dalam partai, tapi juga Indonesia sebagai bangsa dan negara." P. 57 to 58

"Gue paling nggak suka baca headline seperti itu. Perempuan kan bukan aksesori. Tapi kadang mereka sendiri sih yang membuat seolah-olah perempuan itu cuma aksesori. Gue sih nggak mau ya." P. 105

"Manja, tapi ya nggak apa-apa. Wajar kalau mengeluh. Kita manusia kan memang begitu." P. 181

"Kalau boleh jujur, aku nggak terlalu percaya passion. Buatku, bikin kue itu semacam rekreasi. Aku takut kalau itu aku jadikan pekerjaan, nanti malah jadi nggak fun. Lagi pula, perkara do what you love itu terlalu utopis. Semua kerjaan, semenyenangkan apa pun, pasti pada satu titik akan melelahkan. Mending cari kerjaan yang aku sedikit suka, tapi sekaligus menantang. Biar aku juga bisa berkembang, ya kan?" P. 201

"Politik itu soal kekuasaan dan kepentingan. Aku pengin bisa memperjuangkan kepentingan orang banyak, tapi untuk bisa memperoleh itu, ya aku harus punya kekuasaan dulu. Jalan menuju hal itu panjang dan berliku." P. 234