Sunday, June 28, 2020

[Review] Diary Chawrelia: Letters to Gallendra

Judul : Diary Chawrelia: Letters to Gallendra

Penulis : Aurelia Carisa

Penerbit : Elex Media Komputindo

Tebal : 167 Halaman

"Sungguh, seharusnya mau hamil ataupun tidak, enggak ada satu pun mulut yang berjak menghukat penampilan seseorang. Tidak bisakah kita hanya melontarkan kata-kata yang positif untuk diucapkan ke orang lain?"


B L U R B

Ini adalah sekelumit curhatan nyaris tak bertanggal dari seorang Aurelia Carisa, a.k.a Chawrelia. Sebagai seorang perempuan, ia mencurahkan apa yang ada di benaknya tentang menjalani hidup sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu, serta menjalani tuntutan yang ada di sosial media maupun kehidupan sehari-hari.

Dari tulisannya, ia merefleksikan diri dan mengungkapkan isi hatinya, sekaligus menuliskan harapan-harapannya untuk Gallendra, putranya, dalam bentuk surat.

- - - - - - - -

R E V I E W

Karena ini menurutku masuk ke ranah non-fiksi (di label bukunya tulisannya Inspirational Novels), jadi aku bakalan langsung review novelnya aja.

Jujur aja, ekspektasiku ke novel ini tuh kayak, hmm.. apa ya? Kayak tulisan Kak Chawrelia selama mengandung atau gimana gitu. Tapi dalam bentuk surat, mirip Remi's Rebellion. Tapi ternyata enggak! Menurutku malah kayak baca curhatan seseorang di sosmed. Menyenangkan banget. Topiknya kukira bakalan berat gitu, ternyata ringan, tapi juga relate sama yang dirasain buibu se-Indonesia Raya.

Selama aku baca novel ini, aku nggak ngerasa kalau novel ini menggurui loh. Malahan aku banyak banget mengiyakan hampir semua tulisannya kak Chawrelia. Selain itu, nggak ngebosesin juga, karena bahasanya yang nggak kaku dan banyak gambarnya! Emang ini salah satu kenikmatannya baca non-fiksi nggak sih?

Nggak cuma membahas tentang dramanya jadi ibu-ibu, tapi juga ngasih banyak pengalaman dan pelajaran tentang dunia kerja dan juga pernikahan. Tentang hidup, gimana dia dulu dibesarkan. Cukup ngena. Apalagi di jaman sekarang yang serba instan, serba bisa, apa aja tersedia. Ada beberapa hal yang kadang terlupakan. Di sini juga mengajarkan beberapa hal untuk mencintai diri sendiri. Hal yang simpel, tapi cukup penting.

Aku cukup menunggu-nunggu bagian suratnya. Dan nggak kayak surat yang biasanya disampaikan, Kak Chawrelia malah minta maaf, ngasih semangat, dan lainnya. Overall, aku cukup suka sih sama cara penyampaiannya dan apa yang disampaikannya.


Quotable:
"Memiliki satu atau lima atau delapan anak, bukan urusan kita. Urusan kita apa dong, kalu begitu? Urusan kita adalah membesarkan anak kita sednriri untuk jadi orang yang jauh lebih berguna bagi orang lain dan dirinya sendiri ketimbang kamu." P. 29

"Anak kecil mana paham sama merek? Anak kecil mana paham tas mahal? Anak kecil cuma paham, orangtuanya mengerti dan memahami dia. Anak kecil cuma paham kalo orangtuanya berusaha buat dia, walau sekarang kalo dipikir, Mama mungkin ngajarin gue buat bersabar dan berusaha kalo mau mendapatkan sesuatu." P. 34

"Gue selalu bahagia karena fokusnya pada apa yang kita punya, bukan apa yang kita tidak punya." P. 35

"Karena kasih, perhatian, tawa, dan perasaan tidak dapat dibeli, melainkan tercipta dari kehangatan keluarga." P. 36

"Enggak ada yang janjiin lo bahwa hidup pernikahan itu mudah. Tapi, dengan orang yang tepat, dengan saling mengalah, saling mengerti dan mau berjuang bersama, setidaknya meringankan sekian persen perjuangan kita." P. 45

"Karena rasa bahagia itu diciptakan sendiri. Dari hati yang sehat, berdamai dengan diri sendiri, dari pikiran yang positif. Bahagia itu bukan apa yang terlihat, tapi apa yang dirasa." P. 53

"Kecukupan itu mahal harganya. Dibayar dengan rasa cukup yang kita rasakan, yang kita ciptakan, yang kita tularkan ke orang sekitar." P. 54

"Terkadang kita harus berhenti sejenak, ngambil napas, menikmati pemandangan sekitar, bersyukur atas apa yang sudah kita miliki." P. 54

"And I know, that you are strong, you are beautiful. Remember, you are good enough." P. 55

"...yang namanya dikecilkan oleh orang lain itu, bisa dilawan melalui benteng yang kuat bernama cinta kasih keluarga." P. 68

"Sparks dalam perkawinan itu sifatnya unik, bisa datang dan pergi kapan aja. Bisa tiba-tiba besar, bisa tiba-tba hilang. GONE." P. 79

"Banyak pasangan yang fokus menjadi orangtua yang baik, tapi lupa menjadi pasangan yang baik. Lupa berusaha, lupa berupaya, dan sedihnya lagi, lupa kepentingan ini, merupakan kepentingan yang besar yang akan kamu bawa seumur hidup." P. 80

"Pernikahan itu enggak selamanya indah. Bahkan kadang jarang indahnya, tapi bukan berarti kita berhenti berupaya menjadikannya indah. Seperti yang selalu gue denger, banyak orang yang menganggap pernikahan itu sebagai destinasi akhir ketimbang destinasi awal." P. 81

"Selalu ingat ini: kunci kebahagiaan anak adalah pernikahan orang tuanya yang bahagia. Investasi kebahagiaan terbesar seorang anak, adalah keharmonisan keluarga." P. 83

"Namanya juga hidup, kadang merasa semua under control, semua berjalan baik sebagaimana mestinya. Kadang, yang udah diatur dengan sedemikian rupa bisa aja belok-belok." P. 86

"Oh, ini mungkin yang namanya hasil dari berdamai dengan diri sendiri. Hasil dari mengecilkan harapan terhadap apa pun, dan melakukan apa pun yang membuat lo bahagia." P. 93

"Because in the end, yang punya peranan paling penting dalam terciptanya kebahagiaan lo bukanlah orang lain, tapi diri lo sendiri." P. 94

"Menjadi ibu tidak otomatis membuatmu dewasa,
menjadi istri tidak otomatis membuatmu bijaksana,
menjadi anak tidak otomatis membuatmu penyayang,
menjadi sahabat tidak otomatis membuatmu pengertian." P. 103

"Bukan masalah terus-menerus mencintai dengan debaran hati, namun terus kembali jatuh hat setelah benci setengah mati." P. 108

"Hal yang paling menyedihkan adalah dianggap remeh, tidak dihargai, dan tidak dianggap oleh orang yang kamu anggap hebat, orang yang kamu hargai, dan orang yang kamu sayangi." P. 132

"Nak, jika kelak kamu besar ada keputusan atau perbuatan Mama yang kamu rasa tidak bisa kamu terima, silakan benci Mama. Silakan marah, karena mengubah rasa benci menjadi cinta jauh lebh mudah ketimbang mengubah rasa tidak peduli menjadi peduli." P. 137

"Apa yang membuat kita merasa cukup adalah dicintai, yang bisa membuat kita merasa baik-baik saja adalah kasih sayang." P. 155

Thursday, June 25, 2020

[Review] Game Over

Judul : Game Over

Penulis : Valerie Patkar

Penerbit : Bhuana Sastra

Tebal : 290 Halaman

"Sekali lagi makasih, ya. Makasih udah jadi diri kamu sendiri."


B L U R B

Glendy Adijunior adalah seadanya.
Jeara Nindya Sjah adalah seandainya.
Di permainan ini, mereka mencari titik temunya.

- - - - - - - - -

Jeara Nindya Sjah, yang sering dipanggil Jeli sama Glendy. Si anak pintar, tujuan hidupnya jelas, keluarganya sudah mendidiknya dengan keras dan baik tentunya. Selama ini, hidupnya lurus banget. Kaku kayak kanebo kering gitu. Terlalu serius. Selama ini, Jeara nggak pernah ada temen yang bener-bener deket sama dia. Sampai Glendy, cowok tengil yang suka main game, suka ngusilin temen sekelasnya, sering keluar-masuk ruangan BK dan masih banyak sederet kenakalan lainnya, yang malah bikin Jeara deket sama dia.
"Sukses itu emang datangnya dari kerja keras, bukan dari sekolah. Tapi nggak semua orang paham kerja keras itu datangnya dari mana dan bagaimana, Gle. Karena kerja keras itu selalu datang dari sesuatu yang nggak pernah kita suka." P. 24
Bagi Glendy Adijunior, sekolah nggak begitu penting, yang penting adalah bagaimana caranya meningkatkan skill bermain game. Hidupnya cukup santai dan penuh dengan main-main. Kalo ngutip sebutan waktu jamanku kuliah dulu sih, lolos. Bukan lulus. Tapi semuanya berubah saat dia malah ingin sekelas dengan Jeara. Dia mulai belajar lebih banyak, supaya bisa tetap sekelas dengan Jeara. Hal in terus berlanjut hingga mereka kuliah. Nggak ada masalah berarti di antara mereka berdua. Jeara akan selalu ditemani oleh Glendy. Apa pun yang terjadi, Glendy akan selalu ada. Mau hujan, badai, panas terik, kalau Jeara ada masalah Glendy selalu datang membawakan Chiki, susu pisang dan Choki-Choki.

Semua masih baik-baik saja, meskipun Jeara juga kadang sebel banget kalo Glendy udah mulai ngegame terus. Meskipun seringkali Jeara merasa kecewa dengan keluarganya. Sampai Glendy mendadak hilang, dan semua orang, termasuk sahabat Glendy, nggak tahu Glendy ada di mana. Di sinilah mereka berdua mulai diuji. Memangnya ada masalah apa sih sampai-sampai Glendy harus hilang?



R E V I E W

Baca cerita Glendy-Jeara ngingetin aku sama diri sendiri. Adikku lebih pinter dari aku, nggak pernah dibandingin memang, tapi kadang dia suka ngeremehin aku. Jadi sebel aja gitu. Padahal, aku memang nggak pinter teori, tapi lebih jago di praktiknya, sementara dia sebaliknya. Kadang suka kesel aja tiap dia remehin. Tapi lama-lama juga biasa aja. Saking seringnya kali ya.

Di sini, aku suka banget sama keluarganya Glendy. Keluarga idaman menurutku, karena Ayah-Ibunya nggak banyak menuntut anaknya harus jadi apa, tujuannya ke depannya harus diplanning sedemikian rupa, yang kadang ya tetep aja dibutuhkan juga. Menurutku juga, kadang Glendy hidup terlalu santai. Tapi di sinilah dia bisa ngebuktiin bahwa passion bisa bikin dia hidup. Apa yang dilakukannya dulu, yang selalu dipandang sebelah mata sama orang lain, malah menghasilkan buat dia. Kalau keluarganya Jeara tuh bikin aku gemes! Kesannya kayak mereka tuh memang nggak peduli satu sama lainnya. Kalau udah asik sendiri, ya sudah. Yang penting tujuan hidupnya jelas, dan nggak boleh kalah sama yang lain. Bagus sih memang, tapi cukup bikin anaknya tertekan. Padahal ada sisi lain dari anaknya yang bisa digali.

Selain masalah keluarga, di sini juga membahas dunia gaming. Aku cukup paham sih, karena gamenya pas jamanku masih SD-SMP gitu. Cukup menarik gimana kak Valerie mengambil sudut pandang dari game, di saat orang lain ngeliat game tuh cuma jadi hiburan doang. Nggak cuma itu, di sini juga mengangkat masalah pelecehan seksual. Apa yang terjadi, gimana penanganannya, sampai akhirnya dia bisa mulai sedikit lepas dari traumanya itu. Komplit dan complicated menurutku.

Last, aku suka gimana Glendy berusaha keras untuk keluarganya. Keren sekali! Belum lagi sahabat-sahabatnya yang ngebantu juga. Ya ampun, terharu sekali aku. Jarang banget soalnya nemu sahabat kayak Trian, Dirga, Dion, dan Ardan.


Quotable :
"Manusia harus hidup untuk mencapai tujuan mereka, artinya, hidup itu tentang punya tujuan dan mencapai tujuan itu." P. 15

"Mungkin memang ada orang yang nggak punya tujuan di hidup mereka, tapi manusia yang seperti itu, nggak akan bisa bertahan, Jeara." P. 15

"Jadi begitulah, hidup adalah tentang tujuan. Bukan sekadar ada atau tinggal di dunia ini. Hidup itu melakukan sesuatu." P. 16

"Jadi, kalau kita nggak pernah mencoba melakukan seuatu yang kita nggak suka, kita nggak akan pernah tahu rasanya kerja keras, dan akhirnya kita nggak bisa sukses." P. 24

"Tahu kenapa Bapak dan Ibu nggak pernah marah karena nilai kamu jelek? Karena Bapak dan Ibu percaya sama kamu, kalau nanti, ada saatnya kamu akan lebih berusaha buat nilai kamu lebih bagus." P. 29

"Bapak dan Ibu percaya kalau semua anak di dunia ini bisa hebat karena apa yang mereka suka. Mereka cuma butuh satu... dukungan." P. 29

"Bapak dan Ibu cuma mau kamu dan Alisa tahu mana yang baik dan buruk. Selebihnya, Bapak dan Ibu percayakan kalian untuk memilih. Karena kamu tahu kalian pasti pilih yang baik, dan itu aja. Ituuu aja yang bikin Bapak dan Ibu bangga." P. 30

"Jadi kuat itu perlu kok, Kel. Semua orang memang harus jadi kuat biar nggak disakitin orang lain, biar tahu caranya bangkit pas jatuh, biar bisa mandiri, biar bisa jalanin hidup. Tapi cara setiap orang untuk tumbuh kuat berbeda." P. 43

"Sekali lagi makasih, ya. Makasih udah jadi diri kamu sendiri." P. 44

"Iya, kamu memang gagal... Dan itu tandanya kamu udah kerja keras, Glen. Berhasil atau gagal, itu bukan tujuan. Berhasil atau gagal itu cuma perjalanan. Dan sampai detik ini, nggak ada orang yang bener-bener tahu tujuan mereka apa. Aku dan kamu sama. Bukan kamu doang Glen yang nggak punya tujuan hidup. Aku juga." P. 48 to 49

"Tapi lo tahu nggak? Hidup itu kadang nggak bisa cuma dikasih seneng aja. Harus ada ngeselinnya juga. Hidup harus seimbang, karena kalau cuma mau seneng-seneng aja, giliran dikasih yang nyebelin, kita malah nggak siap." P. 55

"Sekarang aku punya kamu, yang selalu ingetin aku kalau aku memang berharga. Dan aku rasa aku nggak butuh ini lagi. Aku udah punya kamu, dan itu udah lebih dari cukup." P. 64

"Kalau sampai sekarang masih ada yang bertanya kenapa cowok begitu sulit untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan, jawabannya hanya satu: karena ego tumbuh lebih besar dibanding perasaan." P. 187

"Definisi sayang itu nggak cuma dilihat dari kendaraan apa yang lo naikin, seberapa banyak duit yang lo punya, semampu apa lo bisa bahagiain dia. Karena kalau memang ada seseorang yang beneran sayang sama lo, sekalipun lo nggak punya kaki buat jalan, nggak punya mulut buat bicara, nggak punya otak buat berpikir, dia akan tetap ada di samping lo. Karena seneng sama bahagia beda, Glen. Seneng itu mater. Bahagia itu perasaan." P. 187 to 188

"Jeara... Perjuangan itu ada bukan untuk ditakar. Perasaan juga nggak pernah pakai gender untuk tentuin siapa yyang harus lebih berjuang buat siapa. Kadang lo harus berjuang. Kadang, dia yang harus lebih berjuang. Atau malah kadang, cuma lo yang harus berjuang. Berjuang terus... sampai akhirnya datang waktunya, dia ikut berjuang bersama-sama lo." P. 194

"Gue nggak bisa judge. Karena baik atau nggaknya kondisi seseorang nggak bisa dilihat dari mata. You need to feel it." P. 205

"Sembuh... Bukan untuk jadi sempurna, bukan untuk memperbaiki, bukan untuk apa pun. Tapi smebuh, karena lo pantas untuk hidup lebih baik dari ini." P. 207

"Nggak perlu jadi sempurna untuk bahagia, Lis." P. 208

"Di dunia ini nggak ada orang yang mau hidup apa adanya. Sekuat apa pun mereka mencoba untuk bersyukur sama cukupnya mereka, pada dasarnya nggak ada orang yang benar-benar bahagia cuma karena cukup. Mereka selalu ingin jadi lebih. Dan meskipun terdengar salah, itu adalah hal yang paling manusiawi yang aku rasain sekarang." P. 218

"Kamu tahu? Jadi dewasa, pintar, dikagumi banyak orang, hebat, sukses.. itu semua gampang. Yang susah itu bangkit dari keterpurukan, tetap maju meskipun pilihan kamu salah. Dan tetap hidup meskipun kamu tidak punya alasan untuk hidup lagi." P. 235

"Di dunia ini tidak ada orang yang menerima apa adanya, Jeara. Mereka selalu mau jadi lebih. Dan kadang, mereka harus memaksakan itu. Entah itu buruk atau baik. Mereka melakukan segalanya untuk jadi lebih." P. 237

"Tapi gue sadar, gue terbiasa hidup sempurna. Jadi ketika jatuh, gue merasa nggak pantas hidup lagi. Gue lupa kalau jatuh dan terpuruk itu juga bagian dari semua hidup manusia. Jenis jatuh dan terpuruknya aja yang beda. Selama ini, gue nggak embrace diri gue apa adanya, Glen. Gue cuma embrace diri gue yang sempurna." P. 245

"Hidup itu kayak permainan. Kita yang memulai, kita yang memilih, kita yang menjalani, kita yang menentukan apakah di akhir, kita bisa kalah atau justru jadi pemenangnya.
Jadi, jangan kalah.
Jangan kalah dalam permainan kalian sendiri.
Jangan lupa untuk memeluk erat diri terlebih dulu sebelum memeluk orang lain.
When you're happy with enough,
You will be happier when you are with more.
And you will be fine when you are with less.
Terima kasih hari ini menerima diri sendiri." P. 284

Saturday, June 20, 2020

[Review] Nonversation

Judul : Nonversation

Penulis : Valerie Patkar

Penerbit : Bhuana Sastra

Tebal : 344 Halaman

"Gue nggak pernah bikin dia berharap, karena dia nggak pernah punya perasaan sama gue."



B L U R B

Teman, katanya.
Cinta, rasanya.
Pupus, akhirnya.

non.ver.sa.ti.on
n when nothing becomes everything

- - - - - - - -

Gamaliel Audirga Danuandra, biasanya dipanggil Dirga, biasanya, Dirga selalu nemenin Theala Radista Queensy, alias Theala, yang katanya temen. Yang seringkali nggak dipercayain banyak orang kalau mereka berdua cuma temenan. Memangnya ada yang murni cuma temenan di antara laki-laki dan perempuan? Bullshit banget nggak sih kalau ada? Anehnya, mereka berdua selalu nganggep temen satu sama lain. Meskipun kalau ada masalah yang dateng, mereka selalu ngabisin waktu bareng dan nyariin salah satu sebagai pelepas rasa pelariannya.
"Ya, emang. Kadang bukan hidup yang susah. Cara kita menjalaninya aja yang salah." P. 26
Theala dan Dirga, sama-sama memiliki latar belakang yang kadang sulit dijelaskan secara gamblang. Apalagi Theala juga bukan anak extrovert yang bisa dengan bebas menyuarakan apa yang dirasakannya saat dia kecewa, dan sedih. Sementara Dirga, meskipun dia memiliki sahabat cowok yang sangat peduli padanya, dan juga gampang untuk mendapatkan cewek mana pun, dia lebih memilih untuk curhat atau kadang bermain ke rumah Theala. Kalau mereka memang sudah sedekat ini, apa iya, status teman masih jadi penghalang di antara mereka?



R E V I E W

Nonversation, sejak awal bukunya muncul dan beredar, aku baca blurb yang udah kayak novel Giselle-nya Akiyoshi Rikako, aku sempet maju mundur buat baca. Karena aku nggak begitu mengikuti Kak Valerie di Wattpad, pun buku pertamanya, Claires. Kenapa kok maju mundur? Soalnya aku takut, novelnya nggak sesuai sama seleraku, karena novel bukan *ndomie yang selera semua orang kan? Hehehe.. Setelah muncul di Gramedia Digital, akhirnya aku nyobain lah untuk baca Nonversation ini. Jangan tanya kenapa aku nggak baca Claires dulu ya! Hahaha.. Bakalan aku jelasin setelah aku kelarin Claires.

Membaca cerita Dirga-Theala ini gemes-gemes kesel. Gemes karena interaksi mereka berdua yang udah kayak aku sama temen cewekku. Cukup manggil di chat, atau mendadak telepon, dia sudah tau harus berbuat apa saat ini, atau aku pasti ada masalah, begitu pun sebaliknya. Apalagi ditambah sama gengnya Dirga yang lucu abis. Keselnya karena....... Lebih ke arah geregetan sih. Apa ya, mereka tuh udah sama-sama nggak bisa begitu ngomongin perasaan mereka, tapi mereka juga nggak berusaha untuk menyampaikan rasa itu. Ini akar masalahnya cuma satu, tapi kalo nggak diselesaiin, ya makin lama makin kuat akarnya.

Di Nonversation ini, nggak cuma ngebahas tentang pentingnya komunikasi, tapi juga belajar untuk mengerti. Mengerti perasaan sendiri, orang lain dan mungkin juga orangtua? Konflik keluarga di sini juga cukup serius dan complicated menurutku.

Overall, aku suka sih sama caranya kak Valerie bercerita di sini. Pinter banget untuk ngebawa perasaan Dirga-Theala ke pembaca, meskipun diambil dari tiga sudut pandang, Dirga, Theala dan juga Trian. Seru banget, walaupun perpindahannya nggak mulus, jadi kadang agak bingung gitu pas perpindahannya. Tapi it's okay, masih bisa dinikmati kok.


Quotable:
"Menginjak umur 20, kamu takut untuk tidak menemukan seseorang yang benar-benar mencintai kamu. Tidak apa-apa. Jatuh cinta tidak membuatmu tumbuh, patah hati ya." P. 7

"Orang bilang cara gue nggak benar. Terus yang benar gimana? Kenapa banyak banget sih orang yang dengan gampang ngomong "ini salah, ini benar" tanpa pernah kasih contohnya?" P. 26

"Karena semenjak lo datang ke hidup gue, everything feels amazing. Gue jadi percaya kalau kedatangan sesuatu yang nggak pernah diprediksi manusia bisa membekas seumur hidup, sampai kita nggak pernah tahu kapan bekas itu hilang." P. 53

"Tahu kenapa lo nggak bisa punya rasa sama sahabat lo sendiri? Karena dia yang terbiasa mengangkat lo ketika lo jatuh untuk orang lain. Jadi, kalau sampai lo jatuh untuk dia... nggak akan ada lagi yang bisa mengangkat lo." P. 78 to 79

"Kamu tahu? Ketika menkah, standar perempuan untuk pria semakin tinggi. Perempuan nggak hanya dituntut untuk bisa jadi seorang istri. Tapi juga bersih rumah, masak, mengurus rumah tangga, meladeni suami. Jadi seorang istri yang sempurna." P. 86 to 87

"Tapi perempuan yang nggak bisa berbuat apa-apa, bukan berarti dia istri yang nggak sempurna. Perempuan juga berhak punya mimpi." P. 87

"Sebagai manusia yang juga berhak punya mimpi. Manusia yang punya kekurangan tapi tetap pantas disayangi." P. 88

"Gue nggak mau menyukai seseorang dengan berlebihan, karena semua yang berlebihan bisa menyakiti dengan berlebihan juga. It feels like shit to have feelings for someone who doesn't even know your existence. It was fun at first, admiring someone like that. But as the feelings got deeper... deeper and deeper.. it makes you nothing but shit." P. 96

"Setiap hal, sekecil apa pun, pasti bikin kita ngerasain sesuatu—kesal, sedih, kecewa, senang, takut, peduli. Kalau lo nggak pernah ngerasain salah satu dari itu, mungkin perasaan lo udah mati." P. 102

"Memang benar. Saat kita punya perasaan kepada seseorang, meskipun bukan kalimat berarti yang dia ucapkan, rasanya tetap berarti dunia untuk kita." P. 105

"Sayang nggak pernah memaksa.
Sayang nggak pernah nuntut sempurna." P. 109

"Sejak kamu kecil, Bunda selalu janji sama diri sendiri. Meskipun Bunda tua nanti, Bunda nggak akan pernah ngerepotin kamu. Tapi bukan berarti orang lain justru yang ngerepotin kamu. Bukan berarti orang lain bisa seenaknya masuk ke hidup kamu, acak-acak kamu, kasih beban mereka ke kamu. Bunda nggak mau." P. 129

"Menunggu itu lebih berat dari merindu karena merindu cuma tentang rasa, nggak ada harap atau doa yang menanti sebuah pertemuan seperti menunggu." P. 130 to 131

"Nggak enak, La... nyimpen perasaan sama orang diem-diem. Nggak ada yang tahu lo buang banyak waktu buat mikirin dia, nggak ada yang tahu pengorbanan lo, nggak ada yang tahu sakit hatinya lo. Gue nggak mau lo rasain itu." P. 135

"Maaf itu harganya mahal. Banyak orang yang nggak gampang bilang maaf sekalipun mereka harus ngelakuinnya. Jadi jangan. Jangan gampang bilang maaf. Simpan maaf lo untuk sesuatu yang lebih penting. Sesuatu yang harus." P. 143

"Hmm.. Falling in love with her has always been this fun. But nowadays, it makes me sick a little." P. 145

"Terkadang, ketika kita sayang sama seseorang, ada baiknya hanya kita yang tahu. Supaya kita bisa menikmati sayang itu sendiri. Tanpa penolakan, tanpa ada yang menjauh, tanpa ada yang sakit. Semuanya kadang memang jauh lebih indah ketika nggak ada yang tahu perasaan kita." P. 165

"Semua orang berhak hidup sekalipun dia dibenci. Semua orang juga berhak ambil keputusan atas hidupnya sendiri." P. 171

"Kadang seseorang itu cuma butuh didengar tanpa diceramahi. Kadang seseorang juga cuma butuh dimengerti tanpa dibanding-bandingkan." P. 173

"Punya perasaan utuk seseorang itu tanggung jawabnya sangat besar. Bagi gue, menyimpan perasaan untuk seseorang bukan cuma tentang gue, atau tentang dia, bukan juga tentang kita. Punya perasaan untuk seseorang itu tentang perjalanan panjang." P. 180

"When someone love you, they don't have to say it. You can tell by the way they treat you." P. 196

"Getting hurt is not a choice. It's a random street you need to pass by before arriving to your goal. So just find the right person you want to go with, that you don't have to get hurt alone." P. 227

"Hidup tuh harus dijalani. Sekalipun itu pahit dan nggak enak. Kalau kamu begini terus, itu berarti kamu nyakitin diri kamu sendirir, dan itu salah kamu." P. 243

"Orang yang nggak jujur sama dirinya sendiri nggak cuma nyakitin dirinya, Yan. Dia juga nyakitin orang lain." P. 277

"Cinta nggak butuh perhitungan tentang siapa yang lebih berkorban untuk siapa." P. 281

"Nggak enak rasanya lihat orang yang kita sayang usaha mati-matian untuk sayang juga sama kita di saat mereka nggak bahagia." P. 281

"Kamu tahu apa kehilangan yang paling menyakitkan, The? Kehilngan yang paling menyakitkan itu adalah kehilagan seseorang yang nggak bisa kamu cari. Karena raganya ada bersama kamu. Kamu masih melihatnya. Dia nggak pergi ke mana-mana. Tapi kamu tetap kehilangan dia, karena dia bukan yang dulu kamu kenal." P. 289

"Kita nggak boleh menjadikan seseorang punya arti sebesar dunia. Karena saat mereka pergi, lo nggak punya satu pun yang tersisa. Semua juga pergi. Segalanya pergi. Dan lo nggak punya apa-apa lagi." P. 316

"Bagi gue, kalau lo menjalani sesuatu tanpa pernah tahu apa tujuannya, nggak ada yang harus dijalani. Lo hanya akan buang-buang waktu. Namun semakin bertambah umur, gue sekarang mengerti kenapa banyak orang mengucapkannya. Karena mereka nggak benar-benar tahu apa yang ingin mereka kejar." P. 324

"Hidup dengan menerka-nerka gimana perasaan orang lain terhadap kita... itu capek, Mil. Karena seharusnya, kalau memang mereka sayang sama kita, mereka bicara. But look. They are torturing us to wonder how's their feelings. They are torturing us to wait. They are torturing us to hope." P. 329

Tuesday, June 16, 2020

[Review] 022

Judul : 022

Penulis : Lokalpcy

Penerbit : Clover

Tebal : 437 Halaman

"Konsep kebetulan itu magis, karena kalau lo telusuri benang merahnya, maka akan ditemukan bahwa sebenarnya 'kebetulan' adalah rencana yang belum tersampaikan."



B L U R B

Cakrawala
Dia diartikan sebagai lengkung langit tempat
bintang-bintang bersandar

Ladinia
Dia adalah bintang paling terang yang pernah bersandar
pada cakrawala

Cakrawala, drummer dari band indie Anchorbolt pertama kali bertemu Ladiani, reporter dari media musik bernama StageSnap, di belakang panggung saat gegap gempita reda. Meninggalkan kesan, tapi tak seberapa.

Lalu, Bandung mempertemukan sang drummer dan sang reporter dalam setiap gigs, menjadi penanda dimulainya tukar cerita tentang skema musik hingga idealisme hidup. Cerita demi cerita terekam di seluruh sudut kota kembang, menambah satu lagi hal manis yang bisa diingat dari kota berkode telepon 022. Semua tampak baik-baik saja, hingga salah satunya jatuh cinta dan salah satunya enggan percaya.

- - - - - - - -

Cakrawala Yudhistira Adyaksa, atau yang biasa dipanggil Ceye, drummer yang cukup dikenal di kalangan band indie, yang kalau udah gebuk drum, nggak bakalan inget sama yang lain. Totalitas. Malam ini, di mana dia tampil dalam sebuah acara yang udah sampe larut malem, dan dia juga kepengennya sih langsung cepetan pulang, supaya bisa ngerjain tugas kuliahnya dia. Sayangnya, dia harus stay sebentar karena ada wawancara bareng StageSnap, salah satu media besar di Bandung yang ngurusin dunia band gitu. Di sinilah dia bertemu dengan Ladinia Grandiflora.
"Gue selalu suka konsep kebetulan. Semuanya serba enggak terencana, tapi ternyata lo dihadapkan pada kejadian yang bisa mengubah cara pikir, bahkan hidup lo." P. 33
Ladinia Grandiflora, mahasiswi fakultas seni, sekaligus reporter StageSnap yang cukup berani menatap matanya Ceye waktu wawancara, meskipun Ceye pas itu lagi bete parah mukanya. Nggak bersahabat banget. Setelah kejadian itu, ada satu kejadian lagi yang bikin Ceye malah tertarik sama si Ladin ini. Ladin yang nggak takut sama sekali sama Ceye, Ladin yang ternyata adik salah satu produser Youtube yang cukup terkenal. Ladin yang ternyata bikin Ceye penasaran dan nggak tertarik untuk cuci mata sama cewek lain.

Tapi kalau ternyata salah satu dari mereka jatuh cinta, apa mereka bakalan nyatain ya? Kan ada tuh yang kalau udah nyaman sebagai teman, ya temen aja. Jangan berharap lebih. Karena kalau berharap lebih, yang ada malah nggak nyaman nantinya. Apa iya?


R E V I E W

Baca ceritanya Ceye jadi keinget jaman-jaman SMA yang bete jadi cinta gitu. Aku sih suka banget sama Ceye dan gayanya yang slengean, kadang suka seenaknya sendiri, tapi dia itu sebenernya punya aura yang disukai banyak cewek gitu loh. Karena aku baca Ale duluan, aku ngerasa Ceye ini kayak anak SMA. Meskipun dia bertanggungjawab banget sama kuliahnya, supaya hidupnya balance gitu.

Yang aku suka lagi di novel ini tuh, penulisnya bener-bener mengeksplor dunia anak band Indie, gimana mereka berusaha buat menyeimbangkan antara passionnya mereka sama dunia nyata yang harus dijalani. Perjuangannya Ceye juga patut diacungi jempol nih! Ya meskipun dia ada salahnya juga. Tapi menurutku perjuangannya dia pol-polan banget sih.

So far, aku menikmati banget novelnya. Berasa balik lagi ke jaman PDKT, awal-awal pacaran gitu. Habisnya aku udah lama banget pacarannya. Jadi udah lupa gimana rasanya. Hahaha..


Quotable:

"Hidup ini kadang-kadang lucu, mempertemukan kepingan kemungkinan menjadi rangkaian kebetulan yang seolah-olah sudah dirancang dari sananya." P. 52

"Susah buat serius sama cewek, ketika orang-orang udah mikir kita maunya cuma main-main." P. 79

"Nggak ada yang bener-bener tahu gimana caranya jadi dewasa, Ye. Masing-masing orang punya cara sendiri." P. 81

"Benar, pendewasaan itu bukan sesuatu yang bisa disamaratakan untuk masing-masing orang. Mereka punya cara yang berbeda, yang belum tentu akan sama efeknya untuk orang lain." P. 81

"Wajar sih... tapi berlebihan. Menurut gue, enggak semua hal yang cewek-cewek lakuin perlu dikhawatirin cowok. Kita bisa jaga diri. Kita tahu mana yang bahaya mana yang enggak." P. 185

"Mau lo percaya atau enggak, gue nggak peduli. Dan lo nggak usah mikirin kenapa gue bisa sayang sama lo. Itu urusan gue." P. 325

"Kadang, orang-orang nggak bisa nyatuin perspektif mereka. Lo lihat dari sisi mana, gue lihat dari sisi mana." P. 402

"Di fase inilah, Ceye mulai sadar bahwa sesuatu yang berharga bukan datang secara kebetulan, tapi karena dipertahankan, diperjuangkan, dan ada yang dikorbankan." P. 421

Saturday, June 13, 2020

[Review] The Player

Judul : The Player

Penulis : AliaZalea

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 320 Halaman

"Tapi kamu harus melakukan ini. If your relationship has no future, you better cut the cord now, before it hurts you even more when it ends."



B L U R B

Aku diundang ke pernikahan sahabatku, dan di situlah aku akan bertemu untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun dengan cinta matiku, yang menolakku mentah-mentah. Itu seperti mimpi buruk. Sayangnya, itulah hidupku, Hanna. Tapi aku ingin menunjukkan kepada cowok itu bahwa aku sudah melupakannya. So what kalau aku harus dibantu Pierre, si playboy, personel boyband yang digilai kaum wanita? Aku yakin rencana ini aman, karena toh Pierre bukan tipeku, dan aku jelas bukan tipenya. Kami hanya perlu melakukan ini beberapa hari, dan setelah itu kami bisa melanjutkan hidup masing-masing.

Player, itulah julukan banyak orang untukku, Pierre, karena tidak ada orang yang tidak mencintaiku. Tapi mereka salah, karena ada satu orang yang sepertinya tidak peduli sama sekali padaku. Cewek seksi yang mengabaikanku karena dia tergila-gila dengan cowok lain. Aku tidak bisa membiarkannya seperti ini, dan aku hanya memiliki beberapa hari untuk mengubah perasaannya.

- - - - - - - -

Pierre, bule lokal yang suka tebar pesona, cukup digandrungi fans cewek-ceweknya, yang nggak susah untuk cari gandengan yang bisa diajak jalan sekaligus temen tidur, tapi malah ditolak sama sahabatnya Ziva. Alesannya sih simpel banget, soalnya Pierre bukan tipenya. Pasti gengsi banget nggak sih jadi si Pierre? Biasa diterima cewek belahan dunia mana pun, sekarang malah ditolak mati-matian.
"Tapi lebih dari itu semua, gue mau ngabisin lebih banyak waktu sama lo. Berbagi masker, bantu ikat rambut lo, ngurus kalau lo kurang enak badan, nemenin lo nonton TV... bangun tidur sama lo. Gue nggak peduli, gue cua mau dekat lo." P. 225
Hanna, cewek yang super insecure. Padahal, dia nggak seburuk itu. Belum lagi dia juga sempat patah hati sama cowok yang udah deket sama dia sejak lama. Ketemu lagi dalam sebuah undangan pernikahan karena dia sahabat mempelai cowok, bukan sesuatu hal yang gampang buat Hanna. Hanna bahkan sampe dibantu Pierre, tapii.. apa iya, bantuannya bakalan berhenti sampai di sana aja? Nggak bakalan berlanjut ke hal lainnya?


R E V I E W

Baca Pierre ini apa yaaa... Banyak lucunya menurutku. Apalagi, Pierre ini tipikal anak yang nggak bisa diem, ada aja tingkahnya. Cara berinteraksinya dia sama Hanna dan juga anak Pentagon lainnya itu lucu banget.

Awal ngbaca novel ini aku cukup suka dan menurutku cukup jelas. Tapi, waktu mulai flashback di jaman Pierre kecil, agak membingungkan gitu. Kenapa membingungkannya, nggak akan aku bahas di sini, soalnya bakalan spoiler abis! Nah, aku kira, masa lalu Pierre itu patah hati terbaik lah ya istilahnya, karena patah hati terbaiknya inilah, dia jadi player. Eh ternyata nggak sepenuhnya benar. Jadi kudu baca bener-bener mulai dari pengakuannya dia sama orang yang disukainya.

Suka banget baca novel ini, tema yang diangkat menarik banget. Mulai dari self love-nya Pierre dan Hanna, sampai ke masalah seksualitas. Suka sekali aku. Dan menurutku, ini novel yang beda banget dari novel kak Alia yang lain menurutku.


Quotable:
"Di semua hubungan, pasti akan ada gangguan dalam segala bentuk yang akan menimbulkan kecemburuan. Selama ini aku terlalu memfokuskan perhatian pada orang sebagai bentuk gangguan, tapi itu salah. Yang harus aku fokuskan adalah memastikan perhatian kamu nggak pernah perlu atau mau stray dari aku. Dengan begitu menghapus kemungkinan kecemburuan. Masalah lainnya akan aku hadapi as it comes." P. 303

Thursday, June 11, 2020

[Review] Bad Boy

Judul : Bad Boy

Penulis : AliaZalea

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 336 Halaman

"Kamu bilang kamu cinta aku, tapi kamu akan nyerah begitu aja?"


B L U R B

Namaku Ziva, tapi baginya, aku adalah Princess.
Aku mencintainya sejak umurku delapan belas tahun.
Dia cinta pertamaku dan aku cinta pertamanya.
Kami soulmate bahkan sebelum kami mengerti arti kata itu.
Seharusnya cerita kami berakhir dengan happy ending, namun itu hanya impian belaka.

Namaku Adam, tapi dia selalu memanggilku dengan
nama lain dan aku tidak keberatan, karena dia adalah cinta matiku.
Aku tidak bisa hidup tanpanya, tapi seperti itulah yang harus kulakukan,
karena setelah apa yang aku perbuat, dia bukanlah milikku lagi.

- - - - - - - - - -


Ziva Hadikusumo, seorang perempuan yang bisa dibilang kaya di antara temen-temennya yang lain, selain itu dia kayaknya juga ada keturunan darah birunya. Waktu SMA, ayahnya adalah donatur terbesar di SMA tersebut. Selain itu, banyak orang yang menyebutnya Princess, tapi tentu aja nggak ada yang berani memanggilnya demikian. Kecuali Adam Mahardika. Cowok yang seringkali disebut anak-anak The Cold One. Agak cuek, tapi mematikan banget deh senyumnya.
"Wah... Eyang nggak setuju yang seperti itu. Laki-laki harus tahu cara menghargai perempuan. Kalau punya niat dengan kita, mereka harus mengutarakannya lebih dulu supaya tidak ada salah paham. Mereka juga harus belajar melupakan ego mereka barang sesaat untuk mendapatkan seorang perempuan. Kalau tidak bisa melakukan itu, mereka tidak berhak mendapatkan perempuan itu. Laki-laki yang terlalu egois tidak jantan." P. 113
Pacaran sejak sebelum Adam sukses, sampai Adam sudah terkenal sampai sekarang, buat Ziva biasa aja. Nggak ada yang spesial. Karena bagi Ziva, Adam sudah lebih dari apa pun. Sayangnya, semakin tinggi pohon tumbuh, maka angin yang menerpa pasti lebih besar kan? Adam memang nggak tersandung skandal apa pun, pemberitaan tentang dirinya amat sangat positif. Tapi kalau Adam membuat kesalahan yang cukup fatal, apa Ziva bisa memaafkannya?


R E V I E W

Pas pertama kali baca ini agak dibuat kaget gitu sih. Karena ceritanya bakalan flashback gitu. Menurutku ini lebih kayak cerita teenlit gitu. Karena ini tuh runut banget. Diceritain dari awal mereka ketemu, kenapa mereka bisa jadi deket, lucu sekali mereka berdua.

Bagian yang aku sukaaaa banget tuh bagian dimana Adam sadar bahwa dia salah, dia harus berubah. Berubah yang nggak cuma buat dirinya aja, tapi juga hubungannya sama Zi. Sumpah deh ya, perjuangannya Adam di sini tuh menurutku perfect banget! Apa yaaaa.. Gentle banget gitu loh! Bikin jatuh cinta setengah mati. Selain itu, konfliknya cukup berat juga. Lebih ke arah konflik batin gitu.

Karakter favoritku masih tetep Adam. Keren banget dia pokoknya. Oh, Eyangnya Zi juga sering muncul dan ngasih nasehat-nasehat tentang percintaan gitu. Aku suka sih, jadi semacam pelajaran juga untuk kita. Ya memang ajaran Eyangnya masih agak kolot, tapi 'ngena' gitu! Sayang banget sama Eyangnya Zi!


Quotable:
"Laki-laki memang harus dibegitukan. Mereka nggak akan menghargai apa-apa yang gampang didapat. Semakin mereka harus berjuang sampai menggeh-menggeh untuk mendapatkan sesuatu, semakin mereka akan menghargai itu sewaktu sudah dapat." P. 114

"Dalam suatu hubungan, tentunya lebih baik kalau kedua belah pihak mencintai satu sama lain dengan intensitas yang sama, tapi kalau itu bukan pilihan, pilihlah pasangan yang lebih mencintai kita daripada kita mencintai mereka, karena mereka tidak akan pernah menyia-nyiakan kita." P. 276

"Cinta adalah satu kata yang terlalu sering tapi tidak pernah cukup diucapkan." P. 334

Tuesday, June 9, 2020

[Review] The Wanker

Judul : The Wanker

Penulis : AliaZalea

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 328 Halaman

"Sebagai laki-laki, apa yang Papa cari dari perempuan adalah hati. Kalau hatinya memang baik, yang lainnya akan ikut. Dan kalau memang suka dia, Papa harus menerima semuanya tentang dia."


B L U R B

Lu baru pindah ke apartemen barunya dan ada tiga hal yang dia sadari. Pertama, apartemennya berhantu; kedua, dia tidak bisa hidup tanpa Lola, terrier-nya; ketiga, tetangga depannya, Nico, adalah seorang bajingan alias wanker. A very hot and very famous wanker, but still a wanker.

Tetapi suatu insiden membuat Lu menemukan seorang teman pada diri Nico. Lu menyadari mereka memiliki banyak kesamaan, dan mungkin Nico tidak se-wanker itu. Sayangnya, kesalahpahaman terjadi, sehingga Lu harus mempertanyakan lagi anggapannya tentang Nico. Karena ternyata tetangganya bukan saja seorang wanker, tapi superwanker.

- - - - - - - - -

Nico, personil Pentagon yang masih belum move on dari mantannya, Denok. Walaupun saat bertemu dengan personil Pentagon yang lain dia bersikap seperti biasanya, bercanda, suka mengisengi satu sama lain, saat dia kembali ke apartemennya, dia akan kembali murung dan mulai merindukan Denok. Apalagi, hubungan mereka sudah berjalan dua tahun, kenangan yang mereka buat pun sudah banyak.
"Gue menyalahkan gue sendiri karena membiarkan diri gue dikontrol indra penciuman daripada pikiran." P. 61
Lu, tetangga baru di apartemen Nico. Tetangga yang malah mengingatkan Nico akan Denok karena bau parfumnya. Meskipun alasan ini tidak diterima oleh Lu, tapi nyatanya karena satu kejadian, mereka bisa berteman baik loh. Meskipun cara berteman mereka cukup unik.

Meskipun pertemanan mereka berdua terlihat baik-baik saja, Nico tidak tahu apa pekerjaan Lu sebenarnya. Yang Nico tahu, Lu selalu pulang subuh dan berangkat kerja pada malam hari. Akhirnya, Nico selalu menyimpulkan pekerjaan yang sedang dilakukan Lu adalah hal yang negatif di mata masyarakat. Bagaimana kalau Lu tau penilaian Nico terhadapnya sangat negatif? Akankah mereka masih berteman baik?


R E V I E W

Akhirnya aku ngbaca novel kak AliaZalea lagi setelah yang terakhir baca Boy Toy. Rasanya kangen sekali dengan gaya menulisnya kak AliaZalea yang fun.

Waktu baca judul dan ngelihat covernya, jujur aja aku tuh bingung. Wanker ini sebenernya julukan atau umpatan. Nah, pas baca di bagian Nico ketemu sama Lu, barulah aku paham sama sebutan Wanker ini. Menurutku, Nico sama Lu ini apa ya? Hmm.. Mereka ini cukup unik dan menggemaskan. Nico yang kadang bisa nyebelin dan supportif di saat yang bersamaan. Sedangkan Lu, di awal dia tuh nyebelin banget. Ya mungkin karena pertemuan pertamanya sama Nico kali ya, jadi bentuk defensenya dia kayak gitu.

Selain itu, komunikasi itu penting banget gitu kalo misalnya suka sama seseorang. Jadi jangan sampe kita tuh ngambil kesimpulan sendiri tentang orang itu. Nggak semua yang kita pikirin itu bener, dan kadang malah amat sangat jauh beda sama apa yang kita ekspektasiin. Kalo sampe orang itu tau, pasti bakalan jadi kayak Lu banget deh. Pasti kesel, sebel, pengen ngatain.


Quotable:
"Menurut Papa, kalau Papa cinta dia, seharusnya itu nggak jadi masalah. Kamu mungkin punya persepsi buruk tentang bintang film porno, tapi orang mungkin punya persepsi yang sama tentang penyanyi. Coba kamu pikirkan, pasti ada perempuan di luar sana yang nggak mau pacaran dengan penyanyi seperti kamu. Karena menurut mereka, pekerjaan kamu nggak stabil. Mana sering sekali dikelilingi narkoba dan perempuan lagi." P. 161

"Intinya, kita nggak boleh berprasangka buruk tentang seseorang hanya karena pekerjaan mereka. Pekerjaan tidak mendefinisikan seseorang." P. 161

"Kamu harus minta maaf berkali-kali. Nggak peduli apakah dia mau dengar, pasang muka judes, atau bilang dia nggak mau lihat kamu lagi. Kalau kamu mau serius dengan dia, kamu harus tunjukin bahwa kamu pantang menyerah. Bahwa dia worth it." P. 252

"Dan sebisa mungkin kamu cari cara untuk bantu dia, tanpa mengharapkan balasan apa-apa selain bahwa dia akan bisa lihat kamu betul-betul peduli. Lama-lama dia akan maafin kamu." P. 252

"My heart is yours. It's up to you what you wanna do with it" P. 317

Sunday, June 7, 2020

[Review] Suami Negeri Dongeng : Pesan dari Masa Lalu

Judul : Suami Negeri Dongeng: Pesan dari Masa Lalu

Penulis : Majarani

Penerbit : Clover

Tebal : 260 Halaman

"Jangan pernah berharap orang lain menghormati kita karena harta, sesungguhnya itu tidaklah tulus. Namun, orang harus hormat padamu karena sifat dan perilakumu yang memang pantas diperlakukan seperti itu."


B L U R B

Raya mendambakan pernikahan dengan calon suami yang penuh cinta kasih dan taat beribadah. Siapa sangka, saat tersesat di Gunung Ciremai, ia justru dipertemukan dengan Raden Wijaya Kusuma, putra mahkota dari kerajaan Linggarjati yang terjebak di dunia masa kini.

Raden Wijaya Kusuma—Wiku, begitu sempurna dengan wajah rupawan, gagah, dan berkharisma. Bersamanya, Raya merasakan waktu seakan terhenti. Raya andu pada setiap perhatian, kasih sayang, bahka cinta yang tak pernah ia dapatkan dari pria mana pun yang pernah jadi kekasihnya.

Namun, Wiku dan Raya memiliki kehidupan yang tak bisa mereka tinggalkan.
Haruskah Raya mengikuti Wiku ke negeri dongeng?
Atau mencari pria lain dan mewujudkan pernikahan yang nyata?

Pesan dari Masa Lalu merupakan buku pertama dari seri Suami Negeri Dongeng.

- - - - - - - - -

Raya,  cewek yang baru aja patah hati. Gimana nggak patah hati, kalau pacarnya selingkuh sama sahabatnya sendiri, mana mereka nikah tuh nggak ngabarin Raya lagi. Kesel banget. Karena itulah, dia berniat untuk mencari tau hal ini lebih dalam. Emang bener ya? Dan ternyata beneran! Anehnya, setelah itu, Raya malah milih untuk naik gunung Ciremai! Aneh banget nggak sih? Mana ada orang patah hati yang naik gunung? Ya kecuali anak gunung kali ya.
"Pengkhianat dan tukang selingkuh itu pasangan serasi. Jadi nggak perlu ditangisi." P. 53
Anehnya di Gunung Ciremai ini, Raya malah ketemu sama Raden Wijaya Kusuma, seorang keturunan kerajaan yang bahkan sekarang udah nggak ada lagi. Anehnya lagi, Raya malah membawa Raden Wijaya Kusuma dibawa ke tempat tinggalnya di Bogor, bahkan sampai ke kos di mana Raya tinggal di Cikarang. Tapi nggak mungkin selamanya Raden Wiku ini bakalan menetap di sini terus kan? Pasti ada masanya dia harus kembali ke kerajaannya. Nah, kalau sudah begitu, gimana nasibnya Raya? Bakalan ikut Raden apa enggak? Kalau ikut, resikonya pasti bakalan banyak banget sih. Mulai dari ninggalin orangtua Raya, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya. Memang Raya siap?


R E V I E W

Ngebaca ini tuh aku kira bakalan ada fantasinya gitu. Eh ternyata lebih dominan ke kerajaan-kerajaan gitu. Seru banget deh, berasa balik ke jaman sekolah buat belajar tentang kerajaan jaman dulu gitu. Yang aku suka sih, cerita ini cukup real ya. Ada yang masih inget sama KKN Desa Penari nggak sih? Nah, aku mikirnya tuh, kayak gitu, tapi minus adegan yang nggak senonohnya ya.

Selain latar ceritanya yang kerajaan, aku juga suka sama sikap karakternya. Raden Wijaya tuh apa ya? Tipikal cowok idaman gitu lah. Dia kalau janji tuh selalu ditepatin, berusaha cari solusi, gimana caranya supaya semua bisa seneng gitu. Yang aku nggak begitu suka tuh malah Raya-nya. Dia ini tipikal yang childish banget. Apa yang jadi maunya dia, ya harus diwujudin. Nggak ada dewasa-dewasanya. Pengen kujitak rasanya si Raya ini.

Karena ini masih bersambung, aku nungguin banget buku keduanya. Habisnya gantung abis! Berasa kayak nonton drama Korea yang masih on going gitu.

Monday, June 1, 2020

[Review] 90 Hari Mencari Suami

Judul : 90 Hari Mencari Suami

Penulis : Ken Terate

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 364 Halaman

"Katanya, tiga puluh itu usia terbaik. Beneran nggakk tuh, El? Gue kan baru tiga tahun lagi ngerasain usia tiga puluh. Katanya udah terbebas dari jerawat, tapi belum terserang menopause."


BLURB

Eli panik saat resmi berusia 30 tahun.
Mimpi-mimpinya tentang “sukses sebelum 30 tahun” kandas seketika karena dia tak hanya belum menikah, tetapi juga tidak punya pacar sama sekali. Kariernya? Sama karamnya dengan kapal Titanic. Dia masih menjadi budak artis di Glow Event Company dan sadar tak bakal pernah naik pangkat menjadi artis itu sendiri.

Kepanikannya berlipat-lipat saat adik perempuannya, Lisa, akan segera menikah. Waduh! Dalam budaya Jawa, ada mitos mengerikan; jika kamu didahului menikah oleh adikmu, kamu bakal jadi jomlo. Selamanya.

Eli tak tahu apakah dia ingin menikah dan membangun keluarga. Tetapi, dia yakin tak ingin menua sendiri. Masalahnya, jika tak mau jadi lajang abadi, dia harus menemukan suami dalam waktu kurang dari 90 hari!

Kayak masih belum cukup, Eli dipecat dari pekerjaannya! Adakah yang lebih mengerikan dibanding berusia 30 tahun dan nggak punya pekerjaan?

Ada!

Berusia 30, jobless, jones alias jomlo ngenes, dan terancam jadi perawan tua.

- - - - - - - - -

Eli, seorang yang percaya bahwa di umur 30, dia bakalan sukses dengan pekerjaan yang bagus, karier yang menanjak dan pasangan yang bisa selalu ada untuknya. Tapi sayangnya, pekerjaannya saat ini malah nggak bikin dia happy-happy amat. Pekerjaannya cukup nyenengin sih, bisa ketemu sama artis siapa aja, tapi ya gitu. Harus legowo sama tingkah artisnya juga dan nggak boleh ngomel. Kepo sama kerjaannya? Dia bekerja di sebuah Event Organizer tempat artis-artis yang biasanya langganan menggunakan jasa mereka untuk mengadakan sebuah acara.
"Believe me, marriage is overrated. Orang-orang memuja perkawinan setinggi langit, padahal gh, faktanya, ugh, tengiknya hanya beda-beda tipis dengan tai kucing." P 54
Sebenarnya Eli nggak masalah dengan hal itu. Baginya, selama dia bisa membeli beberapa sepatu branded kesayangannya, itu sudah bikin dia bahagia. Tapi sayangnya, adiknya akan menikah beberapa bulan lagi. Dan menurut beberapa mitos, kalau udah kelangkahan sama adiknya, dia bakalan susah untuk mencari jodoh. Duh. Nggak kelangkahan aja dia udah susah cari jodoh, apalagi ini kalo kelangkahan.

Akhirnya, teman-temen sinting Eli, menyarankan, kalau Eli harus bisa cari minimal pacar yang bisa diajak serius dalam waktu 90 hari! Gimana bisa? Wong Eli kalo kerja aja udah nggak kenal waktu. Mana bisa nyisihin waktu buat pacaran? Buat tidur bisa tidur layak tujuh atau delapan jam aja udah bagus. Lagian dia juga harus cari di mana cowok yang bisa diajak serius? Emangnya cari cowok sama kayak cari gorengan?


R E V I E W

Ada yang inget 30 Hari Mencari Cinta? Nah! Ini mirip banget kayak begitu. Cuma, ini Eli sendirian mikirin strugglenya, yang nggak cuma ngurusin pekara cari jodoh aja, tapi juga pekerjaan yang kadang nggak masuk akal. Ya meskipun gajinya cukup untuk Eli bersenang-senang, tapi ya gitu deh.

Selain menceritakan tentang Eli, di sini juga ada dua sahabat yang selalu ada pas Eli lagi butuh. Sandra dan Rosa. Sahabat yang sebenernya bertolak belakang banget. Karena Sandra yang gaya hidupnya udah kayak orang luar negeri yang ngelakuin seks bebas, pokoknya nggak ada gaya ketimurannya lah. Sudah menikah juga, tapi sering ditinggal sama suaminya, karena suaminya kerja di tengah laut sana. Sedangkan Rosa, dia cewek baik-baik gitu, beda banget sama Sandra. Buat aku, saat ketiganya kumpul, di sanalah kelucuan mereka bakalan keliatan.

Aku suka sama novel ini. Apa ya? Ngebawa apa yang dipikirin cewek-cewek di umur 30 yang kayak kita semua tau sendiri, punya banyak tuntutan. Apalagi kalau dilihat lagi, Eli yang dulu tinggal di Jogja, dan juga keluarga besarnya yang masih menganut berbagai macam mitos yang sering kita dengar. Mulai dari kalau menikah jangan sampai dilangkahin adik, karena kalu dilangkahin, bisa berat jodoh. Menikah juga jangan sampai melampaui umur 30 karena kalau nggak, nanti berat jodoh. Padahal sebenernya ya enggak. Karena untuk apa cepet-cepet juga? Kalau sudah menikah dan nggak cocok, nggak semudah kayak waktu pacaran yang bisa putus dan cari lagi kan?


Quotable:
"Aduh, omongan orang, kalau diturutin nggak bakal selesai. Kita sibuk membuat orang-orang bahkan orang yang kita benci, terkesan." P. 65

"Jangan takut. Kalau ada sesuatu yang kusadari dari kegagalanku adalah cinta itu seperti pasir. Bila kaugenggam terlalu erat, dia akan menelisip jatuh lewat jemarimu. Dia akan meninggalkanmu bila kamu terlalu terobsesi. Jodoh seperti kupu-kupu yang harus kamu dekati dengan santai dan lembut." P. 192

"Itulah cinta. Nggak bisa dihitung pakai logika. Logika gue apa coba? Jatuh cinta pada buaya brengsek. Udah beristri pula. " P. 210

"Nak Eli, dengar ini, waktu akan cepat sekali berlalu. Jangan buang tiap detiknya. Jangan melakukan hal-hal konyol yang akan kamu sesali. Tetapi yang lebih penting, segera lakukan hal-hal yang mungkin akan kausesali bila tidak kaulakukan." P. 227

"El, ada hal-hal yang perlu kita lepas agar langkah kita lebih ringan." P. 313