Friday, July 28, 2023

[REVIEW] Rewrite

Rewrite

Akhtarara

46 Parts on Cabaca — Ending

"Itulah masalahnya. Lo terlalu membenci Rega sampai lupa untuk bahagia. Kalau lo mau Kimi bahagia, yang terutama adalah membuat diri lo bahagia dulu."


B L U R B

Keretakan rumah tangga Nana dan Rega yang tak dapat lagi diperbaiki, membuat keduanya memutuskan untuk bercerai. Entah Nana yang terlalu bodoh membiarkan lelaki itu berselingkuh di belakangnya atau karena Rega memang tak lagi menaruh harap apapun pada keluarga kecilnya.

Demi Kimi, anak semata wayang Nana dan Rega, wanita itu memutuskan untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. Tak disangka, pemilik rumah tempat ia bekerja adalah mantan pacar Nana saat kuliah — Juna. Hal-hal yang seharusnya dilupakan, tetap pada tempatnya di masa lalu, kini hadir dalam kehidupan keduanya.

Akankah Nana dapat menjalani kehidupannya dengan tenang bersama Kimi? Ataukah kehadiran Juna di masa kini adalah satu bantuan untuk Nana dan Kimi dalam menjalani hari-harinya yang alpha?

- - - - - - - - -

Punya keluarga lengkap merupakan impian Nana. Kehangatan keluarga, lengkap dengan ayah dan ibu, menjadi impian Nana. Apalagi besar tanpa kasih sayang orang tua, jelas membuat Nana menginginkan Kimi, anaknya mendapatkan hal itu.
"Kimi mau minta sama Peri Bulan, supaya Mama bisa bahagia seperti dulu."
Pernikahannya dengan Rega, tidak bisa berlangsung lama. Rega berselingkuh di belakangnya. Perceraian pun tak terelakkan lagi. Bukannya Nana tak berusaha, dia juga sudah meminta Rega untuk memikirkan kembali hubungan mereka dengan pertimbangan Kimi. Sayangnya, Rega juga tidak bisa melepaskan selingkuhannya.

Perceraian itu membuat Nana akhirnya mencari pekerjaan. Hal itu tidak mudah bagi Nana, karena dia juga harus bersaing dengan fresh graduate dan juga orang yang sudah berpengalaman. Sampai akhirnya, Nana di titik yang lelah sekali. Hingga memutuskan untuk menerima saja pekerjaan yang ditawarkan oleh sahabatnya. Menjadi ART di rumah bosnya. Agak menyedihkan ya, lulusan S1, tapi berakhir jadi ART. Yang ada di pikiran Nana hanya bertahan agar Kimi nggak diambil alih oleh Rega dan calon istrinya. Mungkin ini berat, tapi Nana harus berusaha!


Novel yang kukira tidak terlalu rumit, tapi ternyataaa.. Sungguh terlalu! Menurutku, ini sungguh komplit ya, mulai dari perselingkuhan, persahabatan, permantanan, keluarga, sampai kehidupan seorang ibu itu sendiri.

Kita bedah tokohnya mulai dari Rega dulu ya. Dia ini tipikal suami-suami kebanyakan. Punya istri dibilang nggak boleh kerja, tapi kerjaannya nggak di rumah terus. Kesel banget. Mana mamanya Rega ini mulutnya beneran ngeselin. Pedes banget, kayak gado-gado karet ijo. Sementara Nana, ini tipe cewek yang manut sama suaminya. Nggak boleh ini iya, nggak boleh itu, iya. Dia juga gampang ragu, tapi hal ini bisa kumaklumi setelah mengetahui latar belakang Nana. Tidak punya keluarga dan sandaran, ya tentu aja membuat dia jadi ragu. Karena dia selama ini hidup sendiri, mikir sendiri, ambil keputusan juga sendiri.
 
Aku kesel sekali sebenernya sama Rega, dia selingkuh, tapi dia juga nggak bisa meninggalkan Nana. Ada aja alesannya. Aku nggak suka. Ketika Nana sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menahan Rega, dia nggak mau, giliran Nana sudah bener-bener lepas, dia malah kepikiran. Haduh Rega, nggak semua yang ada di dunia ini bisa kamu dapatkan.
 
Sebenernya, aku tuh nggak setuju kalau istri tidak bekerja. Bukan meremehkan suami sih, tapi lebih ke biar istri ini punya uang sendiri. Jadi semisal ada hal buruk terjadi (amit-amit juga), istri ini nggak terlalu tertinggal. Apalagi jaman sekarang, cari kerja atau mulai usaha tuh nggak gampang. Dunia kerja ini menurutku kejam. Kebanyakan, perempuan yang sudah punya anak biasanya sedikit susah diterima kerja. Ya alasannya sih karena sudah punya anak, dan seringnya juga, kalau ada anak sakit, yang libur ibunya. 

Pelajaran yang bisa diambil dari novel ini, berpikirlah matang-matang, sampe benyek kalo perlu, saat mengambil keputusan. Menikah, bercerai, punya pasangan lagi, apapun itu. Apalagi yang sudah menikah, sekarang sering banget lah kita dengar dan lihat betapa banyaknya orang yang selingkuh, kadang bukan perkara uang atau rupa, tapi bosen. Kalau memang bosen, ya dievaluasi hubungannya, bukan selingkuh. Nggak menyelesaikan masalah. Cepat atau lambat pasti menimbulkan masalah baru.
 
Intinya, dalam berhubungan baik pacaran atau menikah, kalau memang sudah bosen atau lelah, bilang dan evaluasi. Apa masih layak atau enggak. Kalau masih layak, ya diperbaiki dan dievaluasi terus. Tapi kalau sudah menikah bukannya nggak bisa dipisahkan sama manusia? Masa iya kawin cerai terus kayak Vicky Prasetyo?

Sunday, July 23, 2023

[REVIEW] Pengantin Remaja

Pengantin Remaja

Ken Terate

Gramedia Pustaka Utama

384 Halaman

"Kesalahan. Siapa yang tidak pernah melakukannya? Yang membedakan hanyalah apakah kita belajar dari kesalahan itu atau tidak.


B L U R B

Pipit yang kepincut cinta akhirnya mengangguk tersipu ketika seorang pria tampan memintanya untuk menikahinya. Pipit hanya siswa sekolah menengah, tetapi dengan senang hati ia berhenti sekolah untuk menjalani kehidupan yang indah bersama pria yang dicintainya.

"Cinta adalah soal hati, bukan usia." Bukankah ada lagu yang bilang begitu? Pipit yakin Pongky akan menjaga, melindungi, dan memenuhi semua kebutuhannya. Kalaupun tidak, cinta pasti akan menguatkan mereka dalam kondisi apapun. Benarkah begitu?

Pipit mulai bertanya-tanya setelah bulan madu usai. Kini ia tinggal di rumah ibu mertuanya, yang tidak memiliki air mengalir tetapi terlalu banyak bersumpah, memikirkan detail kompor gas dan hal-hal kecil lainnya. Kini dunianya terbalik sudah. Apakah cinta di masa muda menyebabkan kekacauan ini? Apakah menjadi pengantin remaja berarti mimpi Pipit berakhir di situ?

- - - - - - - - 

Pipit, seorang anak tukang laundry yang lebih memilih untuk menikah saat umurnya tujuh belas tahun. Menurutnya, umur tujuh belas tahun, dia sudah punya kebebasan untuk memilih. Tidak lagi harus sekolah, mendengarkan guru di kelas. Dia bebas. Apalagi sekarang sudah ada Pongky. Laki-laki yang menurutnya cukup keren. Paling keren di antara temen-temennya.
"Nikah atau pisah? Aku cinta banget sama kamu. Aku ingin memilikimu seutuhnya. Kalau nggak bisa, mending nggak usah sekalian."
Pongky sudah melamar Pipit di bawah pohon jambu tempat favorit mereka pacaran. Tentu saja hal ini membuat Pipit semakin ingin segera mensahkan hubungan mereka. Apalagi dia udah cinta mati sama Pongky. Pernikahan akan semakin menguatkan cinta mereka.

Yang Pipit tidak tau, akan banyak masalah ke depannya, pernikahan tidak seindah yang dibayangkannya. Saat ibunya menolak habis-habisan tentang pernikahan, ayahnya malah mendukung pernikahan Pipit-Pongky 1000%! Jadi, apakah kehidupannya akan sesuai bayangannya selama ini?


Ken Terate, salah satu penulis andalanku sejak waktu aku SMP. Mulai dari Dark Love sampai Jurnal Jo, semuanya menarik banget. Jadi, karyanya sudah nggaka perlu diragukan lagi. Apalagi selalu nulis tentang kehidupan remaja gitu.

Pengantin Remaja ini, sempat rame diomongin sama bookstagram, dan katanya bikin kesel selama baca. Wah, aku kan jadi penasaran juga ya. Pas ada kesempatan, kubacalah novel ini. Hasilnya? Tentu aja kesel setengah mati!

Aku nggak tau apa yang sebenernya ada di kepala Pipit, menganggap bahwa setelah tujuh belas tuh udah bebas. Iya sih, setelah tujuh belas kan kita udah bisa dapat SIM dan KTP. Tapi apa ya sebebas itu? Kan enggak juga. Aku aja selepas kuliah baru jam malemnya nggak begitu ketat. Sebelumnya mah, jangan harap, jam sepuluh belum sampai rumah, bisa dicariin terus sama mama papa.

Meskipun menjengkelkan, aku tuh udah biasa aja. Mungkin emang hormonnya anak mau tujuh belas tuh lagi meletup-letup ya. Tapi waktu dia mutusin putus sekolah, aku agak menyayangkan sih. Omongan gurunya bener lho, saat ini, lulusan SMA itu udah nggak begitu ada harganya, yang S1 aja masih belum dapat kerja, apalagi ini yang lulusan SMA? Nggak merendahkan ya, tapi emang kenyataannya demikian. Nggak cuma itu aja, ayahnya sendiri malah mendukung hal itu. Sempat bawa-bawa agama juga! Ya ampun kesel bangettt.

Waktu Pipit ada masalah sama Pongky dan keluarganya, aku tuh pengen banget ngata-ngatain dia. Nikah nggak seenak itu kan? Nikah itu menurutku perlu banyak persiapan, mau langsung punya anak apa enggak, tetep perlu persiapan. Mental sama finansial. Nikah kalo belum ada rumah sendiri kan mau nggak mau tinggal sama orang tua, iya kalo orang tuanya sendiri, kalo mertua? Kalo nggak cocok gimana? Finansial juga, ini menurutku cukup krusial sih. Perkara uang itu nggak pernah mudah. Selalu jadi dilema dan bikin huru-hara.

Selama baca jujur aja aku tuh keseeelll banget. Di rumahnya Pipit nih, yang waras cuma ibunya sama Atin sepupunya. Di rumah Pongky malah lebih parah. Nggak ada yang waras. Gendeng semua. Keluarganya Pongky ini sebenernya toxic banget lho. Ibu mertua yang seenaknya sendiri, adik-adiknya Pongky juga sama. Pongkynya sendiri? Hadeh, cowok macem dia ini mending dibuang aja. Nggak ada gunanya.

Aku suka dengan tema yang diangkat, pernikahan dini. Kalau aku nggak salah, sejak covid itu, banyak sekali anak sekolah yang bahkan belum tujuh belas tahun, sudah menikah. Apalagi yang tinggal di daerah pedesaan gitu. Jadi ini bacaan yang bagus. Lebih membuka mata, bahwa kehidupan pernikahan itu nggak seindah yang pernah kita bayangkan, akan ada banyak masalah, banyak perdebatan, belum lagi menerima dan menghargai pasangan kita.


From the book...
"Pit, nikah bisa ditunda. Tapi ijazah sulit didapat kalau kamu telanjur berhenti sekolah. Padahal itu sangat penting. Jadi pelayan toko aja sekarang kudu setor ijazah SMA. Sarjana juga banyak yang nganggur. Mau jadi apa kalau nggak punya ijazah?"

"Tau nggak, itu tuh kayak cimeng. Sekali ngerasain, kamu pengin lagi,  kalau bisa sehari dua kali. Lah, gimana kalau cowokmu pengin terus? Gimana kalau tekdung? Emang dia mau tanggung jawab, gitu? Cowok kan maunya enak aja, mana mau susah-susah nafkahin anak orang?"

"Nikah atau pisah? Aku cinta banget sama kamu. Aku ingin memilikimu seutuhnya. Kalau nggak bisa, mending nggak usah sekalian."

"Belajar, Pit. Kamu sudah menikah. Nggak bisa kayak dulu lagi. Perlu lebih banyak sabar. Lebih rajin. Lebih kuat. Lebih tahan banting. Hidupmu bukan untukmu lagi. Saat menikah, kamu nggak hanya menikahi satu orang. Tapi menikahi seluruh keluarganya. Keluarga besar malah."

"Dengar, jangan pernah menggantungkan kebahagiaanmu pada orang lain. Andalkan dirimu sendiri. Kalau lo pengin punya duit banyak, cari sendiri. Jangan nunggu duit dari orang. Kalau elo pengin ke Dufan, berangkat sendiri. Jangan nunggu ada yang ngajak. Kalau lo pengin merdeka, jangan nunggu dikasih sama orang. Merdekakan dirimu sendiri."

"Kesalahan. Siapa yang tidak pernah melakukannya? Yang membedakan hanyalah apakah kita belajar dari kesalahan itu atau tidak. Aku mungkin gagal sebagai pengantin remaja (kebanyakan gagal, kini aku tahu), tetapi aku memilih untuk belajar dan akhirnya, hari ini, tanpa menunggu orang lain untuk memberi, aku bisa menciptakan kebahagiaanku sendiri."

Monday, July 17, 2023

[REVIEW] A Copy of My Mind

A Copy of Mind

Dewi Kharisma Michellia

Grasindo

199 Halaman

"Kata orang, pemenang adalah yang tertawa terakhir."


B L U R B

Sari, pegawai salon kecantikan, adalah seorang pencandu film. Ia bertemu Alek—si penerjemah DVD bajakan—saat Sari mengeluh tentang buruknya kualitas teks terjemahan di pelapak DVD.

Tak butuh waktu lama hingga keduanya saling jatuh cinta. Sari dan Alek melebur di antara riuh dan bisingnya Ibu Kota. Cinta membuat keduanya merasa begitu hidup di tengah impitan dan kerasnya Jakarta.

Namun, hidup keduanya berubah ketika Sari ditugaskan untuk memberi perawatan wajah seorang narapidana. Ia diutus pergi ke rutan tempat Bu Mirna—terdakwa kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara—ditahan. Di sana Sari melihat penjara yang fasilitasnya bahkan lebih baik dari kamar indekosnya.

Sari dan Alek terlambat menyadari bahwa bahaya sedang mengancam nyawa keduanya, saat Sari secara sengaja mengambil satu keping DVD milik Bu Mirna.

- - - - - - - - - 

Bagi Sari, kehidupannya ini terasa monoton. Bangun pagi, membaur dengan hiruk pikuk para pekerja di jalanan dan juga metromini, dan kemudian menghabiskan harinya di sebuah salon kecantikan yang tidak terlalu terkenal. Hiburannya hanya DVD bajakan. Menonton baginya adalah rutinitas sepulang kerja. Ada film baru, ya dia menonton film baru, kalau nggak ada ya cukup dengan memutar film lamanya yang bahkan dia sudah hafal dengan dialognya.
"Kita diminta mengumpulkan banyak-banyak pengalaman hidup, untuk jadi prasyarat bertemu dengan orang-orang yang paling penting di hidup kita." P. 115
Pertemuan pertamanya dengan Alek tidak disengaja. Awalnya, Sari mau komplain terkait DVD bajakan yang teksnya nggak sesuai, tapi ternyata malah membuat Alek mengajak Sari pergi ke indekosnya. Di mana Sari bebas memilih mau menonton apa pun yang dia mau.

Bagi Sari, hal ini sangat menyenangkan. Kapan lagi dia bisa menemui tempat di mana hiburannya berasal. Tapi sayangnya, karena Sari dan rasa keingintahuannya yang besar, dia memilih untuk mengambil kaset DVD yang ada di ruangan Bu Mirna, salah satu pelanggannya yang berada di rutan.

Kini hidupnya dan Alek dalam ancaman karena DVD dari rutan Bu Mirna.


Nonton memang punya daya tarik tersendiri. Karena nonton itu menurutku sesuatu hal yang santai banget. Kita nggak perlu mikir gimana sih visual orangnya, tempatnya, suasananya, cuma perlu menikmati alurnya, sinematiknya. Jadi, nggak salah, kalau Sari sangat menyukai nonton sebagai hiburannya.

Mengambil latar Jakarta kisaran tahun 2000an awal kali ya, karena DVD bajakan amat sangat ramai di masa itu. Aku suka dengan cara penulisnya menggambarkan suasananya. Gimana kondisi Sari, kondisi Alek dan kehidupannya, latar belakangnya juga.

Kehidupan yang digambarkan beneran menarik. Bagaimana Sari berjuang untuk hidup dan menikmati hidupnya. Sayangnya, karakter Sari ini menurutku terlalu terburu-buru. Entah kenapa, cara mikirnya dia pendek banget. Apalagi pas ngambil DVD di ruangan Bu Mirna. Rasa ingin taunya tinggi, tapi dia kurang memperhitungkan resikonya. Jujur kesel banget sama Sari ini. Karena dia, dia sendiri dan Alek, hampir celaka.

Karakter Alek di sini cukup bebas ya. Hidupnya nggak begitu jelas, tapi dia memiliki pekerjaan yang cukup menyenangkan, punya tempat tinggal yang cukup juga. Karena Alek, aku jadi berpikir ulang, kalau Alek yang bahasa inggrisnya kurang bagus, gimana dia dulu memulai pekerjaannya sebagai penerjemah? Bukannya minimal harus bisa bahasa inggris?

Membaca kisah Sari-Alek menurutku magis sih. Aku beneran dibawa mengikuti kehidupan mereka berdua, yang cukup jauh dari masa sekarang. Yang bikin aku gemes malah endingnya, nggak begitu dijelaskan akhirnya gimana, tapi aku yakin sih kalau Alek habis karena Sari. Emang bener-bener si Sari, nyusahin banyak orang.

Monday, July 3, 2023

[REVIEW] Ready for Tiffany

Ready for Tiffany

Revelrebel

55 Parts on Cabaca — Ending

"Memaafkan dan menerimamu kembali itu dua hal yang beda. Aku memaafkanmu akrena sudah enggak mau berurusan lagi denganmu, karena itu aku enggak bisa kembali kepadamu."


B L U R B

Kisah cinta tiga sahabat di penghujung umur dua puluhan, siapa yang pertama kali mendapatkan sebongkah Tiffany di jari manis?

Amanda, terlalu berambisi dengan karier dan tidak ada yang lebih memahami dirinya selain Lucas. Pacaran 5 tahun dan menjalani LDR, membuat Amanda bertanya-tanya akan masa depan hubungan ini.

Brit, terlalu sering gonta-ganti pasangan dengan alasan belum menemukan yang cocok. Sosok Ben yang menawan membuat Brit mempertanyakan apa arti cinta yang sebenarnya.

Cantika, editor buku yang selalu menghindar dari spotlight. Meski sudah putus dari pacarnya yang suka main tangan, Tika yang rendah diri merasa tidak pantas untuk kembali bertarung di medan cinta.

Bersama segelas margarita, ketiga sahabat ini bertaruh untuk mendapatkan cincin di jari mereka begitu tahun berganti. Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang?

- - - - - - - -

Berawal dari Brit yang mencetuskan keinginannya untuk mendapatkan cincin pernikahan Tiffany yang cukup aneh kalau dibeli oleh dirinya sendiri, dia mengajak kedua sahabatnya, Amanda dan Tika untuk ikut dalam tantangan ini. Perlombaan ini dimulai dari hari ini, dan akan berakhir pada akhir tahun.
"Yang paling kutakutkan? Aku takut jarak membuatmu merasa ini semua sia-sia. Aku takut jarak membuat kehadiranku perlahan-lahan mulai pupus dalam hidupmu. I'm scared you forget about me."
Meskipun Brit yang mencetuskan ide ini, bukan berarti dia adalah pemenangnya. Saat ini, dia sedang dalam masa percobaannya bersama cowok yang lebih muda darinya. Itu jelas tidak masuk dalam listnya untuk menjadi suami. Hal ini tentu dipengaruhi dengan bagaimana cara keluarganya membesarkannya selama ini.

Sementara Amanda, untuk saat ini kemungkinan besar, dialah pemenangnya. Tidak sulit harusnya membuat Lucas melamarnya di akhir tahun. Tapi apa mungkin? Mengingat mereka juga LDR.

Tika sendiri sangat ragu. Awalnya dia menolak keras hal ini. Dia tidak tertarik untuk membuka hati karena terakhir kali punya hubungan, semuanya berantakan dan membuatnya trauma.

Perjalanan mereka dalam memperjuangkan sebagai pemenang pasti menarik.


Penghujung umur dua puluhan ini memang agak tricky ya. Kalo udah punya pasangan dan berjalan lama, pengen cepet dihalalin, tapi kalo belum punya pasangan, mau cari yang sesuai dengan kriteria, juga sulit.Tantangan ini berawal dari cincin pernikahan yang memang agak lucu kalo kita beli sendiri, dipake sendiri. Lah satunya buat siapa? 

Aku kira, pemenangnya adalah Brit, karena dia udah ada yang ngedeketin nggak lama dari tantangan itu dimulai, hidupnya less drama. Jadi, itu seharusnya hal yang mudah buat dia dong? Sayangnya, bagi Brit, nggak semudah itu. Cara keluarganya merawat dan membesarkan dia, cukup membuat dia jadi selektif untuk memilih pasangan hidupnya. Meskipun Ben cukup charming dan oke, tapi dia masih belum yakin. Apalagi ini kan pasangan untuk seumur hidup.

Di sisi Amanda, harusnya dia keluar jadi pemenang. Sayangnya, egonya Lucas sama Amanda ini sama-sama besar. Amanda nggak mau kalau keluar dari Jakarta, sementara Lucas juga nggak mau keluar dari perusahaannya saat ini, dan lebih ngebelain untuk kerja, kerja, kerja. Jujur aku kesel banget sih sama Lucas-Amanda ini. Karena dalam suatu hubungan kan yang paling penting komunikasi. Gimana mau komunikasi kalo keduanya aja udah capek kerja, giliran ada waktu yang satu masih kerja, dan sebaliknya. Gitu aja sampe lebaran monyet.

Kehidupan percintaan Cantika ini juga nggak kalah tragis. Orang tuanya udah sayang banget sama mantannya, padahal mantannya red flag banget! Nggak hanya itu, dia lagi repot-repotnya juga. Harus ngurusin penulis yang bahkan nggak jelas banget maunya apa. Kalo dihubungin susah banget. Makin ribet deh. Sama Tika ini aku antara kesel dan kasian. Keselnya ya karena dia ini terlalu mikir buruk tentang dirinya. Ya, ini nggak lepas dari didikan orang tuanya sih. Kasiannya, dia sebenernya bisa kok keluar dari zona nyamannya dia, belajar hal baru, tapi dia terlalu takut untuk keluar dari sana.

Baca kisah Amanda-Brit-Cantika ini seru banget. Apalagi latar belakang mereka beda-beda. Ada yang emang udah kaya dari sananya, ada yang berambisi banget, ada yang punya mimpi tapi nggak tercapai-capai. Kisah mereka buatku menginspirasi banget. Keluar dari hubungan toxic meskipun sulit, dan jangan mau terus ditakut-takutin sama pikiran sendiri!

Paham banget sih, kadang kan kita tuh pasti mikir, hal ini sebaiknya gimana, kalo plan a gagal atau nggak cocok, plan b-nya gimana. Semua harus dipikirin, cuma seringkali kebanyakan mikir itu malah bikin kita nggak jalan. Kebanyakan mikir malah jatuhnya cuma overthinking, dan nggak jadi dilakuin. Buat apa? Mending langsung dijalanin aja, gimana hasilnya dipikirin nanti. Seenggaknya, kita udah siapin beberapa plan buat cadangan.