Sunday, February 23, 2025

[REVIEW] Viral



Viral
Laili Muttamimah
Gramedia Pustaka Utama
392 Halaman

"Sampai akhirnya saya tersadar bahwa secinta apa pun saya terhadap sesuatu, saya pasti akan menemukan sisi gelap dari hal itu, yang belum tentu bisa saya terima. Persepsi saya tentang kehidupan di media sosial berubah, karena masalah antara saya dan Keenan. Di sini saya mau meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.”


B L U R B

Ariel Latisha hanyalah anak SMA yang menganggap dirinya tidak cantik. Namun, kehidupannya berubah drastis saat dia diminta menjadi model foto Gyn the Label, merek baju milik ibu sahabatnya, Wendy. Siapa sangka, orang-orang justru menyukai sosok Ariel sebagai model dan dia mendadak terkenal di Instagram.

Ariel awalnya kikuk menjadi pusat perhatian, tapi dia memberanikan diri mengunggah banyak konten sesuai permintaan netizen. Berbagai kesempatan pun terbuka lebar: pengikutnya menembus angka ratusan ribu, diajak bergabung dalam influencer management agency, mendapatkan banyak tawaran endorsement, hingga menarik perhatian aktor ternama!

Segala kemewahan itu membuat Ariel terlena, sampai suatu hari video syurnya tersebar dan viral.

- - - - - - - -

Terbiasa hidup biasa yang cenderung menutup diri membuat Ariel jadi anak yang minderan. Apalagi kulitnya nggak sesuai dengan standar kecantikan masyarakat. Kulitnya sawo matang, dan lagi dia juga nggak pintar pakai make up. Yang bisa diandalkan hanyalah kerajinan dan otak encernya, inilah yang membuat dia lumayan dekat dengan Wendy, sahabatnya, selain karena orangtuanya juga pernah bekerja di rumah Wendy.
"Riel, Riel. Jangan kemakan iklan yang bilang cantik itu harus putih dan mancung! Kenapa banyak model wajah blasteran dipakai buat iklan skincare pencerah wajah? Karena itu tujuan produknya, Riel." — P. 30
Menjadi model pengganti Gyn The Label tentu tidak masuk dalam impiannya, karena impiannya melanjutkan pendidikan di salah satu PTN terkenal. Karena menjadi model pengganti inilah, dia mulai menginjakkan kaki menjadi seorang content creator, bertemu dengan banyak orang, masuk ke dalam agency, tapi gimana kalau Ariel kesandung skandal? Bisakah Ariel bertahan?


Menjadi content creator di Indonesia itu gampang nggak sih? Menurutku, gampang banget, soalnya orang Indonesia itu suka dihibur dan gampang banget ngeviralin sesuatu di sini. Unik dikit, viral. Nanti bermasalah dikit, viral. Beda banget sama negara tetangga yang kalo punya masalah tuh dicancel beneran.

Sama seperti Ariel, di saat dia kepepet dan butuh uang dalam jumlah besar, dia dapat tawaran untuk jadi model pengganti, meskipun awalnya uang yang didapatkan nggak langsung banyak, tapi lumayan kan? Apalagi dia juga pengen banget kuliah dan punya tabungan. Sebenernya ini nggak salah, namanya juga cari sampingan. Sayangnya, Ariel ini keblinger. Padahal pacar sama sahabatnya udah ngingetin dia untuk tetep fokus sama sekolahnya, biar ga kepecah. 

Kasus Ariel ini mirip sama aku dulu pas jaman kuliah. Karena aku udah lelah sama revisian habis sidang, dan pas itu juga aku ditawarin untuk lanjut kerja di tempatku magang, aku berujung hampir nggak lulus. Kerja itu bener-bener menyenangkan soalnya, dapet duit, habis pulang yaudah aja gitu. Nggak perlu mikirin besok revisi harus gimana, modul yang perlu dipake apa, tugas buat matkul harus gimana. Tapi menurutku, pelajaran tetep nomer 1 ya guys. Meskipun kita cuma ngejar gelarnya aja, tetep selesaikan sampai selesai.

Membaca Viral, kembali mengingatkanku sama artis-artis atau selebgram atau selebtok yang gampang banget viral, padahal nggak ada karya yang signifikan gitu. Memang terkenal karena bisa menghibur dengan tingkah lucunya aja, atau malah karena satu masalah. Indonesia ini emang jago banget lah kalo suruh ngeviralin orang.

Viral banyak banget pelajarannya, mulai dari kepercayaan diri, mengejar impian, sampai dunia entertain yang silau dan ternyata nggak semenyenangkan itu. Jadi pengingat sekali lagi, kalau sampai terjun ke dunia entertain, jangan sampai terlena dan terekam. Terlena aja nggak papa, kalau udah sampai di rekam-rekam, bahaya banget sih. Jejak digital itu bakalan ada selamanya.


From the book...
"Kulit memang nggak harus putih, Riel, tapi kesehatannya harus dijaga." — P. 15

"Riel, Riel. Jangan kemakan iklan yang bilang cantik itu harus putih dan mancung! Kenapa banyak model wajah blasteran dipakai buat iklan skincare pencerah wajah? Karena itu tujuan produknya, Riel. Model dipilih dari pesan yang mau disampein ke audiens. Di Indonesia, iklan pencerah wajah banyak banget, makanya model yang dipakai kebanyakan kulitnya terang. Biar seolah-olah kita bisa kayak mereka." — P. 30

"Kamu akan selalu nggak bisa sampai akhirnya berani mencoba. Sekarang simpan sebentar rasa takutmu, terus tanya sama hati kecilmu, sebenarnya kamu mau, nggak?" — P. 42

"Intinya, jadi diri sendiri aja, Riel. Jangan sampai kamu repot-repot ngelakuin hal yang ternyata nggak 'kamu banget', cuma biar dapat likes dari orang." — P. 85

"Prinsip gue, ikutin aja kata hari. Kalau lo yakin itu baik buat lo, lakuin. Kadang-kadang, yang bikin kita takut terjun ke dunia yang lebih besar itu bukan karena kita nggak mampu tapi karena kita belum familier sama situasinya." — P. 120

“Mendadak, aku menyadari, ketenaran tidak menjamin seseorang akan tetap dibela. Orang-orang yang awalnya mendukung kita habis-habisan bisa berbalik menjadi sosok yang menjatuhkan kita.” — P. 198

You know, Tante? I’m done. Aku udah capek hidup kayak gini, penuh kepura-puraan. Aku nggak bebas ngelakuin apa aja yang aku mau. Semua pilihan-pilihan hidupku harus ngikutin apa kata netizen, apa kata Tante. Ini hidupku, Tante! Aku berhak jalanin sesuai pilihanku sendiri!” — P. 211

“Sampai akhirnya saya tersadar bahwa secinta apa pun saya terhadap sesuatu, saya pasti akan menemukan sisi gelap dari hal itu, yang belum tentu bisa saya terima. Persepsi saya tentang kehidupan di media sosial berubah, karena masalah antara saya dan Keenan. Di sini saya mau meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.” — P. 288

“Semuanya udah terjadi, Riel, kamu nggak bisa balik lagi buat ubah semuanya. Tapi selalu ada kesempatan untuk mempebaiki, itu yang kita lagi coba sekarang. Kamu masih punya masa depan buat perjuangin, jadi jangan sia-siain peluang yang kamu punya.” — P. 295

Tuesday, February 18, 2025

[REVIEW] (Bukan) Pengantin Baru



(Bukan) Pengantin Baru
Yessie L. Rismar
Elex Media Komputindo
192 Halaman

"Nggak apa-apa. Kalau capek, kamu nggak harus terus berjalan apalagi berlari. Kamu bisa berhenti untuk istirahat. Nanti setelah tenaga kamu kembali terkumpul, kamu bisa kembali melangkah."


B L U R B

Di awal pernikahan Kiara dan Yaris tidak pernah terusik dengan pertanyaan kapan punya anak. Namun, ibarat suara nyamuk, lama kelamaan pertanyaan itu mengganggu juga. Terlebih ketika mertua Kiara yang biasanya adem ayem mulai merengek ingin cucu dan membandingkan mereka dengan orang lain. Masalahnya, bagaimana bisa punya anak kalau berhubungan intim saja Kiara dan Yaris masih tidak bisa?

- - - - - - - - - -

Menikah dan punya anak memang hal yang berkaitan erat, meskipun ada beberapa orang memilih untuk menikah saja, tanpa memiliki anak. Tapi ada juga beberapa orang yang sudah berusaha untuk mendapatkan anak, masih belum menemukan titik terangnya. Termasuk Yaris dan Kiara, mereka juga berusaha dengan berbagai cara. Masalahnya, gimana bisa punya anak, kalau berhubungan badan saja susah?
"Nggak, Ra. Pilihan kamu hanya satu: bahagiakan aku. Dan caranya juga hanya satu: tetap bersama aku. Aku nggak peduli kita bakalan punya anak atau nggak nantinya. Asal tetap sama kamu, apa pun keadaan kamu, itu udah cukup buat aku." — P. 105
Sebenarnya, Yaris dan Kiara nggak pernah ada masalah dengan hal ini, bagi mereka punya anak adalah rejeki, mungkin sekarang belum rejeki. Apalagi Kiara sendiri masih berusaha memahami apa yang terjadi pada dirinya. Berhubungan intim masa iya nggak bisa? Masa iya kalah sama anak kecil?


Tuntutan untuk punya anak setelah menikah ini.. cukup banyak yang mengalami. Mau itu pasangan yang udah lama menikah, ataupun yang baru. Nanti kalau udah punya anak, akan muncul tuntutan lainnya, mulai dari milestone bayi, sampai kapan nambah anak. Rantai setan ini, nggak ada habisnya. Bener-bener bikin pusing. Padahal kita belum tentu tau, masalah dalam rumah tangga orang gimana, apa keuangan mereka stabil, mentalnya sudah oke untuk punya anakkah? Dan masih banyak pertimbangan lainnya.

Kasus Yaris dan Kiara ini menurutku cukup langka, karena tidak semua perempuan pasti mengalaminya, tapi masalah yang dialami Kiara juga tidak banyak diketahui banyak orang. Vaginismus, kesulitan untuk melakukan hubungan badan. Pasti banyak orang mempertanyakan hal ini. Masa iya berhubungan badan aja susah? Bukannya cuma tinggal masuk aja? Tapi nyatanya enggak kan?

Masalah vaginismus ini aku baru tau beberapa tahun belakangan. Aku tahunya pun berkat follow salah satu akun yang memang concern membahas kehidupan seksualitas, dan ngtag orang yang berhubungan dengan vaginismus ini. Sejak inilah aku tau, bahwa nggak semua perempuan dengan mudah berhubungan badan. Banyak juga perlakuan yang tidak menyenangkan terhadap vaginismus. Mungkin sebagian besar dari mereka juga nggak tau.

Nggak cuma menyebutkan vaginismus, tapi juga banyak dijelaskan tentang kendala dan bagaimana penanganannya. Strugglenya Yaris-Kiara ini ada banget. Apalagi hal itu awam banget, bahkan konsul ke ahlinya aja masih diremehin. Jadi bikin orang males juga kan untuk konsul kalau mereka butuh bantuan.

Yaris di sini jadi suami paling favorit! Bener-bener support dalam kondisi apapun. Apalagi sempat ada permintaan untuk nikah lagi, supaya Yaris bisa punya keturunan, tapi dia dengan tegas bilang enggak! Ya ampun ya ampun, bener-bener ijo neon. Caring, dan mau support Kiara apa pun keadaannya. Prinsipnya itu loh. Perbanyak dong cowok-cowok yang kayak begini ini.

(Bukan) Pengantin Baru ini wajib banget dibaca. Nggak cuma tentang pernikahan aja, tapi juga belajar prinsip dari Yaris. Harus!


From the book…
“Aku sayang kamu gimana pun kondisinya. Kalau aku saja bisa menghargai kamu, kamu juga harus menghargai kamu sendiri.” — P. 11

"Katanya, 'Saya menikah bukan buat punya anak, tapi untuk ibadah. Istri kan tempat ibadah juga, ladang pahala. Lagian, istri bukan mesin untuk membuat anak, kan?'" — P. 25

"Tapi hidup memang begitu, kan? Ujian ketika kita kecil, remaja, dewasa, sesuai porsinya. Ya meskipun ada orang-orang yang menanggung beban lebih berat dibanding orang-orang lain seusianya." — P. 28

"Ra, benar bahwa seks itu penting dalam pernikahan. Tapi, buat aku pernikahan nggak melulu soal seks. Di mata aku pernikahan nggak serendah itu. Buat aku pernikahan adalah tempat kita untuk menjadi orang yang lebih mandiri dan kuat. Pernikahan itu sekolah tanpa akhir. Siap menikah artinya siap belajar selamanya." — P. 31

"Kamu harus tahu kalau kegagalan kita dalam berhubungan ini sama sekali nggak mengurangi rasa sayangku, malah semakin bertambah." — P. 51

"Semua orang udah meneror aku dengan pertanyaan kapan hamil, Bu. Mertua, tetangga, teman-teman, bahkan sahabatku sekarang sudah hamil. Please, Bu. Aku pengin ngerasa aman dan nyaman di keluarga sendiri." — P. 54

"Nggak apa-apa. Kalau capek, kamu nggak harus terus berjalan apalagi berlari. Kamu bisa berhenti untuk istirahat. Nanti setelah tenaga kamu kembali terkumpul, kamu bisa kembali melangkah." — P. 76

"Nggak, Ra. Pilihan kamu hanya satu: bahagiakan aku. Dan caranya juga hanya satu: tetap bersama aku. Aku nggak peduli kita bakalan punya anak atau nggak nantinya. Asal tetap sama kamu, apa pun keadaan kamu, itu udah cukup buat aku." — P. 105

"Aku selalu sayang kamu, Ra. Nggak ada orangtua yang sempurna, begitu juga anak yang sempurna. Nggak ada istri yang sempurna, begitu pula suami. Yang ada hanya ada dua: orang yang berusaha jadi lebih baik dari sebelumnya, sesuai dengan kemampuan dan usahanya, atau orang yang nggak peduli dengan apa pun, nggak mau berubah, dan nggak mau mengubah keadaan." — P. 152

Sunday, February 9, 2025

[REVIEW] Sisi Tergelap Surga


Sisi Tergelap Surga
Brian Khrisna
Gramedia Pustaka Utama
304 Halaman

"Kalau dengan beragama lantas bikin kamu merasa lebih suci dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain, sosok siapa yang kamu teladani selama ini? Siapa yang kamu sembah selama ini? Egomu?"


B L U R B

Jakarta kerap menjadi pelabuhan bagi mereka yang datang membawa sekoper harapan. Mereka yang siap bertaruh dengan nasibnya sendiri-sendiri. Namun, kota ini selalu mampu melumat habis harapan dan menukarnya dengan keputusasaan.

Pemulung, pengamen, pramuria yang menjajakan tubuh agar anaknya bisa makan, pemimpin-pemimpin kecil yang culas, lelaki tua di balik kostum badut ayam, pencuri motor yang ingin membeli obat untuk ibunya, remaja yang melumuri tubuh dengan cat perak, hingga mereka yang bergelut di terminal setelah terpaksa merelakan impiannya habis digerus kejinya ibu kota.

Di Jakarta, semua orang dipaksa bergelut dan bertempur demi bisa hidup dari hari ke hari. Dan di kampung inilah semua itu dimulai. Sebuah cerita tentang kehidupan orang-orang yang hidup di sisi tergelap surga kota bernama Jakarta..

- - - - - - -

Jakarta selalu menjadi tujuan banyak orang. Hidup di Jakarta selalu dianggap sukses, keren dan megah. Jadi banyak sekali para perantau yang berangkat ke Jakarta dengan harapan di Jakarta kehidupan mereka jadi lebih baik, yang mereka tidak tau, Jakarta ternyata nggak sesilau itu. Kehidupan di Jakarta cukup menyesakkan untuk sebagian orang.

Dari sebuah kampung di sudut kota Jakarta, semua cerita ini dimulai. Kampung ini terdiri dari berbagai macam manusia dengan berbagai latar belakang, dan juga pekerjaan. Ada Rini  dan Juleha yang menjadi PSK, Syamsuar yang memilih untuk berdagang nasi goreng, Kuncahyo yang bekerja di mall, Danang yang bekerja kantoran, Bang Tomi si preman terminal, Karyo—manusia silver bersama dengan Pulung dan Jawa yang biasanya menghuni di pos ronda, Nunung dan Sobirin yang berjualan tahu jablay sambil menjaga Ujang, Tikno anak pak RT yang hidupnya nggak tentu.
"Kunci supaya biasa saja menghadapi semua hal aneh di kota ini ya dengan membiasakan diri dengan hal-hal yang nggak biasa. Jadi, jangan hakimi cara bertahan hidup orang-orang ya, Tom."
Setiap tokohnya punya banyak impian yang mereka bawa ketika ke Jakarta, bisakah mimpi itu terwujud? Atau malah jadi angan-angan yang disimpan saja?


Akhirnya membaca Sisi Tergelap Surga juga. Novel ini belakangan sering banget bermunculan di timelineku. Apalagi menurut review banyak orang, menarik.

Pertama kali membaca Sisi Tergelap Surga, kukira bakalan biasa aja. Apalagi menceritakan sisi kelam Jakarta. Siapa sih yang nggak tau kotornya Jakarta? Tapi dari sini kita lebih dibuka lagi matanya. Aku udah cukup kaget, karena bahasanya kasar, dan... wow, banyak sekali ya tokoh yang dipakai di sini. Karena memang beneran sekampung, dengan beragam karakter dan pekerjaan. Tapi hebatnya lagi, kak Brian bisa menjelaskan setiap tokohnya tanpa membuat kita kebingungan ini siapa dan bagaimana masalahnya. 

Seperti layaknya sebuah kampung, setiap rumah punya cerita. Cerita di sini cukup beragam, karena tokohnya juga beragam umurnya. Dari yang masih bayi sampe udah gede bangkotan pun ada. Masalah yang dihadapi juga cukup beragam, tapi tetap berawal dari uang. Bagaimana setiap tokohnya berjuang untuk mencari uang, mulai dari pekerjaan yang halal sampai haram. Perjuangan setiap tokohnya juga nggak gampang.

Setiap tokoh di sini porsinya juga pas. Nggak ada yang terlalu banyak, atau terlalu sedikit. Semuanya dikupas dengan perlahan sampai kita tau apa yang membuat mereka sampai di posisi yang sekarang ini. 

Sisi Tergelap Surga bener-bener membuka mataku lebih lebar lagi. Aku tau, kalau cerita Rini, Juleha, Gofar, dan tokoh lainnya di dunia nyata banyak sekali, tapi ini bener-bener berasa deket banget sama kita. Konflik yang dihadapi juga nggak cuma batin, tapi juga dilema moral. Di satu sisi harus tetap berbuat baik, tapi di sisi lain, harus mencari uang dengan cepat.

Nggak hanya membahas tentang perjuangan setiap tokohnya, tapi aku juga banyak sekali belajar kalau setiap mereka yang sedang berjuang itu juga kebingungan. Kadang, apa yang kita nilai negatif atau bertolakbelakang dengan nilai moral masyarakat, mereka juga paham kok. Mereka sebenernya juga nggak mau melakukan hal itu, tapi gimana lagi? Berbagai cara sudah ditempuh, hasilnya nggak sesuai dengan yang diharapkan.

Baca novel ini nggak bisa berhenti! Setiap halamannya nagih. Bikin pengen nyelesaiin, tapi juga ada beberapa hal yang bikin aku mual pas baca. Jadi saranku, nggak cocok untuk dibaca pas lagi makan. Untuk anak under 18 tahun, harus jauh-jauh dari novel ini, soalnya bahasa yang dipakai di sini kasar, dan nggak banget untuk anak under 18 tahun. Meskipun kita semua tau ya, kalo anak jaman sekarang sudah dewasa pada waktunya.


From the book...
"Tetap jadi lonte saja, Rin. Hidup ini cuma mampir doang terus modar dimakan cacing. Toh nikah atau nggak nikah nggak bakal beda jauh buat lo. Itu cuma soal memilih, mau menghabiskan seumur hidup badan lo dipakai satu orang, atau dipakai banyak orang. Tapi kalau lo milih hidup dengan satu cecunguk, paling nggak cari cecunguk yang bisa cari duit, bukan yang bisanya cuma morotin."

"Kunci supaya biasa saja menghadapi semua hal aneh di kota ini ya dengan membiasakan diri dengan hal-hal yang nggak biasa. Jadi, jangan hakimi cara bertahan hidup orang-orang ya, Tom."

"Kalau dengan beragama lantas bikin kamu merasa lebih suci dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain, sosok siapa yang kamu teladani selama ini? Siapa yang kamu sembah selama ini? Egomu?"

"Hidup tak seindah itu. Sesudah badai tak selalu ada pelangi. Terkadang yang kauterima justru lebih parah. Jalanan becek yang membuat langkahmu terasa berat, atau bahkan pohon tumbang yang menghalangi jalanmu."

"Semua orang bisa dengan bebas menghakimi, bebas menghina, bebas memandang sebelah mata. Namun, tidak semua orang mampu menyadari bahwa terkadang, cara terbaik untuk tetap melaju adalah dengan merangkak, tak peduli jika kepala lebih rendah dan lebih sering menghirup aroma kotoran dari kaki orang lain. Tak apa, yang penting, tetap berjalan."

"Hidup memang suka bercanda. Terkadang, yang terlihat buruk di matamu justru tak lebih buruk daripada kebusukan diri sendiri yang berusaha kausembunyikan rapat-rapat."

"Ya tetap hidup. Bertahan hidup. Yey pikir semua yang dilakukan orang-orang berdosa kayak kami di luar sini buat senang-senang doang? Nggak. Ini semua buat bertahan hidup."

"Kalau yey memang harus menilai seseorang, nilailah dia dari caranya menilai orang lain. Bukan dari bagaimana nilai yang selama ini yeys terapkan dalam hidup yey sendiri. Sebab, benar atau salah itu relatif, tergantung dari sepatu siapa yey berdiri." 

"Hidup tuh dijalanin aja. Tapi kalau ai boleh kasih saran, yey jangan pernah bugil di depan kamera ya. Jangan sampai divideoin. Manusia itu biadab. Sesayang-sayangnya yey sama laki, jangan pernah izinin dia buat videoin yey pas lagi ngewong."

"Ah itu sih biasa aja. Udah biasa ai dihina orang. Yey tahu apa enaknya hidup dalam kehinaan? Orang-orang udah nggak bisa menghinamu lagi. Wong emang kamu udah hina kok."

"Hidup adalah pertarungan. meski selama ini oranng-orang di kampung terlihat diam, saling sapa, saling bersikap baik, tapi sebenarnya mereka sedang saling mengamati. Menanti kejatuhan orang lain. Menanti keburukan orang lain terbongkar. Untuk kemudian menginjak-injaknya dengan ganas selayaknya derajat mereka lebih suci daripada yang lain."

"Betul kata orang-orang, beberapa anak memang terlahir beruntung di tengah keluarga yang berkecukupan materi. Sisanya lebih beruntung karena diberi hati dan tulang yang kuat untuk berusaha sendiri."

"Kita harus ngerasain hidup semenderita-menderitanya dulu biar nanti orang-orang bisa belajar dari kita cara bertahan hidup."

"Bagi beberapa orang, bahagia itu tidak sulit untuk dicari. Kebahagiaan bisa lahir dari hal-hal kecil, seperti dengkur kucing liar yang kekenyangan selepas makan, bayi-bayi kucing yang berebut puting susu ibunya, atau wanita tua yang duduk di makam suaminya. Kebahagiaan selalu dekat dengan hati yang bersyukur."