Gadis KretekRatih KumalaGramedia Pustaka Utama288 Halaman
“Matamu boleh saja buta. Tetapi, hidung dan indra perabamu harus bekerja sama.”
B L U R B
Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah.
Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim, dan Tegar bertemu dengan pelinting tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia. Lebih dari itu, ketiganya juga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengar; Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya.
Apakah Lebas, Karim, dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?
Gadis Kretek tidak sekadar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri dari para tokohnya. Dengan latar Kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, Gadis Kretek akan membawa pembaca berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia. Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta.
- - - - - - - - -
Pak Raja, salah satu pemilik perusahaan rokok yang cukup besar dan dikenal di masa kini. Siapa sih yang nggak tau rokok Djagad Raya? Rokok yang sejak bertahun-tahun lalu berdiri, dan sekarang sudah dipegang oleh generasi ketiganya. Saat ini, dirinya sedang diambang maut, nyawanya bisa saja dicabut malaikat sewaktu-waktu. Anehnya, di saat bapaknya ngelindur, yang disebut adalah nama Jeng Yah, bukan nama ibunya. Tentu saja hal ini mengundang rasa cemburu ibunya dan pertanyaan dari ketiga anaknya. Siapakah Jeng Yah?
“Perempuan itu cemburu… sebab romomu lebih memilih Ibu ketimbang dia.” — P. 265
Akhirnya, Lebas dan kedua kakaknya berangkat ke Kudus, di mana pabrik Djagad Raya berada, untuk mencari tau, siapa Jeng Yah yang disebut-sebut ayahnya ini. Sepertinya, mereka tidak hanya menemukan jawaban siapa Jeng Yah, tapi juga mengetahui masa lalu pabrik rokok yang didirikan oleh kakeknya dulu.
Ah, akhirnya aku berhasil juga membaca Gadis Kretek ini. Novel yang sebenernya sejak dulu sudah cukup booming. Sayangnya aku belum tertarik untuk baca, takutnya bahasanya terlalu baku, jadinya aku nggak bisa ngikutin, tapi ternyata? Bahasanya mengalir dan mudah dipahami, ya ampun, aku ke mana aja?
Menceritakan tentang Pak Raja yang sudah sekarat, dan menyebut nama Jeng Yah. Kukira, di bagian awal aku akan dikasih cerita tentang kehidupan anak pak Raja dan perjalanan mereka untuk mencari tau siapa itu Jeng Yah. Nyatanya, di bab selanjutnya, kita diajak mundur ke waktu sebelum semua itu terjadi. Ini bener-bener jauh banget, tahunnya di 1900an gitu. Dimana Belanda masih menjajah, kemerdekaan bahkan belum sepenuhnya milik Indonesia. Historical banget! Nggak cuma masalah rokok, tapi lengkap juga dengan masalah yang terjadi di masa itu.
Alur yang dipakai maju dan mundur, nggak ada penandanya. Tapi pasti kerasa kok bedanya, soalnya kalo di masa sekarang ngebahas Lebas, Karim, dan Tegar. Sementara kalau di masa lalu, bahasnya tentang Djagad dan perkembangan kretek jaman dulu. Meskipun nggak ada timeline waktunya, aku nggak merasa kebingungan setiap kali perpindahan alur.
Setiap halaman itu nagih banget, dan buatku, ini tuh kayak belajar sejarah rokok dan juga tentang marketingnya. Idroes Moeria di sini bener-bener memikirkan banyak hal lebih maju untuk memasarkan rokok buatannya. Menurutku, dia tuh pinter banget untuk ngebaca situasi, cepet dan juga berani untuk ngambil keputusan besar. Walaupun resikonya juga besar. Bener-bener pemikiran pebisnis gitu lah. Persaingannya dengan Djagad juga buatku jadi hiburan banget. Djagad ini tipe orang yang suka niru doang. Nggak cuma itu, Djagad dan Idroes ternyata juga menyukai orang yang sama. Jadi mereka semakin sering berkompetisi untuk mendapatkan sang pujaan hati ini.
Cukup menyenangkan membaca Gadis Kretek ini. Aku jadi penasaran dengan versi dramanya. Apakah akan se-addict baca novelnya?