Romansa StoviaSania RasyidKepustakaan Populer Gramedia353 Halaman
“ Mengapa manusia selalu tergerak hatinya untuk meraih ketidakmungkinan? Apakah karena hal uang membuat penasaran terasa lebih menantang ketimbang menggapai hal yang mudah didapat?”
B L U R B
Kadang-kadang kita jatuh cinta kepada milik orang, kadang-kadang kepada orang yang berbeda. Dan yang ia hadapi adalah keduanya, komplet menjadi satu. Mengapa manusia selalu tergerak hatinya untuk meraih ketidakmungkinan?
*****
Batavia, 1918. Yansen, pemuda Minahasa, hendak mewujudkan mimpi menjadi dokter di tanah air sendiri. Bersama Hilman pemuda Sunda, Sudiro pemuda Jawa, dan Arsan pemuda Minang, Yansen menemukan ikatan persahabatan di STOVIA. Masa lalu masing-masing tokoh turut membayangi perjalanan mereka selama belajar di sekolah kedokteran pertama di Hindia Belanda itu.
Fiksi berlatar Hindia Belanda di awal abad ke-20 ini menceritakan bagaimana empat sekawan itu saling mendukung kala mereka menghadapi masalah hidup masing-masing. Manakah hal yang harus Yansen pilih? Cinta, sahabat, atau kebanggaan menjadi dokter pada suatu hari nanti?
- - - - - - - - - -
Bagaimana rasanya menjadi seorang anak daerah yang bisa ke Batavia untuk bersekolah di STOVIA? Rasanya pasti senang sekali. Bagi orang dulu, STOVIA ini semacam jabatan, kalau kau bisa ke Batavia berarti kau orang hebat. Apalagi kau masuk di STOVIA, sudah jelas hebat dan pintar. Tapi hal berbeda bagi Yansen, keputusannya untuk pergi ke Batavia, apalagi bersekolah di STOVIA awalnya bukan hal yang diinginkannya. Sampai kejadian itu terjadi, barulah Yansen benar-benar memutuskan untuk menuntut ilmu di STOVIA dengan keinginannya sendiri.
“Mengapa heran, Maramis? Orang bisa jatuh cinta di mana saja, bisa bertemu di bawah pohon, atau di depan kedai nasi iduk sekalipun.” — P. 180
Hari pertamanya di STOVIA, Yansen sudah memiliki masalah sekaligus tiga teman baru. ada Hilman dari Bandung, Sudiro dari Purworejo, dan Arsan dari Bukittinggi. Selain karena masalah mereka di hari pertama, mereka berempat juga memiliki otak yang cerdas, tentu saja ini membuat mereka semakin solid.
Selama masa pembelajaran di STOVIA, tentu saja banyak pelajaran dan juga pengalaman yang bisa mereka dapatkan, tapi ketika salah satu dari mereka memiliki masalah yang cukup pelik, bisa kah mereka tetap mempertahankan persahabatannya? Atau malah memutuskan untuk meninggalkan yang lainnya?
Siapa sih yang nggak kenal dengan STOVIA? Sekolah kedokteran jaman dulu yang cukup terkenal di Batavia. Sekolah yang awalnya untuk membantu tenaga medis yang keteteran karena penyakit menular di Banyumas. Berawal dari tiga murid saja, sekarang berkembang jadi lebih banyak siswa yang mendaftar. Sampai saat ini, profesi dokter menurutku salah satu profesi yang keren, walaupun kalo sekolah tuh lamaaaa banget, tapi keren aja jadi dokter.
Cerita dibuka oleh Yansen, pemuda Manado yang datang bersamaan dengan Hilman, pemuda Bandung yang cukup mentereng. Kemudian mereka bertemu dengan Arsan dan Sudiro. Siapa sangka, sejak dulu pulau Jawa sudah menjadi destinasi berbagai orang dari pulau lain untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Awalnya kukira Romansa STOVIA ini bakalan banyak membahas kisah percintaan murid yang sedang bersekolah di sana, tapi ternyata jauh daripada itu!
Nggak hanya tentang persahabatan, di sini juga dijelaskan apa alasan mereka memutuskan serius mengambil kedokteran di STOVIA, kisah percintaan setiap tokohnya, dan juga masalah yang mereka hadapi selama mengambil pendidikan kedokteran. Kukira, kedokteran jaman dulu nggak sepanjang kedokteran jaman sekarang, ternyata sama aja ya. Empat sekawan ini juga menjalani pendidikan yang panjang dan mendalam.
Tokoh yang aku suka di sini adalah Tuan Sterren. Menurutku, dia ini salah satu guru yang bisa dijadikan panutan. Dia mau mensupport murid didiknya untuk menjadi jauh lebih baik ketimbang dia. Siap memfasilitasi dan transfer ilmunya bener-bener 100%. Pokoknya sampai kamu paham apa yang dijelaskan dia. Sayang sekali sama Tuan Sterren ini.
Romansa STOVIA nggak hanya menceritakan keempat sahabat ini, tapi juga dengan latar belakang mereka, masa lalu yang membentuk mereka sampai sekarang ini, bahkan sampai membahas bagaimana kultur budaya mereka juga lho! Aku bener-bener diajak mundur jauh banget dan memahami bagaimana keadaan saat itu. Aku suka sekali dengan detail yang dimasukkan kak Sania. Mulai dari alat transportasi macam trem dan bendi, bahasa Belanda, penyebutan jabatan, dan setting waktu yang benar-benar di jaman itu. Suka sekali!
Aku sangat merekomendasikan novel ini untuk kalian yang suka membaca kisah fiksi sejarah! Kak Sania menuliskan dengan detail semuanya. Apalagi beberapa waktu sebelumnya, sempat lewat di FYPku tentang STOVIA yang sekarang menjadi Museum Kebangkitan Nasional. Jadi pas ngebaca ini langsung ada gambaran gimana kira-kira isi dalemnya STOVIA.
From the book...
“Menyukai orang yang tidak pernah suka kepada kita itu menyakitkan, Yansen.” — P. 33“Mengapa heran, Maramis? Orang bisa jatuh cinta di mana saja, bisa bertemu di bawah pohon, atau di depan kedai nasi iduk sekalipun.” — P. 180“Mengapa manusia selalu tergerak hatinya untuk meraih ketidakmungkinan? Apakah karena hal uang membuat penasaran terasa lebih menantang ketimbang menggapai hal yang mudah didapat? Namun, semua tentu ada batasnya, apalagi jika kita mencintai milik orang lain. Kita hanya bisa mengulur waktu dan mencoba membohongi diri hingga pada saatnya perpisahan jua yang harus kita hadapi.” — P. 203“Cinta membuat kita gelap mata. Kadang-kadang begitu tipis antara batas bodoh dan cinta, tetapi kau tidak bodoh, Arsan.” — P. 254
No comments:
Post a Comment