Friday, March 28, 2025

[REVIEW] Memorial Perfume Shop


Memorial Perfume Shop
Jin Seolla
Pastel Books
234 Halaman

"Tidak mungkin. Jika benar cinta, dia pasti akan menemuinya. Bukan malah menyerah. Menyerah artinya tidak cinta.”


B L U R B

“Tidak ada satu pun kehidupan yang tidak berkilau.”

Ketika aroma mampu mengandung kenangan tak terbendung, Memorial Perfume Shop hadir untuk menampungnya. Toko parfum ajaib ini menyambut para klien terpilih yang ingin menumpahkan beban kerinduan akibat ditinggal orang terkasih.

Melalui racikan parfum, Jin Doo Ri, manajer toko parfum, dan Joyful, peracik parfum jenius, menyembuhkan jiwa-jiwa terluka agar mereka mampu menjalani sisa hidup tanpa penyesalan. Rasa sakit orangtua yang kehilangan putrinya, perempuan yang ditinggal kekasihnya, hingga hewan peliharaan yang ditinggal tuannya, disembuhkan secara ajaib di toko ini.

Tak peduli seberapa parahnya duka, sesulit apa masalah, serta siapa pun jiwa yang menderita itu, Jin Doo Ri dan Joyful selalu berhasil menyelesaikan semuanya. Namun, di lain sisi, siapa yang akan menyembuhkan duka yang mereka berdua simpan dalam hati?

- - - - - - - -

Kehilangan seseorang yang pernah hadir dalam hidup kita, pasti menyesakkan. Hal yang paling bikin takut adalah ketika kita lama-lama lupa dengan sosok orang ini. Bisa juga ada hal yang belum sempat kita sampaikan hingga membuat kita kepikiran dan banyak berandai-andai hal apa yang akan kita sampaikan atau hal apa yang belum kita lakukan.
“Benar, namun, kadang ada orang jahat yang ingin mencuri parfum jiwa. Sebab, parfum ini memiliki efek sementara bagi mereka yang bisa mengenali benda-benda spiritual. Tanpa tahu ada efek samping yang mengerikan.” — P. 93
Gimana rasanya mengenang seseorang melalui parfum? Biasanya, kita mengenang seseorang melalui barang kesayangan mereka. Entah boneka, baju, atau sengaja tinggal di kamarnya, agar bau mereka masih bisa kita hirup. Tapi gimana kalau ada yang mau meracikkan parfum sesuai dengan ‘bau’ orang yang meninggal. Wah, pasti menyenangkan sekali ya, kita nggak perlu takut untuk lupa dengan orang tersebut.

Memorial Perfume Shop, toko parfum yang ada di sebuah gang sempit, nggak banyak orang yang bisa ke sana, kecuali karena ada undangan untuk datang kemari. Jin Doo Ri, selaku manager dan Joyful selaku peracik parfum kenangan. Mereka berdua bersama membantu orang yang ditinggalkan agar tetap mengingat orang yang sudah meninggal.

Ada sembilan kisah yang berhubungan dengan kematian orang tercinta, mulai dari Cheol Jung - Mi Ok dan  Se Jeong yang kehilangan anak, Dong Gyu yang kehilangan neneknya,  Hae Yeon yang kehilangan saudaranya, Woo Yoo yang kehilangan pemiliknya, Phil Jae dan Seo Yeon yang kehilangan pasangannya, juga kisah Jin Doo Ri dan Joyful.

Membaca kisah di Memorial Perfume Shop ini bener-bener mengharukan, karena setiap dari mereka yang ditinggal meninggal, masih belum ada yang disampaikan baik permintaan maaf, atau permintaan terakhir yang terabaikan. Atau sekadar rindu saja.

Nggak cuma itu, Memorial Perfume Shop juga banyak menjelaskan bagaimana seseorang melewati duka, bagaimana akhirnya mereka bisa merelakan kehilangan, dan berdamai dengan saat ini. Kita diajak menyelami perasaan mereka yang ditinggalkan dari setiap kisah.

Buatku, kisah paling bikin nyesek itu saat adalah kisah Se Jeong yang kehilangan anaknya selama delapan tahun. Sebagai ibu baru, aku bisa merasakan, gimana sakitnya. Mengandung sembilan bulan, waktu kecil juga ditimang-timang, dibawa ke mana aja, lalu hilang dan nggak bisa ditemukan. Nggak tau juga keadaannya gimana, apakah dia masih sehat-sehat, atau dia sudah meninggal.

Sepertinya Memorial Perfume Shop ini perlu benar-benar ada di dunia nyata. Soalnya banyak banget yang butuh ini pasti. Aku salah satunya. Kehilanganku yang paling nyesek tuh waktu nenek dari mama dan kakek dari papa meninggal. Keduanya baik soalnya, jadi aku juga ngerasa banget pas mereka nggak ada. Apalagi dulu waktu aku masih kecil, kakek suka banget ngebelain aku dari omelan nenek karena makan pake ciki-cikian. Kalo nenek dari mama, memang rencana mau dateng ke pernikahanku, tapi nggak jadi. Jadi cukup nyesek banget.

Memorial Perfume Shop ini tipe bacaan yang ringan dan menyenangkan, meskipun ada kisah yang bikin nyesek. Tipe buku yang bisa bikin hati tenang gitu. Aku merekomendasikan ini untuk kalian, apalagi jumlah halamannya juga nggak begitu banyak. Dan ternyata, ini adalah novel pertama penulisnya, Jin Seolla, yang sudah diterbitkan dalam dua bahasa, Indonesia dan Vietnam! Keren banget deh!



From the book...
"Jika sudah menetapkan hati, siapa pun bisa mencurinya meski kamu sudah berhati-hati. Jadi, berhenti menyalahkan diri sendiri. Itu tidak membantu sedikit pun." — P. 92

“Benar, namun, kadang ada orang jahat yang ingin mencuri parfum jiwa. Sebab, parfum ini memiliki efek sementara bagi mereka yang bisa mengenali benda-benda spiritual. Tanpa tahu ada efek samping yang mengerikan.” — P. 93

“Apakah gengsi lebih penting daripada hidup seperti ini? Kakak, kan, mantan ahli parfum di Memorial Perfume Shop masa begitu saja tidak tahu, sih? Dibandingkan dengan siapa pun, kita seharusnya lebih tahu apa makna hidup dengan ‘baik’. Ini kan kehidupan kita yang kedua.” — P. 103

“Tidak mungkin. Jika benar cinta, dia pasti akan menemuinya. Bukan malah menyerah. Menyerah artinya tidak cinta.” — P. 140

“Aku sangat bahagia selama hidup denganmu. Tidak pernah sedikit pun aku tidak mencintaimu. Kamu segalanya bagiku. Karenanya, aku terus menggenggammu… bodoh sekali aku, baru menyadarinya hari ini. Sekarang, aku benar-benar akan merelakanmu. Sepertinya, aku sudah bisa melakukan itu.” — P. 199


Sunday, March 9, 2025

[REVIEW] Baby-to-Be



Baby-to-Be
Marina Yudhitia
Bentang Pustaka
350 Halaman

“For a disclaimer, perasaan takut, ragu, dan semua yang nggak nyaman selama hamil itu bakal tus datang dan pergi, San. Timbul dan tenggelam. Jadi, nggak akan langsung seratus persen berubah gitu aja kayak ngebalikin telapak tangan.”


B L U R B

Sebagai doula yang pekerjaannya mendampingi ibu hamil, Adel sendiri tak pernah ingin menjalani komitmen pernikahan, termasuk kehamilan. Pengalaman buruk keluarganya di masa lalu membuat Adel menganggap dirinya akan turut mewarisi kegagalan yang sama.

Sampai kemudian, Adel didatangi Bo, seekor bangau mitologis yang membawa buntalan kain berisi ruh calon bayi kepada sang ibu.

Adel pun dihadapkan pada satu pertaruhan: menemukan pemilik asli sang calon bayi, atau merelakan ruh bayi itu bersemayam dalam rahimnya

- - - - - - - - -

Memiliki pekerjaan sebagai doula—pendamping kehamilan—membuat Adel lebih banyak tau bagaimana harus menghadapi kehamilan, bagaimana respon yang tepat untuk menenangkan pasangan yang sedang menjalani kehamilan. Selama ini, Adel sudah menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, meskipun beberapa kali dia keceplosan mengatakan hal yang tidak seharusnya. Tapi kali ini, Adel melakukan kelalaian sebagai doula yang seharusnya standby, tapi dia menghilang!
”Iya, sih. Kesempatan kedua itu selalu ada, tapi itu pilihan. Tergantung apakah manusianya mau mengambil kesempatan itu, atau enggak sama sekali.“ — P. 174
Karena kesalahannya kali ini cukup fatal, Adel harus mengambil jeda dan merefleksi kesalahannya. Dalam masa refleksinya ini, dia malah didatangi Bo, si bangau pembawa bayi yang seharusnya cuma ada di dongeng-dongeng. Belum lagi, dia membawa bayi yang harus dicari pemiliknya secepatnya, atau Adel yang harus menerimanya. Bisakah mereka menemukan siapa pemilik asli bayi itu?


Ada yang pernah tau profesi doula sebelumnya? Sejujurnya, aku cuma pernah denger aja, nggak pernah mencari tau doula itu pekerjaan seperti apa. Ternyata pekerjaannya lumayan bermanfaat dan punya dampak yang cukup besar untuk pasangan yang menjalani kehamilan. Kita semua tau kan, kalau segampang-gampangnya menjalani kehamilan, pasti ada aja yang bikin kita worry.

Membaca Baby-to-Be kembali mengingatkanku sama kartun bangau pembawa bayi yang pernah aku lihat waktu pas kecil. Dulu, kukira punya anak juga begitu, akan ada bangau yang ketuk-ketuk di depan pintu bawa bayi dibungkusan. Ternyata nggak begitu! Ya ampun, polos banget aku jaman dulu. Bo, si bangau pembawa bayi ini nggak cuma sebagai tempelan aja. Kak Marina seru banget menjelaskan kehidupan Bo itu bagaimana, pekerjaan yang harus mereka selesaikan, sampai pembagian tugas antar bangau itu sendiri. Ternyata nggak cuma membawa aja, tapi juga memulangkan, kalau misalnya ada yang mengaborsi anak itu.

Di masa pencarian ‘ibu’ yang sebenarnya atas bayi yang dibawa Bo, ternyata malah membuat mata Adel lebih terbuka lagi. Kehidupan yang dilihat nggak cuma yang normal-normal aja, tapi juga dari berbagai kalangan. Adel jadi banyak belajar. Keliatan banget perkembangan karakternya Adel dari yang serampangan, seenaknya sendiri, jadi anak yang lebih tertata, jauh lebih peka dengan perasaan orang lain.

Baby-to-Be, meskipun banyak menjelaskan tentang kehidupan Adel, tapi juga banyak menceritakan keresahan di saat hamil sampai melahirkan. Apalagi dari sisi Bo. Bagaimana 'dunia' Bo yang sebenarnya, apa yang terjadi kalau menggugurkan bayi, dan banyak juga dibahas tentang kehidupan sebagai ibu di luar sana, yang mungkin sebagian besar kita sudah tau.

Baby-to-Be bener-bener heartwarming buatku. Nggak cuma tentang ibu hamil, tapi juga tentang perjuangan untuk memiliki anak dan membesarkan anak nggak semudah itu. Sangat-sangat-sangat merekomendasikan ini untuk dibaca bahkan anak SMA sekalipun. Jangan sampai melakukan kesalahan sebelum sah. Soalnya punya anak nggak gampang. Capek bangett.. Aku aja yang pengen punya anak, pas lahiran rasanya mau gila. Apalagi yang nggak menghendaki adanya bayi, bisa lebih gila daripada aku mungkin.

 
From the book…
“Coba, deh, lu jadian sama cowok, Del, or even better… nikah. Mungkin lu jadi bisa merasakan sendiri gimana kerikil-kerikil dalam berhubungan itu justru bisa jadi pemanis.” — P. 37

”Selama proses melahirkan itu, mungkin seorang wanita dianggap berada di titik terlemahnya. Titik ambang antara hidup dan mati. Tapi, yang gue lihat, justru wanita itu dengan magisnya, memancarkan satu kekuatan terpendam yang nggak akan pernah dia tunjukkan lagi kalau bukan dalam proses persalinan.” — P. 85

”Iya, sih. Kesempatan kedua itu selalu ada, tapi itu pilihan. Tergantung apakah manusianya mau mengambil kesempatan itu, atau enggak sama sekali.“ — P. 174

”Dan, kelak saat kamu jadi seorang istri dan ibu, Mama yakin kamu nggak akan mengalami apa yang menimpa Mama dan Manda. Karena nasib seseorang dianugerahkan terpisah, bukan diwariskan dari garis keturunan.” — P. 204

”Kesalahan itu ada supaya kita belajar, Nak, bukan untuk menjatuhkan kita dengan tuduhan ‘kamu gagal’. Selama jantung masih berdetak dan napas masih dapat dihirup, selama itu juga kita selalu punya kesempatan menjadi pribadi yang lebih baik. Apalagi, sekarang kita juga sepakat untuk melepaskan belenggu masa lalu, kan?” — P. 205

For a disclaimer, perasaan takut, ragu, dan semua yang nggak nyaman selama hamil itu bakal tus datang dan pergi, San. Timbul dan tenggelam. Jadi, nggak akan langsung seratus persen berubah gitu aja kayak ngebalikin telapak tangan.” — P. 270

The best thing a man can do to prove his love for his children is to love their mother first.” — P. 288

Sunday, February 23, 2025

[REVIEW] Viral



Viral
Laili Muttamimah
Gramedia Pustaka Utama
392 Halaman

"Sampai akhirnya saya tersadar bahwa secinta apa pun saya terhadap sesuatu, saya pasti akan menemukan sisi gelap dari hal itu, yang belum tentu bisa saya terima. Persepsi saya tentang kehidupan di media sosial berubah, karena masalah antara saya dan Keenan. Di sini saya mau meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.”


B L U R B

Ariel Latisha hanyalah anak SMA yang menganggap dirinya tidak cantik. Namun, kehidupannya berubah drastis saat dia diminta menjadi model foto Gyn the Label, merek baju milik ibu sahabatnya, Wendy. Siapa sangka, orang-orang justru menyukai sosok Ariel sebagai model dan dia mendadak terkenal di Instagram.

Ariel awalnya kikuk menjadi pusat perhatian, tapi dia memberanikan diri mengunggah banyak konten sesuai permintaan netizen. Berbagai kesempatan pun terbuka lebar: pengikutnya menembus angka ratusan ribu, diajak bergabung dalam influencer management agency, mendapatkan banyak tawaran endorsement, hingga menarik perhatian aktor ternama!

Segala kemewahan itu membuat Ariel terlena, sampai suatu hari video syurnya tersebar dan viral.

- - - - - - - -

Terbiasa hidup biasa yang cenderung menutup diri membuat Ariel jadi anak yang minderan. Apalagi kulitnya nggak sesuai dengan standar kecantikan masyarakat. Kulitnya sawo matang, dan lagi dia juga nggak pintar pakai make up. Yang bisa diandalkan hanyalah kerajinan dan otak encernya, inilah yang membuat dia lumayan dekat dengan Wendy, sahabatnya, selain karena orangtuanya juga pernah bekerja di rumah Wendy.
"Riel, Riel. Jangan kemakan iklan yang bilang cantik itu harus putih dan mancung! Kenapa banyak model wajah blasteran dipakai buat iklan skincare pencerah wajah? Karena itu tujuan produknya, Riel." — P. 30
Menjadi model pengganti Gyn The Label tentu tidak masuk dalam impiannya, karena impiannya melanjutkan pendidikan di salah satu PTN terkenal. Karena menjadi model pengganti inilah, dia mulai menginjakkan kaki menjadi seorang content creator, bertemu dengan banyak orang, masuk ke dalam agency, tapi gimana kalau Ariel kesandung skandal? Bisakah Ariel bertahan?


Menjadi content creator di Indonesia itu gampang nggak sih? Menurutku, gampang banget, soalnya orang Indonesia itu suka dihibur dan gampang banget ngeviralin sesuatu di sini. Unik dikit, viral. Nanti bermasalah dikit, viral. Beda banget sama negara tetangga yang kalo punya masalah tuh dicancel beneran.

Sama seperti Ariel, di saat dia kepepet dan butuh uang dalam jumlah besar, dia dapat tawaran untuk jadi model pengganti, meskipun awalnya uang yang didapatkan nggak langsung banyak, tapi lumayan kan? Apalagi dia juga pengen banget kuliah dan punya tabungan. Sebenernya ini nggak salah, namanya juga cari sampingan. Sayangnya, Ariel ini keblinger. Padahal pacar sama sahabatnya udah ngingetin dia untuk tetep fokus sama sekolahnya, biar ga kepecah. 

Kasus Ariel ini mirip sama aku dulu pas jaman kuliah. Karena aku udah lelah sama revisian habis sidang, dan pas itu juga aku ditawarin untuk lanjut kerja di tempatku magang, aku berujung hampir nggak lulus. Kerja itu bener-bener menyenangkan soalnya, dapet duit, habis pulang yaudah aja gitu. Nggak perlu mikirin besok revisi harus gimana, modul yang perlu dipake apa, tugas buat matkul harus gimana. Tapi menurutku, pelajaran tetep nomer 1 ya guys. Meskipun kita cuma ngejar gelarnya aja, tetep selesaikan sampai selesai.

Membaca Viral, kembali mengingatkanku sama artis-artis atau selebgram atau selebtok yang gampang banget viral, padahal nggak ada karya yang signifikan gitu. Memang terkenal karena bisa menghibur dengan tingkah lucunya aja, atau malah karena satu masalah. Indonesia ini emang jago banget lah kalo suruh ngeviralin orang.

Viral banyak banget pelajarannya, mulai dari kepercayaan diri, mengejar impian, sampai dunia entertain yang silau dan ternyata nggak semenyenangkan itu. Jadi pengingat sekali lagi, kalau sampai terjun ke dunia entertain, jangan sampai terlena dan terekam. Terlena aja nggak papa, kalau udah sampai di rekam-rekam, bahaya banget sih. Jejak digital itu bakalan ada selamanya.


From the book...
"Kulit memang nggak harus putih, Riel, tapi kesehatannya harus dijaga." — P. 15

"Riel, Riel. Jangan kemakan iklan yang bilang cantik itu harus putih dan mancung! Kenapa banyak model wajah blasteran dipakai buat iklan skincare pencerah wajah? Karena itu tujuan produknya, Riel. Model dipilih dari pesan yang mau disampein ke audiens. Di Indonesia, iklan pencerah wajah banyak banget, makanya model yang dipakai kebanyakan kulitnya terang. Biar seolah-olah kita bisa kayak mereka." — P. 30

"Kamu akan selalu nggak bisa sampai akhirnya berani mencoba. Sekarang simpan sebentar rasa takutmu, terus tanya sama hati kecilmu, sebenarnya kamu mau, nggak?" — P. 42

"Intinya, jadi diri sendiri aja, Riel. Jangan sampai kamu repot-repot ngelakuin hal yang ternyata nggak 'kamu banget', cuma biar dapat likes dari orang." — P. 85

"Prinsip gue, ikutin aja kata hari. Kalau lo yakin itu baik buat lo, lakuin. Kadang-kadang, yang bikin kita takut terjun ke dunia yang lebih besar itu bukan karena kita nggak mampu tapi karena kita belum familier sama situasinya." — P. 120

“Mendadak, aku menyadari, ketenaran tidak menjamin seseorang akan tetap dibela. Orang-orang yang awalnya mendukung kita habis-habisan bisa berbalik menjadi sosok yang menjatuhkan kita.” — P. 198

You know, Tante? I’m done. Aku udah capek hidup kayak gini, penuh kepura-puraan. Aku nggak bebas ngelakuin apa aja yang aku mau. Semua pilihan-pilihan hidupku harus ngikutin apa kata netizen, apa kata Tante. Ini hidupku, Tante! Aku berhak jalanin sesuai pilihanku sendiri!” — P. 211

“Sampai akhirnya saya tersadar bahwa secinta apa pun saya terhadap sesuatu, saya pasti akan menemukan sisi gelap dari hal itu, yang belum tentu bisa saya terima. Persepsi saya tentang kehidupan di media sosial berubah, karena masalah antara saya dan Keenan. Di sini saya mau meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.” — P. 288

“Semuanya udah terjadi, Riel, kamu nggak bisa balik lagi buat ubah semuanya. Tapi selalu ada kesempatan untuk mempebaiki, itu yang kita lagi coba sekarang. Kamu masih punya masa depan buat perjuangin, jadi jangan sia-siain peluang yang kamu punya.” — P. 295

Tuesday, February 18, 2025

[REVIEW] (Bukan) Pengantin Baru



(Bukan) Pengantin Baru
Yessie L. Rismar
Elex Media Komputindo
192 Halaman

"Nggak apa-apa. Kalau capek, kamu nggak harus terus berjalan apalagi berlari. Kamu bisa berhenti untuk istirahat. Nanti setelah tenaga kamu kembali terkumpul, kamu bisa kembali melangkah."


B L U R B

Di awal pernikahan Kiara dan Yaris tidak pernah terusik dengan pertanyaan kapan punya anak. Namun, ibarat suara nyamuk, lama kelamaan pertanyaan itu mengganggu juga. Terlebih ketika mertua Kiara yang biasanya adem ayem mulai merengek ingin cucu dan membandingkan mereka dengan orang lain. Masalahnya, bagaimana bisa punya anak kalau berhubungan intim saja Kiara dan Yaris masih tidak bisa?

- - - - - - - - - -

Menikah dan punya anak memang hal yang berkaitan erat, meskipun ada beberapa orang memilih untuk menikah saja, tanpa memiliki anak. Tapi ada juga beberapa orang yang sudah berusaha untuk mendapatkan anak, masih belum menemukan titik terangnya. Termasuk Yaris dan Kiara, mereka juga berusaha dengan berbagai cara. Masalahnya, gimana bisa punya anak, kalau berhubungan badan saja susah?
"Nggak, Ra. Pilihan kamu hanya satu: bahagiakan aku. Dan caranya juga hanya satu: tetap bersama aku. Aku nggak peduli kita bakalan punya anak atau nggak nantinya. Asal tetap sama kamu, apa pun keadaan kamu, itu udah cukup buat aku." — P. 105
Sebenarnya, Yaris dan Kiara nggak pernah ada masalah dengan hal ini, bagi mereka punya anak adalah rejeki, mungkin sekarang belum rejeki. Apalagi Kiara sendiri masih berusaha memahami apa yang terjadi pada dirinya. Berhubungan intim masa iya nggak bisa? Masa iya kalah sama anak kecil?


Tuntutan untuk punya anak setelah menikah ini.. cukup banyak yang mengalami. Mau itu pasangan yang udah lama menikah, ataupun yang baru. Nanti kalau udah punya anak, akan muncul tuntutan lainnya, mulai dari milestone bayi, sampai kapan nambah anak. Rantai setan ini, nggak ada habisnya. Bener-bener bikin pusing. Padahal kita belum tentu tau, masalah dalam rumah tangga orang gimana, apa keuangan mereka stabil, mentalnya sudah oke untuk punya anakkah? Dan masih banyak pertimbangan lainnya.

Kasus Yaris dan Kiara ini menurutku cukup langka, karena tidak semua perempuan pasti mengalaminya, tapi masalah yang dialami Kiara juga tidak banyak diketahui banyak orang. Vaginismus, kesulitan untuk melakukan hubungan badan. Pasti banyak orang mempertanyakan hal ini. Masa iya berhubungan badan aja susah? Bukannya cuma tinggal masuk aja? Tapi nyatanya enggak kan?

Masalah vaginismus ini aku baru tau beberapa tahun belakangan. Aku tahunya pun berkat follow salah satu akun yang memang concern membahas kehidupan seksualitas, dan ngtag orang yang berhubungan dengan vaginismus ini. Sejak inilah aku tau, bahwa nggak semua perempuan dengan mudah berhubungan badan. Banyak juga perlakuan yang tidak menyenangkan terhadap vaginismus. Mungkin sebagian besar dari mereka juga nggak tau.

Nggak cuma menyebutkan vaginismus, tapi juga banyak dijelaskan tentang kendala dan bagaimana penanganannya. Strugglenya Yaris-Kiara ini ada banget. Apalagi hal itu awam banget, bahkan konsul ke ahlinya aja masih diremehin. Jadi bikin orang males juga kan untuk konsul kalau mereka butuh bantuan.

Yaris di sini jadi suami paling favorit! Bener-bener support dalam kondisi apapun. Apalagi sempat ada permintaan untuk nikah lagi, supaya Yaris bisa punya keturunan, tapi dia dengan tegas bilang enggak! Ya ampun ya ampun, bener-bener ijo neon. Caring, dan mau support Kiara apa pun keadaannya. Prinsipnya itu loh. Perbanyak dong cowok-cowok yang kayak begini ini.

(Bukan) Pengantin Baru ini wajib banget dibaca. Nggak cuma tentang pernikahan aja, tapi juga belajar prinsip dari Yaris. Harus!


From the book…
“Aku sayang kamu gimana pun kondisinya. Kalau aku saja bisa menghargai kamu, kamu juga harus menghargai kamu sendiri.” — P. 11

"Katanya, 'Saya menikah bukan buat punya anak, tapi untuk ibadah. Istri kan tempat ibadah juga, ladang pahala. Lagian, istri bukan mesin untuk membuat anak, kan?'" — P. 25

"Tapi hidup memang begitu, kan? Ujian ketika kita kecil, remaja, dewasa, sesuai porsinya. Ya meskipun ada orang-orang yang menanggung beban lebih berat dibanding orang-orang lain seusianya." — P. 28

"Ra, benar bahwa seks itu penting dalam pernikahan. Tapi, buat aku pernikahan nggak melulu soal seks. Di mata aku pernikahan nggak serendah itu. Buat aku pernikahan adalah tempat kita untuk menjadi orang yang lebih mandiri dan kuat. Pernikahan itu sekolah tanpa akhir. Siap menikah artinya siap belajar selamanya." — P. 31

"Kamu harus tahu kalau kegagalan kita dalam berhubungan ini sama sekali nggak mengurangi rasa sayangku, malah semakin bertambah." — P. 51

"Semua orang udah meneror aku dengan pertanyaan kapan hamil, Bu. Mertua, tetangga, teman-teman, bahkan sahabatku sekarang sudah hamil. Please, Bu. Aku pengin ngerasa aman dan nyaman di keluarga sendiri." — P. 54

"Nggak apa-apa. Kalau capek, kamu nggak harus terus berjalan apalagi berlari. Kamu bisa berhenti untuk istirahat. Nanti setelah tenaga kamu kembali terkumpul, kamu bisa kembali melangkah." — P. 76

"Nggak, Ra. Pilihan kamu hanya satu: bahagiakan aku. Dan caranya juga hanya satu: tetap bersama aku. Aku nggak peduli kita bakalan punya anak atau nggak nantinya. Asal tetap sama kamu, apa pun keadaan kamu, itu udah cukup buat aku." — P. 105

"Aku selalu sayang kamu, Ra. Nggak ada orangtua yang sempurna, begitu juga anak yang sempurna. Nggak ada istri yang sempurna, begitu pula suami. Yang ada hanya ada dua: orang yang berusaha jadi lebih baik dari sebelumnya, sesuai dengan kemampuan dan usahanya, atau orang yang nggak peduli dengan apa pun, nggak mau berubah, dan nggak mau mengubah keadaan." — P. 152

Sunday, February 9, 2025

[REVIEW] Sisi Tergelap Surga


Sisi Tergelap Surga
Brian Khrisna
Gramedia Pustaka Utama
304 Halaman

"Kalau dengan beragama lantas bikin kamu merasa lebih suci dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain, sosok siapa yang kamu teladani selama ini? Siapa yang kamu sembah selama ini? Egomu?"


B L U R B

Jakarta kerap menjadi pelabuhan bagi mereka yang datang membawa sekoper harapan. Mereka yang siap bertaruh dengan nasibnya sendiri-sendiri. Namun, kota ini selalu mampu melumat habis harapan dan menukarnya dengan keputusasaan.

Pemulung, pengamen, pramuria yang menjajakan tubuh agar anaknya bisa makan, pemimpin-pemimpin kecil yang culas, lelaki tua di balik kostum badut ayam, pencuri motor yang ingin membeli obat untuk ibunya, remaja yang melumuri tubuh dengan cat perak, hingga mereka yang bergelut di terminal setelah terpaksa merelakan impiannya habis digerus kejinya ibu kota.

Di Jakarta, semua orang dipaksa bergelut dan bertempur demi bisa hidup dari hari ke hari. Dan di kampung inilah semua itu dimulai. Sebuah cerita tentang kehidupan orang-orang yang hidup di sisi tergelap surga kota bernama Jakarta..

- - - - - - -

Jakarta selalu menjadi tujuan banyak orang. Hidup di Jakarta selalu dianggap sukses, keren dan megah. Jadi banyak sekali para perantau yang berangkat ke Jakarta dengan harapan di Jakarta kehidupan mereka jadi lebih baik, yang mereka tidak tau, Jakarta ternyata nggak sesilau itu. Kehidupan di Jakarta cukup menyesakkan untuk sebagian orang.

Dari sebuah kampung di sudut kota Jakarta, semua cerita ini dimulai. Kampung ini terdiri dari berbagai macam manusia dengan berbagai latar belakang, dan juga pekerjaan. Ada Rini  dan Juleha yang menjadi PSK, Syamsuar yang memilih untuk berdagang nasi goreng, Kuncahyo yang bekerja di mall, Danang yang bekerja kantoran, Bang Tomi si preman terminal, Karyo—manusia silver bersama dengan Pulung dan Jawa yang biasanya menghuni di pos ronda, Nunung dan Sobirin yang berjualan tahu jablay sambil menjaga Ujang, Tikno anak pak RT yang hidupnya nggak tentu.
"Kunci supaya biasa saja menghadapi semua hal aneh di kota ini ya dengan membiasakan diri dengan hal-hal yang nggak biasa. Jadi, jangan hakimi cara bertahan hidup orang-orang ya, Tom."
Setiap tokohnya punya banyak impian yang mereka bawa ketika ke Jakarta, bisakah mimpi itu terwujud? Atau malah jadi angan-angan yang disimpan saja?


Akhirnya membaca Sisi Tergelap Surga juga. Novel ini belakangan sering banget bermunculan di timelineku. Apalagi menurut review banyak orang, menarik.

Pertama kali membaca Sisi Tergelap Surga, kukira bakalan biasa aja. Apalagi menceritakan sisi kelam Jakarta. Siapa sih yang nggak tau kotornya Jakarta? Tapi dari sini kita lebih dibuka lagi matanya. Aku udah cukup kaget, karena bahasanya kasar, dan... wow, banyak sekali ya tokoh yang dipakai di sini. Karena memang beneran sekampung, dengan beragam karakter dan pekerjaan. Tapi hebatnya lagi, kak Brian bisa menjelaskan setiap tokohnya tanpa membuat kita kebingungan ini siapa dan bagaimana masalahnya. 

Seperti layaknya sebuah kampung, setiap rumah punya cerita. Cerita di sini cukup beragam, karena tokohnya juga beragam umurnya. Dari yang masih bayi sampe udah gede bangkotan pun ada. Masalah yang dihadapi juga cukup beragam, tapi tetap berawal dari uang. Bagaimana setiap tokohnya berjuang untuk mencari uang, mulai dari pekerjaan yang halal sampai haram. Perjuangan setiap tokohnya juga nggak gampang.

Setiap tokoh di sini porsinya juga pas. Nggak ada yang terlalu banyak, atau terlalu sedikit. Semuanya dikupas dengan perlahan sampai kita tau apa yang membuat mereka sampai di posisi yang sekarang ini. 

Sisi Tergelap Surga bener-bener membuka mataku lebih lebar lagi. Aku tau, kalau cerita Rini, Juleha, Gofar, dan tokoh lainnya di dunia nyata banyak sekali, tapi ini bener-bener berasa deket banget sama kita. Konflik yang dihadapi juga nggak cuma batin, tapi juga dilema moral. Di satu sisi harus tetap berbuat baik, tapi di sisi lain, harus mencari uang dengan cepat.

Nggak hanya membahas tentang perjuangan setiap tokohnya, tapi aku juga banyak sekali belajar kalau setiap mereka yang sedang berjuang itu juga kebingungan. Kadang, apa yang kita nilai negatif atau bertolakbelakang dengan nilai moral masyarakat, mereka juga paham kok. Mereka sebenernya juga nggak mau melakukan hal itu, tapi gimana lagi? Berbagai cara sudah ditempuh, hasilnya nggak sesuai dengan yang diharapkan.

Baca novel ini nggak bisa berhenti! Setiap halamannya nagih. Bikin pengen nyelesaiin, tapi juga ada beberapa hal yang bikin aku mual pas baca. Jadi saranku, nggak cocok untuk dibaca pas lagi makan. Untuk anak under 18 tahun, harus jauh-jauh dari novel ini, soalnya bahasa yang dipakai di sini kasar, dan nggak banget untuk anak under 18 tahun. Meskipun kita semua tau ya, kalo anak jaman sekarang sudah dewasa pada waktunya.


From the book...
"Tetap jadi lonte saja, Rin. Hidup ini cuma mampir doang terus modar dimakan cacing. Toh nikah atau nggak nikah nggak bakal beda jauh buat lo. Itu cuma soal memilih, mau menghabiskan seumur hidup badan lo dipakai satu orang, atau dipakai banyak orang. Tapi kalau lo milih hidup dengan satu cecunguk, paling nggak cari cecunguk yang bisa cari duit, bukan yang bisanya cuma morotin."

"Kunci supaya biasa saja menghadapi semua hal aneh di kota ini ya dengan membiasakan diri dengan hal-hal yang nggak biasa. Jadi, jangan hakimi cara bertahan hidup orang-orang ya, Tom."

"Kalau dengan beragama lantas bikin kamu merasa lebih suci dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain, sosok siapa yang kamu teladani selama ini? Siapa yang kamu sembah selama ini? Egomu?"

"Hidup tak seindah itu. Sesudah badai tak selalu ada pelangi. Terkadang yang kauterima justru lebih parah. Jalanan becek yang membuat langkahmu terasa berat, atau bahkan pohon tumbang yang menghalangi jalanmu."

"Semua orang bisa dengan bebas menghakimi, bebas menghina, bebas memandang sebelah mata. Namun, tidak semua orang mampu menyadari bahwa terkadang, cara terbaik untuk tetap melaju adalah dengan merangkak, tak peduli jika kepala lebih rendah dan lebih sering menghirup aroma kotoran dari kaki orang lain. Tak apa, yang penting, tetap berjalan."

"Hidup memang suka bercanda. Terkadang, yang terlihat buruk di matamu justru tak lebih buruk daripada kebusukan diri sendiri yang berusaha kausembunyikan rapat-rapat."

"Ya tetap hidup. Bertahan hidup. Yey pikir semua yang dilakukan orang-orang berdosa kayak kami di luar sini buat senang-senang doang? Nggak. Ini semua buat bertahan hidup."

"Kalau yey memang harus menilai seseorang, nilailah dia dari caranya menilai orang lain. Bukan dari bagaimana nilai yang selama ini yeys terapkan dalam hidup yey sendiri. Sebab, benar atau salah itu relatif, tergantung dari sepatu siapa yey berdiri." 

"Hidup tuh dijalanin aja. Tapi kalau ai boleh kasih saran, yey jangan pernah bugil di depan kamera ya. Jangan sampai divideoin. Manusia itu biadab. Sesayang-sayangnya yey sama laki, jangan pernah izinin dia buat videoin yey pas lagi ngewong."

"Ah itu sih biasa aja. Udah biasa ai dihina orang. Yey tahu apa enaknya hidup dalam kehinaan? Orang-orang udah nggak bisa menghinamu lagi. Wong emang kamu udah hina kok."

"Hidup adalah pertarungan. meski selama ini oranng-orang di kampung terlihat diam, saling sapa, saling bersikap baik, tapi sebenarnya mereka sedang saling mengamati. Menanti kejatuhan orang lain. Menanti keburukan orang lain terbongkar. Untuk kemudian menginjak-injaknya dengan ganas selayaknya derajat mereka lebih suci daripada yang lain."

"Betul kata orang-orang, beberapa anak memang terlahir beruntung di tengah keluarga yang berkecukupan materi. Sisanya lebih beruntung karena diberi hati dan tulang yang kuat untuk berusaha sendiri."

"Kita harus ngerasain hidup semenderita-menderitanya dulu biar nanti orang-orang bisa belajar dari kita cara bertahan hidup."

"Bagi beberapa orang, bahagia itu tidak sulit untuk dicari. Kebahagiaan bisa lahir dari hal-hal kecil, seperti dengkur kucing liar yang kekenyangan selepas makan, bayi-bayi kucing yang berebut puting susu ibunya, atau wanita tua yang duduk di makam suaminya. Kebahagiaan selalu dekat dengan hati yang bersyukur."

Tuesday, January 28, 2025

[REVIEW] Dewa Angkara Murka



Dewa Angkara Murka
Aya Widjaja
Gramedia Pustaka Utama
416 Halaman

"Pertimbangan penting ketika memutuskan menikah bukan cuma soal pasangan, tapi juga orangtua calon pasangan dan bagaimana penerimaan mereka.”


B L U R B

Namanya Dewangkara Maheswara. Namun, anak buahnya sepakat mengganti namanya menjadi Dewa Angkara Murka. Selain tukang murka, dia juga suka bertitah bagai dewa. Apa pun yang diinginkan harus tercapai saat itu juga. Termasuk saat Dewang “memerintah” Mosha menjadi “pasangannya” supaya dia batal dijodohkan. Mosha awalnya menolak. Namun, undangan pernikahan dari Kyle—rekan kerja sekaligus mantan pacar—membuat hati Mosha terbakar.

Selama lima tahun pacaran, Kyle bilang dia tidak percaya komitmen. Tak lama setelah putus, Kyle malah menikah. Tentu saja Mosha sakit hati. Mosha akhirnya membuat perjanjian dengan iblis—eh, Dewang. Adakah cara yang lebih jitu untuk membalas mantan selain menghadiri pernikahannya dengan membawa pasangan yang jauh lebih keren?

“Kita nggak mungkin dibilang setingan karena nggak masuk akal karyawan nyuruh bosnya nemenin dia ke kondangan mantan.”

- - - - - - - - -

Putus hubungan dengan Kyle sudah membuat hari-hari Mosha memburuk, tapi sepertinya hal ini tidak cukup. Karena Kyle secara tiba-tiba menyebarkan undangan bahwa dia akan menikah dalam waktu dekat. Hal ini jelas memperburuk keadaannya. Mau nggak mau, Mosha harus menerima tatapan mengasihani dari seisi kantornya.
"Cara terbaik membalas mantan adalah dengan menghadiri pernikahannya bersama pasangan baru yang jauh lebih baik daripada dia.”
Dewangkara atau yang biasa disebut karyawannya Dewa Angkara Murka, bos yang hatinya nggak bisa ditebak, bisa kadang baik banget, atau jahat banget. Seringnya memang jahat banget. Hari itu, entah kenapa, lebih memilih memanggil dan membuat Mosha menjadi pacarnya. Mosha nggak cuma kaget, tapi dia juga bingung, karena Dewang bersedia menemani Mosha pergi ke kawinan Kyle.

Kalau sudah kacau begini, Mosha bisa apa selain menjalankan sandiwara bersama Dewang, tapi pertanyaannya, sampai kapan? Karena effort Dewang untuk menjadi pura-pura sangat menyakinkan sekali.


Cover bagian depan Dewa Angkara Murka ini cukup gemesin, dengan warna pink dengan gambar city tower. Nggak ada penggambaran ngeselin tentang bos dan karyawannya. Tapi pas baca bukunya, rasanya pengen bilang, "Menyala Dewangku!".

Ditinggal menikah sama mantan memang ngeselin dan bikin sakit hati. Pas awal ngebaca, duh rasanya kesel banget, apalagi satu kantor. Makin kerasa dong keselnya. Apalagi mereka pacarannya juga sudah lama. Apalah arti 5 tahun, kalau nggak nikah. Meskipun pisahnya baik-baik, tapi kalau dalam waktu singkat udah sebar undangan, apa nggak langsung negatif thinking? Mosha sendiri juga masih mempertanyakan ini, kenapa kok tiba-tiba Dewang mau menawarkan diri untuk menemaninya ke pernikahan Kyle?

Dewang ini adalah tipikal bos pada umumnya, kalau bisa kita, kenapa harus orang lain? Harus bisa memanfaatkan hal atau jasa sebaik-baiknya. Tapi dibalik sifatnya yang memang ngeselin ini, dia juga bos yang cukup loyal lho. Kalau ada rapat, ada snack boks dan makanan. Mana ada di dunia nyata? Ya setidaknya ada yang baik lah dari dirinya.

Sementara Mosha, dia ini karyawan yang cukup tahan banting, mungkin karena didukung sama lingkungannya juga ya. Apalagi ada Kinoy, sahabatnya yang mulutnya cablak banget, tapi siap kapan aja. Juga ada Mbak Afni yang siap pasang badan kalau anak-anaknya kena semprot. Kalau Kyle, dia ini sebenernya berkompeten, tapi kelakuannya emang minus banget banget. Perselingkuhan itu nggak termaafkan ya.

Dewa Angkara Murka, banyak membahas tentang dunia kerja apalagi bagian digital, bagaimana cara mencari supplier yang sesuai, dan juga tentang perselingkuhan dengan kiat-kiat membalas dendam dengan elit. Ada juga pembahasan tentang kenapa sebenernya Kyle selingkuh. Alasannya nggak dibenarkan, tapi cukup menyentuh. 

Yang aku suka tuh effortnya Dewang, untuk ukuran pura-pura, Dewang bener-bener mau usaha lebih. Walaupun kadang ditolak Mosha, kadang dijudesin juga. Tapi ya dia tetep usaha dengan caranya sendiri. Aku juga suka sama mamanya Dewang, dari luar, beliau ini keliatan kayak orang kaya yang bakalan memandang segalanya dengan uang. Nyatanya, enggak! Dia welcome banget sama Mosha, malah lebih milih sama rekomendasi tukang jaitnya Mosha yang deket rumah dibanding sama butik-butik ternama.

Aku baca novel ini sehari lebih dikit, karena di kantor kerjaan nggak begitu banyak dan juga nagih banget baca ini. Penasaran sama gebrakan apa yang bakalan dilakuin Dewang sama Kyle.

Friday, January 17, 2025

[REVIEW] Planet Luna

Planet Luna
Ray Antariksa Yasmine
Elex Media Komputindo
304 Halaman

"Pokoknya, kalau mau punya temen, kamu harus berusaha. Temen itu nggak kayak anak bebek yang bakal ngikutin kita terus seakan-akan kita ini induknya. Mereka juga perlu diperjuangkan."


B L U R B

Nawang itu paduan sempurna atas apa yang tidak Luna miliki. Tidak hanya pintar dan baik hati, tetapi juga berprestasi dan punya banyak teman. Sementara Luna tak pernah berhasil meskipun setengah mati ingin bisa bergaul dan punya sahabat. Dia justru dirundung dan dijauhi orang-orang yang dia kira akan menjadi temannya. Mendengarkan Nawang tertawa-tawa bersama teman-temannya di sebelah rumah hanya mengingatkan Luna pada kesendirian. Luna merasa planetnya akan selalu kosong dan hampa. Dia akan selalu tersisih dari pergaulan dan kesepian sampai tua.

Sementara Luna ibarat enigma. Nawang hanya tahu kalau tetangganya itu tertutup dan pemalu. Gadis itu pernah mengalami perundungan cukup parah yang membuatnya pindah kota saat kecil. Nawang tidak sadar bahwa eksistensinya sebagai anak berprestasi dan punya banyak temanlah yang membuat Luna tak pernah mau didekati.
Kendati begitu, Nawang tidak menyerah. Baginya, sosok penyendiri seperti Luna harus ditemani dan dimengerti, bukan dijauhi, apalagi dikerjai. Namun kenyataannya, mendekati Luna tak segampang yang pernah Nawang bayangkan.

- - - - - - - - - -

Kehidupan Luna seharusnya baik-baik saja sampai Eyang Uti meninggal, dan dia harus kembali ke Jakarta. Tempat di mana hidup berantakannya dimulai. Perisakan yang diterima sejak SD membuat dia enggan kembali ke Jakarta. Kalau bisa, dia di Solo atau Semarang saja bersama kakaknya, Mbak Yana. Sayangnya, kedua orangtuanya tetap memaksanya untuk kembali ke Jakarta lagi.
"Kalian, tuh, setara. Nggak ada yang lebih baik dari yang lain. Pola pikir lo itu yang harus diubah. Jangan memandang diri sendiri terlalu kecil karena nyatanya lo nggak sekecil itu. Ya? Bisa, kan?" — P. 236
Kembalinya Luna ke Jakarta apalagi bersekolah di tempat yang sama dengan Nawang, memberikan kabar yang menyenangkan untuk Nawang. Akhirnya dia memiliki kesempatan lagi untuk bertemu dan berteman dengan Luna. Tapi bagaimana kalau Luna ternyata menarik diri dan nggak mau berteman sama Nawang.

Kalau sudah begini, Nawang harus mencari berbagai cara untuk berteman dengan Luna. Walaupun cukup sulit, karena kehidupan Nawang yang social butterfly. Bisakah Luna akhirnya membuka diri ke Nawang?


Planet Luna digambarkan dengan berbagai hal yang cukup dekat dengan Luna di bagian covernya, aku kira, Luna ini anak yang punya 'dunia' sendiri karena berkebutuhan khusus atau punya indera keenam. Tapi ternyata bukan.

Punya kehidupan yang dibully sejak SD, tentu aja membekas banget buat Luna. Setiap tingkahnya selalu mengundang cacian, padahal dia tidak melakukan apapun yang menarik perhatian, tapi tetap saja, dia yang selalu kena bullying. Pindah sekolah tidak membuat semuanya membaik, Luna masih saja dibayangi ketika dibully, jadi dia lebih memilih untuk menyendiri dan membuat dunianya sendiri, sebagai benteng, agar dia tidak terluka lagi.

Sementara, saat kepindahannya ke Jakarta, dia bertetangga dengan Nawang, social butterfly, punya banyak teman, hal ini justru membuat Luna sedikit banyak iri. Apalagi kedua orangtuanya juga menjanjikan bahwa Nawang akan menemaninya. Luna tentu aja berharap, meskipun nggak banyak. Apalagi saat masuk ke sekolahnya, teman sekelasnya nggak ada yang mendekatinya untuk berteman.

Membaca Planet Luna kembali mengingatkanku sama bullying yang dilakuin ke adikku. Posisinya sama, terjadi waktu SD, cuma bullyingnya nggak sampe fisik, hanya dipalak bekal makannya, sudah dilaporin ke guru, malah gurunya juga ikutan ngebully. Jadi ya kayaknya masih susah ya di Indo waktu itu. Mungkin kalau di beberapa tahun belakangan, sudah lebih kondusif, jadi lebih banyak yang bisa dilakukan kalau sampai terjadi bullying.

Penjelasan tentang penyakit mental di sini juga cukup detail, penyebabnya, gejalanya, dan efeknya terhadap Luna dan yang lainnya pun terasa.

Luna ini kadang bikin aku kesel juga, karena di satu sisi dia terlalu banyak yang dipikirkan, di sisi lain dia juga udah terlalu banyak yang ngebenci. Aku juga heran sih, biasanya anak baru itu kan dikerubungin ya, semua berlomba-lomba deket sama anak baru. Nah ini, malah dibully.

Alur yang dipakai di sini maju mundur untuk menceritakan bagaimana kondisi Luna dulu. Dengan sudut pandang orang ketiga, kita jadi tau bagaimana perasaan Luna, apa yang diharapkannya, atau bagaimana yang diinginkan Nawang dan teman-temannya.

Tokoh favoritku adalahh.. Nawang! Duh, Nawang ini cowok yang ijo royo-royo, hutan rimba! Meskipun kadang dia bingung sama perasaannya, kadang nggak jelas juga maunya apa. Tapi dia selalu all out untuk melakukan sesuatu. Untuk deket sama Luna aja dia rela melakukan hal-hal yang menurut temennya aneh. Selain itu, aku juga suka dengan persahabatan Fantastic Five, mereka bener-bener saling support satu sama lain. Kalau salah satu kena masalah, semuanya siap membantu, mau cewek ataupun cowok. Bener-bener supportif banget.

Planet Luna bener-bener heartwarming, ditutup dengan persahabatan yang manis. Tapi untuk para pembaca, ku warning dulu, banyak perisakan yang ada di novel ini, sebaiknya dibaca di saat yang tenang ya. Supaya nggak ketrigger.


From the book...
"Pokoknya, kalau mau punya temen, kamu harus berusaha. Temen itu nggak kayak anak bebek yang bakal ngikutin kita terus seakan-akan kita ini induknya. Mereka juga perlu diperjuangkan." — P. 42
 
"Kalau kamu udah dewasa, Luna, kamu mungkin akan tahu kalau nggak semua impian itu bsia terwujud. jadi terwujud satu aja rasanya udah berharga banget." — P. 131

"Aku pernah baca artikel yang bilang kalo sering kali seseorang tuh di-bully bukan karena telah melakukan kesalah. Orang lain aja yang emang rese dan sok superior di atas orang lain. Kita nggak pernah minta dijahatin, kan? Tapi ada aja orang-orang yang suka jahat sama orang lain." — P. 136

"Sheila harus terus mengingatkannya bahwa pertengkaran adalah hal yang biasa terjadi dalam sebuah pertemanan, terutama ketika ada dua orang atau lebih yang berselisih pendapat, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari itu." — P. 157

"Luna, jadi bagian dari lima ribu bunga mawar itu bukan berarti nggak spesial. Kita cuma belom dikenal orang lain aja. Atau belom 'dijinakkan', kayak yang dibilang buku ini. Kalo udah kenal, pasti jadi spesial." — P. 161

"Lo, tuh, mirip adek gue yang sekarang di Prancis, Lun. Suka insecure. Padahal, nggak ada di dunia ini manusia yang sempurna. Kita merasa kurang karena kelamaan memandang orang lain yang menurut kita lebih beruntung. Kita merasa buruk karena apa yang kita punya nggak sesuai sama ukuran-ukuran yang menurut kita ideal." — P. 205

"Lo harus ngerti kalo semua orang di dunia ini tuh udah dapet porsinya masing-masing. Kalo dibanding-bandingin terus, lo nggak akan pernah puas dengan apa yang lo punya." — P. 206

"Hidup itu nggak cuma soal omongan orang lain tentang kita, atau soal pikiran-pikiran jelek yang ganggu kita setiap hari. Juga bukan soal siapa yang paling beruntung, siapa yang paling sial. Hidup itu juga soal gimana caranya memahami diri kita sendiri dan menerima apa yang Tuhan kasih, as cliche as it sounds." — P. 206

"Kalian, tuh, setara. Nggak ada yang lebih baik dari yang lain. Pola pikir lo itu yang harus diubah. Jangan memandang diri sendiri terlalu kecil karena nyatanya lo nggak sekecil itu. Ya? Bisa, kan?" — P. 236

"Hari itu, Nawang belajar bahwa berbaikan tidak berbanding lurus dengan berteman." — P. 296

"Setelah menjadi orang pertama yan peduli, sekarang Sheila juga menjadi orang pertama yang kembali. Membuktikan hal lain pada Luna, bahwa tidak semua orang yang meninggalkannya akan benar-benar pergi." — P. 336