Tuesday, April 16, 2013

Fake of Love (based on the true story by Yudhistira)



Cerita ini dimulai 4 tahun lalu. Entah kapan tepatnya.  Saat dia nge’add facebook’ku dan mengirimkan chat pertamanya untukku. Namanya Erny, asal Pasuruan. Dia menyapaku, menanyakan nama dan dari mana aku berasal. Semua tampak natural. Seperti kebanyakan orang berkenalan. Tidak ada kesan apapun. Hanya biasa. Hari-hari terlewati seperti hari biasa. Kadang dia muncul, kadang tidak. Aku juga tidak terlalu menghiraukan kehadirannya.
Sampai suatu hari, dimulai setahun lalu, dia mulai intens menghubungiku. Telfon, sms, chating. Segala media dia gunakan. Satu demi satu obrolan dia lempar kepadaku. Dari masalah keluarga, teman, hingga pacar. Semua aku “jabanin”. Waktu santai, makan, bahkan saat UTS juga. Dia mulai nampak asyik dipandanganku. Aku dengarkan, tenangkan, segala keluh yang dia sodorkan kepadaku. Sok-sok’an jadi dewasa gituuuuu... Masa PDKT udah jalan 2 minggu..
Hingga suatu saat Erny mengabariku. Dia ingin bertemu secara langsung. Sepulang kuliahku, dia datang ke Probolinggo. Oke deal, kita ketemu. Aku jemput dia di terminal. Saat baru nyampe diterminal, pandanganku langsung tertuju kepada satu orang. Yap, dia Erny. Seakan-akan Cuma dia orang yang ada di terminal itu. Kami bertemu. Sedikit berkeliling kota, makan. Pemberhentian terakhirnya adalah pelabuhan. Entah kenapa dia minta ke pelabuhan -_-. Selalu ada sesi curhat. Kali itu dia curhat mengenai mantan pacarnya. Faris.
Segera setelah Erny pulang, hubungan kami semakin dekat. Dekat. Dekat. Hingga hari dimana dimomen dia menyatakan “I Love You kak”, “Aku Sayang Kamu”. Seketika kembang api meluncur ke angkasa, meletup-letup indah di antara awan cerah. Dengan backsong “We Are the Champions”. Wiiiiiii ar tee cempieensss, ma freeeeeennssss. Menari, melambaikan tangan ke arah penonton, seakan mendapatkan thropy Liga Champions. Erny menganggapku sebagai lelaki dewasa yang sanggup mententramkan hidupnya. Dan tanggal 20 Maret akan kami ingat untuk Anniversary tahun depan.
Tak lama setelah jadian, aku main ke rumahnya. Bertemu dengan orang tua, kakak dan kembarannya, Erna. Hari demi hari kami lalui dengan indah, manis. Hingga aku diterima baik oleh keluarganya. Bahkan sang mama berpesan kepada Erny, “nduk, jangan sampe kamu sakiti pacarmu itu”.
Hingga suatu hari, masalah ini datang. Faris. Yep si mantan. Mantan yang belum move on, pasti akan jadi hama. Kebetulan waktu itu aku ngecheck facebooknya Erny. Faris menghubungi Erny lewat chat facebook. Pada intinya, Faris merasa sakit hati, nggak terima, nggak suka kalo Erny jalan sama cowok lain dan masih sayang ke Erny. Dan jawaban Erny yang singkat namun sungguh luar biasa, telah menghancurkan seluruh kepercayaan yang selama ini aku berikan ke dia. Anda tau pemirsa apa jawaban Erny? Dia menjawab “Aku juga ngerasain hal yang sama”. Nilai seratus buat anda yang menebak dengan benar.
Sontak saja aku terbakar amarah, tak percaya, orang yang aku sayangi tega melakukan hal itu. Langsung saja masalah ini aku bicarakan dengan Erny. Namun dia menanggapi masalah ini dengan enteng. Dia hanya bilang bahwa dia tidak lagi sayang terhadap Faris. Sebuah statement yang tidak mungkin aku percayai begitu saja.
Satu hari, dua hari kami masih saja bertengkar soal masalah itu. Telfon nggak diangkat, sms nggak dibales. Satu hari penuh ada berdiam diri dirumah penuh kegilaan dan amarah menunggu kabar dari dia. Keesokan harinya baru aku tau kalau Erny pergi ke Bromo dengan Erna dan teman-teman lelakinya. Bersenang-senang menikmati alam. Sedangkan aku disini terpuruk di titik nol kehidupanku. Titik nol kesabaranku. Hingga aku mengambil satu keputusan, “Erny, kita putus”,”kamu nggak serius”. Lalu entah kemana perginya baterai dan casing HP yang kulempar ke lantai tadi. Kali ini aku terpuruk di titik -1 kehidupanku.
Agak lama berselang, Erny menghubungiku. Erny meminta maaf. Dia nggak bermaksud seperti itu. Tapi dari apa yang aku dapatkan, aku cukup pasti untuk menghakimi Erny, bahwa Erny belum move on dari Faris. Tapi logikaku tertimbun oleh cintaku yang besar terhadap Erny. Aku memaafkan Erny dan dia memintaku untuk menjadi pacarnya lagi. Aku terima dia lagi.
Keesokan harinya, semua tampak baik-baik saja. Harmonis, tertawa, mencinta lagi. Hari-hari kami indah seperti sedia kala. Erny main ke rumahku. Tapi kali ini dia nggak mau keman-mana. Hanya dirumah saja denganku. Nggak mau makan. Hanya menghabiskan hari itu denganku.
Dan saat matahari mulai condong tenggelam di peristirahatannya. Aku mengantar Erny pulang ke Pasuruan. Aku nggak mau hanya mengantarnya ke terminal Probolinggo. Aku ingin memastikan bahwa dia aman sampai di rumah. Tak kehilangan sehelai rambut pun. Tak kehilangan secuil kulit mati pun. Dan kami terpisah kembali oleh jarak.
Hingga saat hari ini muncul. hari dimana Faris kembali muncul. mucul di facebook Erny dengan kata-kata kasar. Aku sadar ada yang salah antara mereka berdua. Tapi Erny nggak mau berterus terang kepadaku. Dia tidak ingin aku ikut campur dengan masalah pribadinya. Tapi ini lain. Ini Faris. Orang yang menjadi nomor satu di blacklist milikku.
Karena erny idak memberiku jawaban pasti, maka aku tanyakan langsung ke faris. Dengan bahasa yang sopan sesopan budak berbicara kepada tuan tanah, aku bertanya:
(chat facebook)
Aku:   maaf sebelumnya. Maksud  sampeyan ngomong kasar ke pacarku Erny? Nggak bisa ngomong yang biasa aja?
Faris:          ndak usah ikut-ikut kon. Aku ndak ada urusan mbek kon
Aku:   sampeyan biasa ae kalo ngomong. Kenapa kalo aku ikut-ikut masalah yang menyangkut pacarku? ndak trima?
Faris: loh sungguhan.
Aku:   apanya yang sungguhan. Saya ini tanya baik-baik. Sampeyan yang aturan kalo ngomong sama orang.
(dan dia nggak bales lagi) (pengecut)
Tak lama kemudian, Erny mengetahui percakapanku dengan Faris. Apa yang aku dapatkan setelah ini  sungguh diluar pemikiran normalku. Erny malah membela faris. Erny marah terhadapku. Erny bilang aku terlalu ikut campur masalah pribadinya. “emangnya aku harus diam aja kalo ada cowok lain yang mengkasari pacarku?”. Tapi tetap saja Erny terus membela faris, si mantan yang dulu nyakitin erny. Dan aku yang notabene adalah pacarnya sendiri, malah menjadi orang yang disalahkan dalam masalah ini. Sungguh sebuah sikap yang nggak bisa aku cerna dari erny. Sikap yang tidak selayaknya ditunjukkan terhadap pacarnya sendiri. Habis-habisan dibelanya si mantan itu.
          Bahkan erny terus bersikap aneh, diantaranya:
1.     Pembatasan ketemuan, sebulan cuma boleh ketemu 1 kali. (ciamik banget)
2.    Erny bilang nggak mau pacaran dulu. (trus gue dianggep patung lilin Madam Tussaeu gitu?)
3.    Dan lain-lain yang nggak pantes untuk diceritakan.
          Akhirnya aku nggak tahan dengan masalah ini, hari itu juga, jam 6 sore aku berangkat ke Pasuruan, ke rumahnya, dengan mengendarai motorku yang setengah ngadat minta diservis, demi menyelesaikan masalah ini dengan jelas. Baru juga 5 menit di jalan, hujan deras memandikanku dalam perjalanan ke pasuruan. Basah kuyup? Pasti. Tapi demi Erny aku terima air surga malam itu.
          Selang sejam kemudian aku sampai di rumah Erny. Cium tangan orang tuanya, serasa udah jadi calon mantu kesayangan. Kami duduk berdua, membahas masalah “Si Mantan”. Silat lidah udah kayak Bruce Lee versus Jackie Chan, Tapi tetap saja Erny bungkam dengan seribu alasan, nggak mau cerita ada masalah apa sebenarnya. Oke aku nggak maksa dia lagi untuk cerita. Aku meminta maaf lalu pamitan pulang dengan masalah di dada yang masih menggantung nggak jelas. Baru sekitar 7 menit di jalan hujan lagi -_- lak apes banget sih hari ini. Hujan terus mengguyur sampe setibaku di teras rumah. Oke hari ini fix jadi “bad day of the month”.
          Dengan tingkat kebasahan tubuhku yang mencapai level 10, aku mencapai 1 kesimpulan  bahwa Erny bukan hanya belum move on dari faris, tapi Erny “mencoba” move on  dengan menjadikanku pijakan tempatnya bersandar. Menjadikanku keset buat membersihkan kotoran cintanya bersama faris. Menjadikanku sebagai pundak yang bisa mententramkan hatinya, hidupnya.
Tapi aku hanya manusia yang berhati lemah. Nggak bisa menerima begitu saja mengetahui pacarnya melakukan sebuah ritual kejujuran di chat facebook terhadap mantannya. Bahwa mereka masih saling memiliki rasa.
Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri kisah “manis” ini.
If you lose interest in me, there’s no reason for me to stick around.
Kita putus.

                                                                   R.I.P
     14 April 2013

1 comment: