Wednesday, November 3, 2021

[Review] A Wedding Come True

 

A Wedding Come True

Ika Vihara

Elex Media Komputindo

380 Halaman

"Jangan takut meminta bantuan kepada siapa saja. Meminta bantuan bukan menunjukkan kamu lemah. Tapi menunjukkan kamu berani. Berani mengakui bahwa kamu bukan manusia super. Berani memperlihatkan kepada semua orang bahwa kamu bersedia melakukan apa saja demi kebahagiaanmu bersama Kaisla."

 
B L U R B
 
Sejak menulis surat cinta di bangku SMA hingga meraih dua gelar doktor, Alesha Maira Hakkinen tidak bisa membayangkan masa depan tanpa Elmar Kalrsson di dalanya. Banyak tahun mereka lalui sebagai sahabat dan kekasih. Namun, bukannya bersama di pelaminan, hubungan mereka justru kandas karena Elmar memilih wanita lain.
 
Belum hilang semua perih dan kecewa yang dirasakan Alesha, dia mendengar rumah tangga Elmar berakhir dengan tragis. Secara tiba-tiba, Ibu Elmar—yang disayangi Alesha layaknya ibu sendiri—menyampaikan permintaan terakhir. Alesha tidak sampai hati untuk menolaknya.

Tidak ada lagi tempat bagi wanita dalam hidup Elmar. Kecuali untuk putri kecilnya dan ibundanya yang tengah sakit keras. Demi membahagiakan ibunya, Elmar mencoba untuk memercayai pernikahan sekali lagi. Pernikahan berlandaskan persahabatan, Elmar menekankan, harus berjalan lebih baik daripada pernikahan sebelumnya.

Bagi Alesha, pernikahan yang dulu hanya ada dalam angan, kini menjadi kenyataan. Tetapi itu saja tidak cukup. Alesha menginginkan cinta dalam pernikahan mereka. Mungkinkah Alesha bisa mendapatkannya? Atau Alesha harus patah hati utnuk kedua kali, di tangan laki-laki yang sama?

- - - - - - - - - 

Alesha Maira Hakkinen, sebagian orang pasti menginginkan posisinya. Gimana enggak? Hidupnya bisa dibilang sesuai dengan keinginannya, pintar, ya meskipun untuk hubungan asmara, nggak begitu baik. Ditinggal menikah oleh mantan sekaligus sahabatnya, Elmar. Menyesakkan kan? Tapi sekarang, mantannya ini malah minta tolong sama dia supaya membantu menghilangkan trauma yang dialami anaknya. Menyesakkan? Tentu saja, tapi sebagai konselor, Alesha juga tak sampai hati melihat putri Elmar mengalami trauma berkepanjangan.
"Setiap orang akan bertemu jodohnya, tidak perlu tergesa-gesa. Semua ada waktunya. Prosesnya tidak bisa dicepatkan atau dilambatkan sesuka hati kita." P. 67
Elmar Kalrsson, cowok yang menjadi sahabat sekaligus mantan pacar Alesha. Statusnya sudah menikah, bahkan punya anak. Baru saja istrinya meninggalkan dirinya dan Kaisla, anaknya, dengan cara yang tidak wajar. Saat ini fokusnya hanya menyelesaikan trauma pada dirinya dan Kaisla. Ah, tentu saja ibunya. Ibunya ternyata memiliki penyakit yang membutuhkan penyembuhan serius.

Permintaan Ibu Elmar cukup membuat Alesha menimbang-nimbang jawaban, apakah dia akan memberikan iya atau tidak. Hal ini tentu saja cukup menyulitkannya, apakah dia akan memilih masa lalunya, ataukah menjalani hidupnya bersama orang lain yang entah siapa, karena selama ini standart yang digunakan untuk melihat laki-laki lain adalah Elmar, dan sejauh dia menemukan laki-laki, tidak pernah ada yang standartnya seperti Elmar.


R E V I E W

Jujur aja, ini adalah perkenalan perdanaku dengan karya kak Ika, padahal aku follow akunnya sejak lama, dan mengikuti setiap buku yang diterbitkannya. Tapi aku malah belum pernah baca sama sekali. Hehe..

Siapa yang selalu membaca sejak Ucapan Terima Kasih di novel? Mungkin nggak banyak ya. Tapi aku adalah salah satunya. Entah kenapa, kalo baca di Ucapan Terima Kasih tuh berasa kayak ikutan diterimakasihin sama penulisnya. Mueheheh. Waktu awal baca, aku tuh berasa udah dapet pengetahuan yang banyak, apalagi masalah kesehatan mental.

Oke, aku mulai untuk mengulas bukunya. Sejak awal, begitu kenalan sama Elmar dan Alesha, aku cukup kaget ketika tau Elmar menikah bukan dengan Alesha. Karena mereka udah kenal lama, pacaran lama, dan nikahnya bukan sama dia? Jagain jodoh orang dong jatuhnya? Tapi, waktu tau istrinya Elmar bunuh diri, aku merasa ada yang aneh dengan hubungan mereka. Kayak ganjil gitu deh, dan setelah baca sampai akhir, tebakanku bener dong!

Cukup suka dengan novel ini, karena selain membahas kesehatan mental, tapi juga membahas bagaimana hubungan suami istri yang baik, nggak melulu hanya masalah ranjang, tapi masalah kepercayaan, bagaimana masa lalu pasangan. Meskipun untuk masa lalu pasangan ini masih pro kontra ya. Karena ada yang bilang, kalau masa lalu pasangan, ya cukup berhenti di masa lalu, nggak perlu dishare. Padahal menurutku, pasangan ya tetep harus tau, gimana masa lalu kita, hal yang membentuk kita sampai jadi versi terbaik kita saat ini. Toh, kalau mendengar cerita dari orang lain juga nggak enak kan?

Jujur aja, aku cukup gemes sama Elmar, dia ini modelnya kayak Papaku banget. Parnoan dan nggak gampang percaya sama orang, apalagi kalau udah sekali dikecewain, buset, cara balikinnya susahhhhh banget. Dan ini yang terjadi sama Elmar-Alesha, Alesha melakukan kesalahan, dan Elmar langsung marah banget. Dari sudut pandangku, iya bener memang, Alesha salah, tapi dia juga seharusnya mendengarkan dulu cerita dari sisi Alesha. Nggak menyalahkan Elmar juga sih, soalnya dia punya trauma juga.
 
Alesha adalah tokoh yang aku suka. Independen, dan tau valuenya. Dia tau apa yang dimau dan pas sama dia. Nggak mau merendahkan diri, biar cowok mau dekat sama dia, atau minimal, biar cowoknya nggak keder kalau sama dia, karena pendidikan Alesha yang cukup tinggi. Apalagi di umur yang sudah matang dan lagi dikejar-kejar "kapan nikah". 

Untuk konfliknya sendiri, menurutku cukup rumit. Berhadapan dengan masalah mental itu nggak gampang kan? Selain itu juga yang dibahas kompleks. Nggak hanya Elmar-Alesha, tapi juga masa lalu mereka, dan keluarga mereka.

Overall, aku cukup puas sih. Aku juga berencana untuk membaca buku kak Ika yang lain. Hihi..


Quote from Book :
"Cintailah dirimu sebagaimana dirimu berhak dicintai. Jangan terlalu keras menghukum diri jika melakukan kesalahan atau menemui kegagalan. Beri selamat atau penghargaan kepada dirimu, sekecil apa pun pencapaian yang kamu raih hari ini. Memang pada akhir hari, ketika kamu kembali ke rumah, kamu akan bertemu kembali dengan orang-orang yang emncintaimu dan emmbuatmu bahagia. Tetapi, bukankah lebih baik jika salah satu dari orang tersebut adalah dirimu sendiri?" P. IX

"Jangan pernah merasa tertekan, sebab itu hanya akan menggerogoti kebahagiaan kita." P. 12

"Kamu nggak sendirian, Elmar. Jangan takut meminta bantuan kepada siapa saja. Meminta bantuan bukan menunjukkan kamu lemah. Tapi menunjukkan kamu berani. Berani mengakui bahwa kamu bukan manusia super. Berani memperlihatkan kepada semua orang bahwa kamu bersedia melakukan apa saja demi kebahagiaanmu bersama Kaisla." P. 30

"Ada luka yang tidak pernah bisa kita lihat, bahkan tidak kita sadari, sebabnya letaknya jauh sekali di dalam tubuh kita. Tidak akan ada alat yang bisa digunakan untuk menjangkaunya. Untuk menyembuhkannya, Hanya pengertian dan cinta yang bisa mengobati." P. 43

"Pertanyaan besarnya adalah, kenapa manusia tidak ingat untuk mencintai diri sendiri lebih dulu? Kenapa kita tidak melakukan segala cara untuk membuat diri sendiri bahagia? Tidak menjadikan kesehatan mental kita sebagai prioritas utama? Bukankah diri kita adalah orang yang paling layak dicintai dan dibahagiakan, oleh diri kita sendiri?" P. 46

"Setiap orang akan bertemu jodohnya, tidak perlu tergesa-gesa. Semua ada waktunya. Prosesnya tidak bisa dicepatkan atau dilambatkan sesuka hati kita." P. 67

"Banyak orang bekerja hingga lupa waktu dengan alasan demi keluarga. Tidak mau disalahkan karena keluarga perlu biaya. Tapi harus diingat, keluarga kita lebih membutuhkan kehadiran kita. Untuk apa kamu menjadi pengusaha terbaik, dicari banyak orang, sementara anak-anakmu jarang bertemu dengan ayahnya?" P. 85

"Semua akan baik-baik saja selama ada ibu di belakang kita." P. 109

"Cinta tidak berakhir semudah itu. Hanya karena orang yang kamu cintai pernah membuat keputusan yang tidak menguntungkan bagimu. Mungkin kamu semakin waspada, semakin hati-hati ketika memberinya kesempatan kedua. Tetapi cinta sejati selalu menang pada akhirnya." P. 159 to 160

No comments:

Post a Comment