Thursday, May 12, 2022

[REVIEW] Wedding Festival

Wedding Festival

Sekar Aruna

338 Halaman

Elex Media Komputindo

"Seorang wanita itu dinilai bukan cuma cantik saja. Percuma cantik kalau otaknya enggak jalan."


B L U R B

Salah satu alasan Swastika Nareswari resign dari pekerjaannya adalah perbedaan cara pandangnya dalam urusan pekerjaan dengan Javas Maheswara, sang pimpinan. Tak hanya itu, sikap Javas yang kerap menguji kesabaran Swastika semakin memantapkan hatinya lepas dari tindak dan semena-mena sang pimpinan.

Suatu hari, sebuah pameran pernikahan 'Wedding Festival' mempertemukan keduanya. Javas dan tunangannya sedang hunting mengenai konsep pernikahan mereka dikejutkan oleh penampakan Swastika yang sedang mencoba gaun pengantin berwarna hijau toska. Pertemuan itu tak hanya menjadi awal perdebatan Swastika dan Javas memaknai kehidupan, tapi juga tentang bagaimana seorang perempuan mempertahankan prinsipnya ketika seorang pria yang telah bertunangan mengusik kehidupannya.

- - - - - - - - -

Swastika Nareswari, seorang manajer accounting yang suka 'dikerjain' secara nggak langsung sama bosnya, Javas Maheswara. Di kantor, mereka berdua udah kayak Tom and Jerry yang selalu berantem kalau ketemu. Bahkan Tika—panggilan Swastika—nggak jarang menunjukkan bahwa dia memang nggak suka banget sama di Javas ini.

Bagi Tika, pekerjaan yang dikasih sama Javas ini seringkali nggak masuk akal. Bukan ranah pekerjaannya, tapi Javas seenaknya ngelemparin ke dia. Udah kayak kerja serabutan aja si Tika nih. Jabatannya aja yang manajer, kerjaannya mah suka-suka Javas. Karena inilah, akhirnya Tika mulai ambil ancang-ancang untuk resign dan mulai cari kerjaan di tempat lain yang lebih 'manusiawi' bosnya.
"Aku enggak suka kalau kamu terlalu benci sama mantan bos kamu. Bisa jadi timbul perasaan baru yang mengkhawatirkan. Cinta." P. 89
Akhirnya, Tika mendapat pekerjaan, dengan jabatan yang sama di perusahaan lain. Keluarnya Tika dari perusahaan Javas ini tidak membuat Javas berhenti mengganggu Tika. Ada kalanya, Javas mendadak mengirimkan makanan untuk Tika, atau mendadak muncul di rumah Tika.

Di kantor barunya, Tika memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Radev, HRD sekaligus orang yang mengajak Tika untuk masuk ke perusahaan tersebut. Pertemuan mereka awalnya cukup unik, dan langsung sat set wet wet. Nggak pakai banyak basa-basi busuk gitulah. Radev ini keliahatan banget suka sama Tika. Nggak hanya diperlihatkan dari caranya berkata-kata, tapi juga dengan caranya memperlakukan Tika. Gesturenya itu kelihatan banget! Sayangnya, Tika ini nggak peka dengan hal ini.

Acara Wedding Festival yang didatangi Tika ternyata sedikit banyak membawa bencana baginya. Karena ada Javas di sana, dan dengan seenaknya membuat mereka seolah-olah memang pasangan yang merencanakan pernikahan. Ternyata, ada alasan tersembunyi dibalik penolakan yang Tika lakukan baik ke Radev ataupun Javas. Menarik banget ini.

Di awal waktu baca novel ini, jujur aku udah gemes banget sama Tika. Karena dia ini vokal banget anaknya. Kalau nggak suka sama tingkahnya Javas, dia tuh langsung blak-blakan aja ngomong kalau nggak suka. Yaa.. meskipun seringnya kena omongan telak dari Javas. Selain itu, dia ini agak lemot ya menurutku. Apalagi kalo ngbahas urusan perasaan. Padahal, Javas itu keliatan banget dari gesturenya, caranya ngedeketin, bahkan sampai ke cara ngomongnya.

Cuma ya emang Javas ni agak kurang ajar sih menurutku. Karena statusnya dia kan masih tunangan orang ya, tapi suka banget tebar pesona tipis-tipis ke Tika. Untung Tika juga pinter, ditebas habis pesonanya. 

Sementara Radev, nggak tau kenapa, dia ini cowok yang terlalu inisiatif. Inisiatif bawa Tika ke rumahnya, dikenalin ke ortunya, tapi agak cringe jatuhnya. Soalnya kan Tika nggak menunjukkan interest yang sama ke Radev. Kadang dia juga sedikit pemaksa. Heran banget dah sama cowok begini.

Sepanjang baca buku ini tuh aku dibuat ketawa terus sama tingkahnya Tika-Javas. Bener-bener menghibur deh. Apalagi kalo Tika udah mulai nolakin Javas. Tapi cara Javas merayu Tika, membuat Tika akhirnya luluh ini bener-bener patut diacungi jempol sih.


From this book...
"Kasih tahu saya isi hati kamu, Tika. Jangan sampai mulutmu bilang tidak, tapi hatimu sebaliknya. saya tidak ingin suatu hari nanti malah kamu yang mengejar saya akibat gengsimu hari ini. Cukup saya saja yang lelah, kamu jangan." P. 218

"Kana, jaga bicara kamu. Seorang wanita itu dinilai bukan cuma cantik saja. Percuma cantik kalau otaknya enggak jalan. Kamu tahu enggak Swastika ini manajer, loh. Sudah pasti cerdas, smart, pintar. Kamu lihat enggak sih, dia itu imut banget. Sudah jelas kalau Swastika ini paket lengkap. Antara otak dan penampilannya berjalan seimbang." P. 246

No comments:

Post a Comment