Friday, July 22, 2022

[REVIEW] Keep Up With Us!

Keep Up With Us!

G. Dani

Elex Media Komputindo

310 Halaman

"Saya nggak punya alasan untuk suka sama seseorang, Pak. Tapi kalau memang harus ada alasannya, karena Gita keras kepala, punya harga diri tinggi, dan punya prinsip yang keras meskipun orangnya lembut. Saya mau anak-anak saya dididik oleh perempuan seperti itu."


B L U R B

Menjadi anak tengah itu tandanya harus mau mengalah seumur hidup. Entah mengalah sama si Bungsu, atau bersabar kalau dibanding-bandingkan sama si Sulung yang superior. Namun, apa iya harus mengalah juga soal jodoh?

Acara buka puasa bersama di rumah mendadak canggung, saat si Tengah mengenalkan sang pacar pada keluargany. Gilang si Tengah, kesal saat mengetahui bahwa Gita ternyata sudah kenal duluan dengan si Sulung, Gara. Yang bikin gawat, orangtua Gita sangat berharap agar Gara menjadi menantu mereka. Nggak heran juga, karena si Tengah sadar kalau si Sulung akan selalu dianggap lebih baik dari dirinya.

Ironisnya, sejak malam itu pula, Gara justru lebih terbuka pada Gita dibanding keluarganya sendiri. Dan sekarang, satu-satunya orang yang tahu rahasia Gara adalah Gita.

Apakah hubungan si Tengah dan gadisnya akan baik-baik saja? Kapan si Tengah akan berhenti merasa rendah diri? Mungkinkah si Sulung akan menyimpan rahasia dari keluarganya selamanya?

- - - - - - - - 

Mari berkenalan dengan keluarga Pak Gesang, keturunan Jawa yang merantau di Sunda. Pak Gesang ini tipikal bapak-bapak yang nggak mau kalah modern sama anaknya, mengikuti perkembangan jaman banget. Lha wong anaknya aja sampe dipanggil Brader and Sister. Nggak kurang keren apalagi ya kan? Di dalam keluarganya, ada Bu Gendhis, pemilik tahta tertinggi setelah Pak Gesang. Aja juga Gemuruh Ranusegara alias Gara—si anak pertama, Gemilang Mahameru alias Gilang—si anak tengah, dan Gemintang Senjalangit alias Gegem—pemilik tahta tertinggi setelah Bu Gendhis.

Gemuruh Ranusegara alias Gara, anak pertama ini kan biasanya panutan banget tuh, contoh lah buat adik-adiknya. Dan, Gara ini adalah panutan yang bagus banget! Nggak cuma baik jadi sosok kakak, tapi dia juga anak yang bisa diandalkan orang tuanya. Apalagi dengan pembawaannya yang tenang dan kalem. Siapa sih yang nggak mau anaknya kayak begini? Ya meskipun dia agak tertutup dan nggak terlalu banyak cerita ke orang tua ataupun saudaranya, selain itu, menurutku Gara ini terlalu lama mengambil keputusan! Jadi gemes banget deh!

Kalau Gilang, sedikit banyak posisinya dia ini nggak menguntungkan! Tau sendiri kan, gimana anak tengah diperlakukan? Dianggep ada aja masih untung! Tapi kalau di keluarga Pak Gesang ini dia tetap dianggap, hanya saja, dianggap kurang berkompeten lah, belum lagi pembawaan Gilang yang cengengesan, bikin dia semakin dianggep bercanda terus. Di sisi lain, Gilang ini punya circle yang seru banget lho! Mereka bahkan punya nama geng karena kesukaan mereka terhadap salah satu karakter super hero terkenal.

Yang terakhir adalah Gegem, cewek menggemaskan ini termasuk anak kesayangan Pak Gesang dan Bu Gendhis. Dia cukup dekat juga dengan Gilang. Mungkin karena perbedaan umur mereka nggak terlalu jauh, dan saat ini, Gilang yang selalu ada di rumah, sementara Gara bekerja di luar kota.

Berawal dari buka puasa bersama yang diadakan di rumah Gilang, di mana Gilang saat itu membawa serta Gita, pacarnya. Nggak ada masalah berarti, karena Gita mudah membaur dengan keluarga Gilang. Yang bikin kaget adalah... Gita ternyata sudah kenal lebih dulu dengan Gara. Ini yang bikin Gilang ketar-ketir! Gimana enggak? Yang kenal duluan adalah Gara, cowok yang di mata cewek-cewek sempurna. Apalagi, keluarganya Gita udah kenal juga sama Gara. Makin pusing lah Gilang.

Nggak hanya menceritakan tentang 5G atau keluarganya Gilang aja, tapi juga membahas tentang persahabatan Gilang, masalah percintaannya, dan juga percintaan Gara. Meskipun Gilang terlihat cengengesan dan banyak bercanda, dia nggak pernah main-main dengan hubungannya dengan Gita. Bahkan dia mau berusaha keras, supaya kedua orang tua Gita mau menerimanya, walaupun secara kedewasaan, dia nggak sedewasa Gara, masih belum.
"Kalo Bapak sekarang, sing penting kamu cocok, nyaman. Yang ngejalanin nanti kan kalian. Mau dari suku apa aja, toh sama-sama orang Indonesia. Semua orang sama, Le, yang penting hatinya baik." P. 209
Kehidupan percintaan Gara bisa dibilang standart aja. Habisnya dia bukan tipe cowok yang suka mengeksplor hubungan, atau punya pasangan. Yaaa.. Dulunya pernah punya, tapi habis itu nggak lagi. Jujur, aku gemes banget sama Gara ini. Nggak sat set. Gara terlalu ngang ngong untuk aku yang gercep!

Dalam perjalanannya, namanya persahabatan, pasti ada masalahnya, entah karena keisengan yang nggak bisa diterima orang lain, bisa juga karena beda pendapat, atau beda bahasa! Karena di circle Gilang ini, nggak hanya beda bahasa yang dipakai, tapi mereka juga beda suku. Jadi setiap orang akan membawa bahasa dan kebiasaan mereka, yang belum tentu bisa diterima orang lain. Yang aku suka, novel ini berhasil menyatukan mereka semua.

Meskipun ada masalah dalam persahabatan mereka, mereka perlahan menyadari kesalahan mereka, dan mau mengakui bahwa mereka salah. Duh! Jadi ngingetin aku di masa-masa sekolah-kuliah. Huhu.. Kangen banget! Biasanya habis debat kusir nggak jelas, nggak lama baikan lagi. Mana yang dipikirin cuma tugas sama ujian aja. Kehidupan beneran kan nggak seenteng itu.

Selain itu, di sini juga banyak mengangkat masalah kehidupan yang kadang orang sering ikut campur. Entah perkara hidup, atau perkara cinta. Pandangan orang tua juga cukup diperhitungkan. Bagaimana mereka melihat upaya seorang cowok untuk mendapatkan anak perempuannya. Berasa paket lengkap banget baca Keep Up With Us! ini.


From the Book...
"Terkadang rasa sayang yang berlebihan itu justru akan membunuhmu pelan-pelan. Perasaan itu bagaikan butiran pasir, semakin erat kau genggam, ia akan luruh dan menghilang. Semakin terbuka tanganmu, justru ia akan tetap bertahan." P. 66

"Orang pintar itu selalu, dan akan kalah dengan orang beruntung." P. 85

"Saya nggak punya alasan untuk suka sama seseorang, Pak. Tapi kalau memang harus ada alasannya, karena Gita keras kepala, punya harga diri tinggi, dan punya prinsip yang keras meskipun orangnya lembut. Saya mau anak-anak saya dididik oleh perempuan seperti itu." P. 122

"Aku kan nggak nikahin orang karena ganteng doang, Gilang. Aku nggak mau hubunganku terpaku sama fisik karena suatu saat akan sirna." P. 230

"Ya karena kita cocok, saling melengkapi, Gita, udah alasannya itu aja. Aku nyaman sama kamu. Aku begini, banyakan kurangnya daripada lebihnya, tapi kamu menerima aku. Kamu nggak pernah mencoba untuk kompromi soal prinsip-prinsip yang kamu pegang, tapi kamu bisa bikin aku respek keputusan kamu. Kamu tahu apa yang kamu mau, smart banget, dan aku kagum sama kamu. Walaupun keras kepalanya kamu kadang bikin puyeng, tapi aku tahu itu kamu lakuin demi kebaikan kita. That's it, Git, I can't ask for a better partner..." P. 231

"Masa depan memang tak ada yang tahu, tapi biar saja begini dulu. Biar serat memori mereka merekam baik-baik rasa dan rupa yang mereka alami hari ini." P. 255

"Manusia rata-rata tidak punya media untuk menyalurkan emosi. Padahal, menjerit bisa membebaskan sel-sel penyebab stres dalam tubuh." P. 273

"Tapi yang Bang Sop omongin bener sih ... dari sisi orangtua juga mungkin cuma mau yang terbaik buat anaknya. Masalahnya susah, sih, kalau orangtua udah keras kepala, sedangkan zaman udah semodern ini, dan banyak kok contohnya yang menikah beda suku, masih bahagia!" P. 284

No comments:

Post a Comment