Sunday, December 4, 2022

[REVIEW] Loveconomics

 

Loveconomics

Mosaicrile

16 Parts on Cabaca - Ending

"Kenapa mempertahankan sebuah hubungan kayak dikhususkan buat pasangan yang sudah nikah saja? Memangnya kalau masih pacaran, seseorang nggak perlu berusaha mempertahankan hubungan mereka?"

 
B L U R B
 

Orang bilang, "Fake it till you make it."

Jadi, laporan kebohongan gue tentang pencapaian dalam urusan percintaan dan karier mengalir begitu saja di acara reunian. Akan tetapi, bukannya berusaha menjadikan dusta itu kenyataan, masalah hidup gue makin runyam bagaikan deretan utang yang mengantre dilunasi. Persoalan itu bikin impian buat jadi eksmud sukses di kota metropolitan ini makin nggak bergerak-gerak padahal umur jalan terus.

Gue bingung mengapa seorang pria tampan mau menemani gue malam itu di luar bangunan kelab, padahal wajah gue kusut masai habis dikerjai nasib. Penampilan yang flamboyan serta profesinya sebagai Agency Director di perusahaan jasa keuangan terkemuka, menimbulkan kesangsian sewaktu dia menyatakan niatnya yang ingin menyelamatkan gue dari kerusuhan hidup.

Heran. Dia selalu bisa menemukan gue, bahkan di saat gue nggak ingin ditemukan.

- - - - - - - - -
 
Jadi, setelah lulus dari kuliah, harapannya kan dapet pekerjaan di tempat yang enak, gaji yang lumayan. Semakin lengkap, kalau sudah punya pasangan. Pasangan yang baik, nggak toxic, suportif. Awalnya, Nomi memiliki semua ini. Pekerjaan sebagai staf akuntan di salah satu perusahaan yang cukup terkenal, punya pacar yang suportif dan menyayanginya. Bagi Nomi, ini sudah cukup.

Reunian di salah satu kelab, membuat Nomi kembali mempertanyakan semuanya. Apalagi dia mendadak diPHK dari kantornya bekerja. Yang Nomi punya hanyalah Aksen–pacarnya. Satu pertanyaan dan jawaban kebohongan yang kemudian membuat Nomi semakin mempertanyakan tentang hubungannya yang masih jalan di tempat.
"Semua akan baik-baik saja. Seandainya kamu perlu waktu yang sangat lama untuk pulih, atau kamu jatuh berulang kali supaya bisa kembali berdiri, yang perlu kamu ingat adalah kamu nggak sendirian. Saya nggak akan meninggalkan kamu."
Pertemuan pertamanya dengan Nomi cukup membuat Eko terkesan. Meskipun hanya di lataran kelab, Nomi yang cukup berantakan, tapi bagi Eko, hal ini cukup membekas.

Bekerja sebagai agen asuransi, membuat Eko juga bisa menyelam dan mengenal lawan bicaranya, termasuk Nomi. Dalam pertemuan kedua mereka, Eko sangat ingin membantu Nomi dengan cara apapun. Tapi Nomi selalu menghentikannya. Tidak ingin ada utang di antara mereka. Nyatanya, dalam beberapa kali kejadian, hanya Eko yang bisa membantu Nomi melewatinya. Jadi, siapa yang akan Nomi pilih? Aksen yang selalu ada semenjak kuliah, atau Eko yang selalu membantunya?

Pilihan yang tentu sulit. Menjalani hubungan bertahun-tahun pasti ada yang membekas. Entah memorinya, cara mantan memperlakukan kita, bahkan sampai kesalahan yang dilakukannya, tapi sengaja kita abaikan karena alasan sayang. Sama kayak Nomi, beberapa kejelekan Aksen sebenernya udah kelihatan. Istilahnya udah red flag banget! Tapi Nomi masih berusaha mikir kayak, "Enggak lah, itu cuma pemikiranku aja."
 
Baca novel ini, jujur aja pas awal tuh lumayan bingung, karena kejadiannya mundur. Tapi setelah baca beberapa bab, aku mulai paham dengan alurnya. Menurutku, ini novel dengan paket lengkap. Semuanya ada.

Nggak hanya membahas hubungan percintaan Nomi aja, atau ngebahas kebingungannya Nomi waktu nggak ada kerjaan, tapi juga membahas tentang keluarga. Ini heartwarming sekali buatku. Cerita tentang keluarganya nggak mendetail, tapi menyentuh. Tapi ada yang bikin aku cukup heran. Hubungan Nomi dengan kedua orang tuanya bisa dibilang sangat baik, Nomi juga terbuka ketika ada masalah di kantor, penyebabnya diPHK, tapi kenapa Nomi nggak bisa menyampaikan apa yang ada di kepalanya ke Aksen.

Untuk karakternya, juwarak semua buatku. Kak Jo kalo nulis, totalitas banget! Semua karakternya tuh punya latar belakang yang menyebabkan mereka sampai di titik yang sekarang, cara mengambil keputusan, cara berpikirnya juga. Jujur, yang paling aku suka tuh Eko. Sifatnya dia tuh kalem banget, cara ngomongnya juga halus banget. Haduh, Eko nih beneran ada di dunia nyata nggak sih? Kayak too good to be true.
 
Nah, kalau karakter yang makan ati, cuma Aksen! Dia ini cowok yang nganggep bahwa dunit itu berputar, dan porosnya tuh sama dia. Jadi semua perhatian harus ke dia. Sejak awal baca, aku tuh udah ngerasa, ada yang salah sama Aksen, pengen banget ngasih tau Nomi kalo dia tuh harus menjauh dari Aksen. Ngeliat Aksen nih, udah kayak ngeliat temenku yang pacarnya super posesif nggak jelas dan tingkah lakunya tuh nyebelin abis. Selalu emosi kayaknya kalo ngebaca ada Aksennya.

Ada satu hal menarik di novel ini. Pekerjaannya Eko sebagai agen asuransi. Seperti biasa yang kita tau, agen asuransi tuh orang yang ngeselin ya. Kayak ketemuan dikit, langsung ditawarin, nelpon temen, nawarin asuransi. Tapi Eko ini nggak gitu. Kalo kamu tertarik, dia bakalan ngejelasin kebutuhan asuransimu apa aja, tapi kalo enggak, ya dia diem aja, ngebahas yang lainnya. Selain itu, agen asuransi dimasukkan jadi profesi di novel ini cukup jarang lho, atau bahkan nggak ada. Jadi aku baru nemu di Loveconomics ini. Menarik kan?

Untuk pembaca yang mau baca Loveconomics, mari persiapkan hati dan jaga emosi. Selain itu, ada warning di beberapa bab. Bukan adegan 18+, tapi suicidal. Jadi sebaiknya membaca ini di saat kondisi stabil ya.


From the novel...
"When life is inequitable, beberapa orang memilih rokok sebagai pelarian, ke diskotek dan minum-minum, atau simply, sitting down in front of the building, mumbling and sighing, seperti kamu tadi."

"Zaman sekarang, semua orang berkhianat, Eko. kalau kamu percaya saya tadi berkata jujur, itu salah kamu."

"Apa yang hilang bisa dicari, tapi masa depanmu jangan sampai dirusak sama pria yang nggak bisa menghargaimu. Paham"

"Pada dasarnya, kita selalu membutuhkan orang lain untuk berbagi suka dan duka, meminta dan dipinta pendapatnya, atau seperti yang kita lakukan sekarang, bertukar cerita untuk menemukan kelegaan maupun wawasan baru."

"Semua orang tahu ada penyakit dan penderitaan yang terjadi semasa hidup, tetapi terlepas dari segala kesengsaraan itu, lebih banyak manusia yang memilih bertahan agar bisa menghirup oksigen selama mungkin."

"Sikapmu yang mencoba jujur termasuk salah satu hal yang membuat saya kagum. Apa yang kamu lakukan, sebetulnya juga merupakan cara menghargai dirimu sendiri, Nomi."

No comments:

Post a Comment