Tuesday, July 21, 2020

[Review] La Dolce Vita

Judul : La Dolce Vita

Penulis : Nina Ruriya

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 280 Halaman

"Nic, cinta memang manis. Tapi kau harus punya akal sehat."


B L U R B

Nicoletta Navarro dipecat dari redaksi Majalah Posh! di New York karena entah bagaimana artikel yang ia tulis begitu subjektif sampai menggemparkan dunia selebritas dan menuai kritik pedas dari sesama jurnalis. Tidak mungkin ada cara untuk menyelamatkan karier yang sudah tujuh tahun Nic bangun dengan susah payah.

Sementara Vincenzio Vasari, setelah dua kali bata menikah justru dicampakkan oleh calon istrinya sendiri di hadapan altar basilika yang indah di Tuscany—di depan dua mantan calon istrinya yang terdahulu. Vin belum pernah merasa begitu malu dalam hidupnya. Tapi mungkin karma itu yang harus ditanggung seorang playboy seperti dirinya.

Keduanya, entah takdir atau bukan, bertemu di Italia. Nic dan Vin menyusuri jalanan indah Roma, tur dari satu basilika ke basilika lainnya, mencicipi minuman anggur terbaik, dan mungkin saling jatuh cinta.

Masalahnya, Nic sudah bertunangan dan Vin sudah tidak percaya dengan pernikahan. Di tengah itu, mereka malah terbelit oleh rahasia kelam sebuah keluarga tradisional Italia yang membuat keduanya justru saling mengecewakan.

- - - - - - - - - -

Nicoletta Navarro, seorang jurnalis yang bisa dibilang cukup senior dan berpengalaman. Apalagi dengan tulisan khasnya yang cukup mudah dikenal, selain itu, dia juga pernah memenangkan Ellie Award tiga kali berturut-turut. Gimana bisa dia melakukan kesalahan kalau bukan karena disengaja oleh orang yang nggak suka sama dia? Dan berkat tulisan yang katanya ditulis olehnya itulah dia dipecat. Nyebelin banget kan? Kesalahan bukan punya dia, tapi dia yang kena imbasnya.
"Setiap orang punya masa lalu. Ada yang kita kenang-kenang, ada yang tidak ingin kita ingat. Dan untuk melupakan masal lalu butuh usaha yang keras. Bukan begitu?" P. 91
Vincenzio Vasari, cowok yang sering banget disangka playboy, padahal ya nggak begitu. Karena pernikahan terakhirnya gagal di depan altar dan juga dua mantan calon istrinya, akhirnya dia memutuskan untuk berenti sebentar, nggak dulu mengejar cewek, apalagi cinta. Bagi dia sekarang ya survei bisnis untuk mempersibuk dirinya.

Pertemuan keduanya berawal dari Nic yang diajak untuk menjadi ghostwriter untuk keluarga Vin, dan menjadi kontributor lepas di majalah tempat Fiona bekerja. Hal itu tentu saja nggak ditolak oleh Nic. Karena lebih baik dia menyibukkan diri, toh dirinya sendiri juga nggak ngapa-ngapain di NYC. Apalagi, tunangannya, Ed, lagi sibuk sama restorannya. Ya memang hubungan keduanya nggak baik-baik amat sih, mengingat Ed sendiri amat sangat workaholic.

Selama di Italia, Vin dan Nic bisa dibilang cukup dekat loh. Hampir setiap hari mereka bertemu, ngobrol bareng, mulai dari ngomongin masalah pekerjaan Vin atau Nic, sampai randomly keliling dari satu piazza ke piazza lainnya. Tapi memangnya, mereka berdua nggak merasakan kenyamanan ya? Walaupun mereka cuma beberapa waktu aja, belum lagi, selama di Italia, Nic malah membuka sebagian besar masa lalunya!


R E V I E W

La Dolce Vita, artinya adalah harapan. Dan ternyata, harapan ini terjadi untuk Nic dan Vin. Masa lalu mereka yang lagi down-nya, malah bikin mereka berdua ngertiin satu sama lain. Seru gitu jadinya. Di bagian awal, diceritain kalau Vin yang memutuskan hubungan hampir menikanya dengan dua pasangan sebelumnya, dan ternyata, ada alasan dibalik dia ngelakuin hal itu, yang nggak diketahui banyak orang, mungkin orangtuanya juga! Makanya, jangan gampang untuk menilai seseorang dari masa lalunya atau dari caranya berperilaku lah. Kalau udah tau alesannya, berasa malu banget dah.

Yang aku suka dari novel ini, selain latar tempatnya yang menceritakan NYC banget dan Italia dan kota di sekitarnya, aku suka cara kak Nina menjelaskan tempat dengan sangat detil. Berasa kayak ikutan Nic sama Vin jalan-jalan disekitaran Roma. Nggak cuma itu aja loh, beberapa kali juga diselipkan kata-kata berbahasa Italia juga. Yang terakhir, tentang wine! Ya ampun, novelnya komplit banget. Mulai dari penanamannya, beberapa juga disebutkan jenisnya, olahan yang sering dibuat dari wine tersebut. Jadi pengen ngicipin juga.

Jujur aja, aku baru pertama kali baca karya kak Nina, padahal aku punya novelnya yang pertama, Before 30, tapi belum kubuka. Masih bersegel. Hehe.. Mungkin ini bakalan jadi pembuka untuk karya kak Nina yang lain untuk kubaca.


Quotable
"Itu bukan cinta; itu ego dan ambisi. Dia hampir tak pernah punya waktu untukmu." P. 55

"Tapi semakin dewasaa aku sadar kehidupan adalah tentang datang dan pergi. Jadi, yah, aku terima kepergian ibuku. Itu lebih baik daripada mengutukinya setiap hari." P. 95

"Tak ada yang salah dengan membatalkan pernikahan. Banyak orang melakukannya. Menurutku, batal lebih baik daripada harus menjalani kehidupan yang tidak kalian harapkan. Dan orang memang akan selalu bergosip, tak peduli keputusan itu benar-salah." P. 135

"Nic, cinta memang manis. Tapi kau harus punya akal sehat." P. 138

"Hidup itu seharusnya seperti wine; makin tua, makin bermutu dan mahal." P. 213

"Itu masalah dia. Ada dua tipe manusia; mereka yang benci dan marah melihat orang lain sukses, dan mereka yang menjadikan kesuksesan orang lain sebagai motivasi untuk mencapai keberhasilan mereka sendiri." P. 219

"Belajar memercayainya, Vin. Sebuah hubungan hanya akan berhasil kalau kalian saling percaya. Satu lagi, cinta adalah dua orang yang tidak menyerah akan satu sama lain." P. 232

"Menemukan cinta sejati adalah keajaiban yang hanya dialami oleh sedikit orang. Cinta itu sesuatu yang sangat spesial." P. 269

No comments:

Post a Comment