Sunday, August 23, 2020

[Review] Journal of Teror 2

 

Judul : Journal of Teror 2: Titisan

Penulis : Sweta Kartika

Penerbit : Clover

Tebal : 352 Halaman

"Ngeliat 'kan nggak harus pakai mata, Sukma..."

 
B L U R B
 
Namaku Sukma.
Aku mampu melihat alam gaib, tapi aku tak bicara tentang makhluk-makhluk mistik biasa.
Semesta gaib bukan hanya tentang hantu.
Ada hal-hal yang lebih tabu, lebih tua dari usiaku.
 
Dan sudah sejak lama aku merasa bahwa kemampuanku disiapkan untuk tujuan tertentu.
Tujuan yang mungkin lebih besar dari apa yang bisa kubayangkan. 

- - - - - - - -
 
Sukma, cewek yang mempunyai kelebihan yang mungkin nggak kebanyakan orang punya. Indera keenam, alias bisa melihat hal gaib. Nggak cuma itu aja, Sukma ini udah kayak cenayang, bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, dia juga bisa membaui 'orang' yang terkadang lewat di dekatnya. Serem? Pasti, tapi Sukma berusaha untuk biasa aja, untuk terlihat normal, meskipun dia sensitif sekali.
"Kalau Sukma besar nanti, jangan terbiasa mengandalkan orang lain. Sebaliknya, Sukma harus bisa jadi orang yang bisa diandalkan." P. 124
Sukma memiliki teman yang bisa diajak berdiskusi tentang masalah dunia lain ini. Namanya Damar, dia memiliki cacat fisik, yang kemudian membuat dia jadi bisa lebih tajam indera lainnya. Di sinilah, Sukma dan Damar mulai berpetualang melalui beberapa masalah yang terjadi di dekat tempat tinggal Sukma, sampai ke masalah dimana Sukma ternyata memiliki misi tersendiri, tapi misinya cukup aneh dan membingungkan. Apa ya kira-kira masalahnya?


R E V I E W

Baca Journal of Teror ini mengingatkanku sama mitos-mitos yang pernah aku denger selama ini. Kalo ngbahas yang mistis emang percaya nggak percaya sih, tapi nyata. Di sini, diceritain kalo Sukma anak yang punya kelebihan untuk melihat sisi lain dunia. Dan ternyata dia juga punya misi untuk ke depannya.

Aku cukup suka sama ide ceritanya. Nggak asal yang munculin mitos, nakut-nakutin, dan nggak ngasih pemecahan masalahnya. Di sini cukup banyak penjelasan yang masuk akal, dan bikin aku jadi wanti-wanti! Kan serem juga kalo sampe kejadian kayak gitu mah. Novel ini juga mengambil sudut pandangnya dari Sukma aja, meskipun gitu, tetep bisa menjelaskan keadaan di sekitarnya, gimana perasaan lawan bicaranya.

Karena ini termasuk debut baca novel horor pertamaku, aku jadi nggak banyak bilang. Hehe.. Yang jelas aku suka sih pas baca ini. Padahal aku anaknya tuh takutan, parnoan, jadi kadang serem sendiri aja gitu kalo pas baca yang serem-serem gitu. Hebatnya, pas baca ini, nggak takut gitu. Meski ada ilustrasi yang cukup ngebantu aku buat bayangin sosoknya dan cukup serem juga pas liatnya, tapi nggak sampe parnoan yang gimana gitu.

No comments:

Post a Comment