Monday, February 1, 2021

[Review] Sayap-Sayap Kecil

 

Judul : Sayap-Sayap Kecil

Penulis : Andry Setiawan

Penerbit : Inari

Tebal : 124 Halaman

"Dia hanyalah... dia. Mungkin bagiku dia hanyalah orang lan, seperti orang yang kau temui di pinggir jalan dan kemudian kau lupakan wajahnya begitu saja."

 
B L U R B
 
Para pembaca,
Berikut fakta singkat tentang diriku:
 
1. Namaku Lana Wijaya
2. Ibu suka memukul dan menyiksaku bahkan dengan kesalahan sekecil apa pun. Seperti ketika aku lupa membeli obat nyamuk.
3. Aku punya tetangga baru, cowok cakep yang tinggal di sebelah rumah.
4. Kehadiran cowok cakep tidak mengubah kenyataan bahwa aku sering pergi ke sekolah dengan bekas memar di sekujur tubuhku.
5. Doakan aku supaya bisa lulus SMA secepat mungkin dan pergi dari rumah sialan ini.

Buku ini adalah buku harianku. Aku tidak akan merahasiakannya dan membiarkan kalian untuk membaca kisah hidupku yang tidak terlalu sederhana ini. Mungkin sedikit aneh, tapi aku harap kalian bisa belajar dari aku.

- - - - - - - -

Lana Wijaya, seorang siswa kelas 11. Kehidupannya bisa dibilang biasa aja, nggak ada yang spesial, nggak punya teman dekat juga. Ah, kecuali mamanya. Iya, Lana selama ini hanya hidup dengan mamanya aja, papanya pergi meninggalkan dia dan mamanya. Kalau ditanya, kerjaan mamanya ngapain, mamanya tuh kerjaannya nggak bener, sebagai penari malam. Tau sendiri kan penari malam gimana imagenya, belum lagi mamanya suka mukul. Apa pun kesalahan kecil, pokoknya kalo nggak sesuai sama hatinya, dia bakalan mukulin Lana.
"Tidak, aku tidak membenci Ibu. Entah apa yang aku rasakan ini. Dia ibuku, orang yang melahirkan diriku. Walaupun aku tidak bisa menghormatinya, atau menganggapnya sebagai panutan, aku tidak bisa membencinya." P. 33
Terbiasa dipukuli sejak kecil, bikin Lana jadi terbiasa dengan pukulan, makian, dan juga sumpah serapah mamanya. Makanya dia sampe kebal, meskipun dia harus terlihat aneh di sekolah. Mulai dari miring-miringin baju, pakai jaket dan segala macem untuk nutupin bekas memarnya. Hari ini, seperti biasanya dia main ke rooftop sekolahnya untuk sekadar bermain gitar. Kenapa tidak main di rumah? Tentu saja karena kalo main di rumah, bakalan kena marah. Berisik kata mamanya. Baru kali ini, ada anak cowok yang menemuinya, namanya Surya, anak pindahan kelas 12 IPA, dan ternyata, dia juga menempati rumah kosong di sebelah rumah Lana. Apa Surya bisa membantu Lana ya untuk keluar dari permasalahan Lana?


R E V I E W

Buku kecil ini sudah lama menempati rak bukuku, nggak tau juga awalnya dapet buku ini dari mana, dari giveaway kah atau dikasih sama orang kah. Novel ini cukup tipis, dan gaya berceritanya pun beda dari yang lain. Menarik.

Meskipun kecil-kecil begini, isinya berbobot dan cukup mengiris-ngiris hatiku. Beneran. Bayangin aja, dipukulin kalo moodnya nggak baik, kalau salah, padahal kadang itu cuma nggak masak. Ya ampun, ibunya ini apa ya nggak punya tangan sama kaki sih? Sampe masak aja nggak mau? Kudu diladeni semua. Aku aja yang kadang dimarahin bukan karena kesalahanku aja jengkelnya setengah mati, gimana Lana yang kadang sampe dipukul pake kepalan tangan di punggung atau pantat.

Lana sendiri, nggak mau melaporkan ibunya ke KPAI, padahal dia tau jelas bahwa mamanya bersalah, tapi sekarang kan hanya dia yang dipunya Lana. Jadi kebimbangan juga kan? Ayahnya Lana juga nggak tau ke mana.

Menurutku ini buku ini banyak sekali mengajarkan ke kita, jangan pernah main tangan sama anak kecil. Jangan. Kita nggak tau efek jangka panjangnya. Trauma kah dia? Benci kah? Dendam kah? Kalau memang nggak mau ngurus anak atau punya anak, nggak papa kok untuk nggak hamil kemudian melahirkan. Buat apa punya anak tapi nganggepnya sebagai investasi? Buat nemenin di masa tua, buat nanti ganti jasa selama ini ngerawat mereka. Kalau memang ikhlas, dan keinginan sendiri, kan lebih enak, apa yang ditabur nantinya akan dituai juga kan?

No comments:

Post a Comment