Monday, May 10, 2021

[Review] Tambatan Hati

 
 

Judul : Tambatan Hati

Penulis : Titi Sanaria

Tebal : 390 Halaman

"Aku percaya itu. Kita nggak bisa menghindar dari cinta hanya karena menginginkannya. Kalau bisa, aku nggak akan berada di posisi sekarang. Mengejar-ngejar perempuan yang nggak memperlihatkan tanda-tanda tertarik kepadaku."


B L U R B

Setelah dua kisah cintanya yang gagal, Tita skeptis pada hubungan asmara. Dia tidak lagi percaya pada akhir bahagia seperti dalam novel-novel yang ditulisnya.

Jadi ketika Wahyu, bosnya, gencar melakukan pendekatan, Tita berusaha menghindar. Dia tidak mau menumpuk kecewa karena satu hubungan yang gagal lagi.

Apalagi saat kedekatan mereka ternyata malah menguak asal-usul Tita. Di dalam keluarga Wahyu, Tita akhirnya menemukan ibu kandung yang sudah meninggalkannya di panti asuhan saat dia masih bayi.

- - - - - - - - - -

Tita, seorang host di salah satu siaran TV. Memiliki program sendiri yang cukup asik. Mendatangi beberapa tempat, mencoba makanan khas di sana, mengenal budaya baru. Pekerjaan yang cukup menyenagkan bagi Tita, nggak terikat waktu kantor, dan nggak harus pakai baju formal. Yep! Kalau kalian melihat Tita, dia berasa gembel banget deh di antara temen-temen kantornya yang lain, apalagi kalau ngeliat ransel bututnya.
"Pernah nggak sih lo sadar kalau sebenarnya lo nggak bahagia karena lo sendiri yang memblokir kebahagiaan itu? Jangan terlalu keras sama diri sendiri, Ta. Orang-orang kagum sama pencapaian lo, tapi elonya malah nggak percaya diri. Lo nggak capek hidup dengan perasaan seperti itu?" P. 231
Wahyu, anak dari pemilik stasiun TV tempat Tita bekerja. Memutuskan menjomlo karena belum menemukan cewek yang tepat. Jangan kira Wahyu bakalan memanfaatkan kekuasaan ayahnya untuk melakukan hal buruk ya. Dia sebaik itu.

Pertemuan awal mereka memang cukup epic, tegang, sekaligus lucu. Tapi gimana kalau hal itu yang malah membuat Wahyu tertarik sama Tita. Meskipun Titanya cuek dan judes abis. Belum lagi masa lalu Tita cukup menjadi beban buat Tita sendiri. Bisa nggak ya, Wahyu membantu Tita untuk melewati itu semua?


R E V I E W

Awalnya, aku cukup bingung kenapa Tita kok nggak mau menjalin hubungan dengan siapa pun. Ya siapa juga yang nggak kesel kalau ternyata hanya dibuat taruhan aja? Kesel kan pastinya? Nggak hanya itu saja, masa lalu Tita yang cukup berat ini juga sedikit banyak berpengaruh lho. Yang dibahas selalu aja bibit, bebet, bobotnya seorang perempuan, hanya karena dia besar di panti asuhan.

Melihat bagaimana Tita tumbuh, aku cukup salut lho. Karena dia tumbuh jadi cewek yang kuat, tangguh, nggak neko-neko, pekerja keras pula! Nggak nyesel banget deh cowok yang jadi suaminya Tita ini. Tapi meskipun hebat, Tita ini juga sering ngerasa insecure sama dirinya sendiri. Ya tau sendiri kan gimana titelnya anak panti ini? Dibuanglah, haramlah, makanya kadang Tita memilih untuk menyendiri aja, membatasi diri, baik dalam berteman pun menjalin hubungan.

Untuk alurnya sendiri menurutku agak lambat ya. karena berfokus di Wahyu-Tita, kurang greget aja menurutku. Karena masalah utamanya kan nggak cuma di bagian Wahyu-Tita aja, tapi juga di bagian masa lalunya Tita.


Quote from Book
"Aku percaya itu. Kita nggak bisa menghindar dari cinta hanya karena menginginkannya. Kalau bisa, aku nggak akan berada di posisi sekarang. Mengejar-ngejar perempuan yang nggak memperlihatkan tanda-tanda tertarik kepadaku." P. 180

"Masa lalu Tita itu urusannya sih. Waktu ngejar-ngejar dia, gue nggak berpikir soal masa lalunya. Goalnya cuman untuk dapetin dia aja. Titik. Kenapa sekarang setelah kami bersama hal itu harus jadi masalah? Gue juga punya masa lalu." P 248 to 249

"Saat jatuh cinta, lo nggak bisa bermain aman, Ta. Jatuh cinta mungkin adalah satu-satunya jatuh yang bisa bikin kita semua bahagia. Tapi seperti jatuh-jatuh yang lain, selalu ada konsekuensi yang mengikutinya. Lo mungkin saja nggak jatuh sampai patah, tapi lukanya cukup parah. Atau luka lo nggak parah, tapi lecet. Atau bisa aja lo nggak lecet sedikit pun, tapi lo tetap saja malu karena ada yang lihatin pas lo jatuh." P. 261

"Yang mau gue bilang, wajar banget kalu lo mengantisipasi konsekuensi jatuh cinta untuk meminimalisir sakitnya, tapi lo nggak bisa benar-benar bahagia dan menikmati perasaan itu karena dihantui kata jangan-jangan yang belum tentu terjadi. Lo juga sudah belajar dari pengalaman. Cinta itu bisa datang dan pergi. Patah hati sifatnya nggak abadi. Jadi kenapa harus menahan diri?" P. 261

"Apa pun alasannya, diterima itu selalu menyenangkan." P. 278

"Soal berutnung dan nggak beruntung itu hanya persepsi elo sih, Ta. Menurut gue, lo jauh lebih beruntung daripada orag-orang yang punya keluarga lengkap, tapi keluarganya malah toxic." P. 283

"Dan kamu harus percaya kalau cinta bisa mengatasi perbedaan. Cinta akan membuat kita berkompromi dengan sukarela." P. 316

No comments:

Post a Comment