Sunday, September 26, 2021

[Review] Koma Tanpa Titik

 

Koma tanpa Titik

Elvira

One Peach Media

86 Halaman

"Aku tidak pernah berani untuk menginginkan apa pun di dunia ini. Hanya kali ini, aku mau cintamu saja."


B L U R B

Aku tahu, kau benci diperdaya,
tapi aku suka memperalat hatimu.

Maafkan aku yang acap kali
mencuri warna matamu,
demi memintal keluwung di atas cerita.

Aku tahu, kau tak sudi tertipu
Tapi lagi dan lagi kugunakan cintamu
demi koma yang kupetik dari
suara pilu milikmu.

Sayangku,
janganlah kau menjemu dahulu
hingga hati mengunci kegilaan
Aku tak akan pernah membubuhkan titik
untuk larik-larik yang tak pernah usai.

Biarkan saja aku memperdaya cintamu,
berulang-ulang hingga puisiku utuh.

- - - - - - - - - -

Kali ini aku akan mengulas tentang buku puisi. Ini seharusnya masuk genre non-fiksi ya. Buat aku, membaca buku puisi itu selalu menyenangkan! Apa ya, kayak minum air di tengah hari yang panas. Nyenengin kan? Apalagi, visual di bukunya kak Elvira ini mantep banget. Memanjakan mata.

Buku ini dibagi menjadi tiga bagian. Aku, kamu, dan jarak. Bagian 'aku' menceritakan tentang seseorang yang sedang jatuh cinta kepada lawan jenisnya, aku nangkepnya sih, dia ini seorang perempuan. Karena tau sendiri, gimana kalau perempuan sudah jatuh cinta kan? Apa pun kan diberi dan dilalui. 

Bagian kedua, yaitu 'kamu', menceritakan tentang pasangan si 'aku', tapi entah kenapa, di bagian ini tuh nyeseeekkk.. banget. Bener-bener ya. Aku ngerasa banget gimana nyeseknya. Bagian ketiga, ada 'jarak'. Ah, membahas jarak ini selalu jadi hal yang sensitif, apalagi buat yang menjadi LDR dan LDM. Nggak ada enak-enaknya. Kalo kangen, belum tentu bisa peluk, kalau sedih, nggak ada yang dijadiin sandaran. Jangan bilang, kan ada orang tua, sahabat, dan lain-lainnya ya, karena aku paham banget, meskipun ada orang lain, tapi tetep pacar itu entah kenapa selalu punya porsi lebih untuk diceritain hal apa pun gitu. Tapi tentu saja ini harus dibarengi dengan pasangan yang tepat, kalo enggak, agak gimanaaa gitu.

Di bagian terakhirnya ada epilog. Membaca epilog cukup menyentuh, bikin aku jadi memikirkan kembali, cinta itu sebenernya apa dan kayak gimana? Habisnya, menjalani hubungan pacaran selama tujuh tahun ini, apa ya? Kerasanya ya kayak rutinitas. Biasanya ya begini, begitu. Di akhir halaman, aku menemukan jawabannya, dan itu sama dengan yang aku rasain selama ini.

No comments:

Post a Comment