Departure
Resti Dahlan
224 Halaman
"Bagiku, egois itu bukan kekurangan. Itu caraku bertahan hidup. Aku sudah kehilangan banyak hal dalam hidupku selama ini. Aku tidak mau kehilangan lebih banyak lagi."
B L U R B
Gifty sangat membenci Lei Han. Sejak menginjakkan kaki di Foshan, dia langsung menyusun rencana untuk menghancurkan hidup putra tunggal pemilik perusahaan software terbesar di Cina itu. Namun, rencana itu terhambat karena masalah akademis kampusnya.
Lei Han selalu menjaga Gifty dari jauh. Melindungi gadis itu adalah prioritasnya di sela-sela kegiatan kuliah dan bisnis yang baru dia rintis. Akan tetapi, Gifty telanjur berprasangka buruk terhadapnya.
Secara tak terduga, Lei Han menawari Gifty menjadi asisten pribadinya. Tentu saja gadis itu tak menolak karena dia bisa mengetahui kelemahan Lei Han dan langsung menghancurkan hidup pemuda itu. Sayangnya, justru dia yang terperangkap oleh sikap Lei Han yang sulit ditebak. Lantas, benarkah tuduhan yang Gifty lontarkan pada Lei Han? Atau sebenarnya ada hal yang tersembunyi yang tidak dia ketahui?
- - - - - - - - -
Hidup Gifty mendadak berubah, kepergian ayahnya dua bulan lalu, ibu tiri yang secara tidak langsung mendepaknya ke Foshan, jadi harus diterimanya. Meskipun berat, dia tetap memilih untuk pergi. Mungkin yang dicarinya selama ini akan membantunya. Kepindahannya sebagai murid Internasional di salah satu universitas juga tak banyak mengubah apa pun. Nilai akademisnya bisa dibilang cukup baik, tapi jangan lupakan, setiap universitas, pasti butuh nilai keaktifan kan? Untuk hal ini, bisa dibilang Gifty minim sekali. Entah karena dia terlalu sibuk belajar, atau malas.
"Asal kau tahu, aku bukan tipe orang yang akan berubah hanya karena seribu orang mengatakan hal yang sama. Jadi.. Bertahanlah denganku." P. 45
Kai Wei, seorang mahasiswa yang cukup aktif dalam kegiatan organisasi kampus, termasuk pengumpulan poin, dimintai bantuan oleh Mr. Wang, kepala departemen bagian internasional, untuk membantu Gifty mencapai poin yang seharusnya sudah dicapai oleh Gifty sebagai mahasiswa tahun kedua.
Bantuan Kai Wei tentu saja tidak langsung diterima begitu saja oleh Gifty. Apalagi, Gifty sendiri ternyata punya kegiatan lain selain kuliah. Nggak hanya itu saja, secara tak terduga, Lei Han, anak pemilik perusahaan software terbesar di Cina menawari Gifty untuk menjadi asisten pribadinya. Bagaimana respon Gifty? Mengingat dia juga sangat membenci Lei Han. Apakah Gifty akan menerimanya?
R E V I E W
Akhirnya aku ada keberanian untuk membaca buku ini. Jujur aja, buku ini tuh udah ada di lemariku sejak beberapa tahun lalu. Terus, kenapa nggak dibaca? Karena menurut kabar yang beredar, buku ini tuh cliffhanger, dan sampai saat ini juga belum ada kabar kelanjutannya gimana. Huhu.. Nggak bisa aku tuh digantungin begini.
Oke, jadi mari kita mulai reviewnya ya. Berawal dari Gifty yang ditendang ke Cina, sama ibu tirinya, padahal dia lagi dalam keadaan yang bisa dibilang berduka gitu. Tapi ternyata, di Cina ini dia punya misi lain selain sekolah. Ada hal yang sejak dulu cukup mengganggunya, mimpi buruk yang terus menghantui dia inilah yang bikin dia tetap bertahan di Cina. Menurutku, Gifty ini anaknya tangguh banget lah. Tipe yang dibanting, dia nggak akan pecah, tapi membal dan makin kuat.
Menurutku pribadi, sejak awal ada banyak teka-teki yang disebar oleh kak Resti selaku penulisnya. Ada beberapa hal yang kutebak dan benar, dan sayangnya, ada yang belum ada jawabannya. Yang paling aku suka, budaya negara China dan bahasa Chinanya dimasukkan dan diberi footnote. Jadi bisa sambil belajar sekalian hihi.. Jujur, yang kutunggu adalah kelanjutannya! Karena ini nggak cukupp.. Huhu.. Semoga penulisnya segera menuliskan kelanjutannya deh. Hihi..
Quote from Book:
"Bagiku, egois itu bukan kekurangan. Itu caraku bertahan hidup. Aku sudah kehilangan banyak hal dalam hidupku selama ini. Aku tidak mau kehilangan lebih banyak lagi." P. 64"Kau boleh membenciku seumur hidup. Tapi... jangan pernah membenci dirimu sendiri." P. 85"Meraih pengakuan manusia atau memuaskan mereka itu tidak akan ada habisnya. Yerlalu melelahkan. Sebagus apa pun performaku, tetap saja tidak semua orang akan merasa puas apalagi senang. Bahkan mereka bisa jadi memujiku saat aku berlatih, tapi apa aku bisa tetap membuat mereka mengagumiku saat aku kalah atau gagal dalam bidang lain?" P. 157
No comments:
Post a Comment