Sunday, February 19, 2023

[REVIEW] A Love Like This

A Love Like This

Ayu Riana

328 Halaman

Gramedia Pustaka Utama

"Kesalahan dan kegagalanmu di masa lalu tidak menjamin kau tidak akan berhasil jika mencoba lagi."



B L U R B

Lima tahun berlalu tanpa bertukar kabar, Huang Lei dan Selena Fortier bertemu kembali di dapur pastry The Capital Beijing. Dua sahabat yang dulu sangat dekat dan selalu bersama menyusuri hutong yang membingkai Kota Terlarang, kini menjadi canggung, asing, dan berjarak.

Lei yang sejak lama masih menyimpan hati pada Selena mulai mendamba kembali manis yang tak sempat dikecap. Namun, sebelum bisa sepenuhnya memiliki Selena, Lei harus menghadapi lawan yang di masa kini, "hantu" dari rumah tangga Selena, dan dirinya sendiri yang terlalu sering terlambat melangkah. Kisah cinta yang disangka sederhana pun menjadi rumit karena terjebak dalam labirin hati yang berliku.

- - - - - - - - - -

Kembali ke kampung halaman tidak membuat Selena bahagia sepenuhnya. Harapannya, saat dia kembali memulai kehidupan barunya di Beijing, semuanya akan baik-baik saja. Selena memilih menjadi pastry chef di The Capital Beijing, salah satu restoran yang memiliki konsep dan cukup besar.

Tak disangka, dia bertemu dengan Huang Lei, sahabat kecilnya yang mendadak menghilang beberapa tahun lalu. Laki-laki ini tidak berubah. Masih sama seperti yang dikenalnya dulu. Sayangnya, bagi Huang Lei, Selena cukup banya berubah. Ada yang disembunyikannya, yang membuatnya menjaga jarak. Huang Lei juga bertanya-tanya, ke mana suaminya? Apakah mereka ada masalah?
"Betapapun dinginnya seorang wanita, jika kita berusaha terus-menerus dengan penuh cinta dan kelembutan, pada akhirnya dia pasti akan luluh." P. 24
Masuknya Selena sebagai pastry chef tidak hanya membuat para chef lelaki di sana tertarik, tapi juga memunculkan inovasi baru terhadap The Capital Beijing itu sendiri. Hal ini tentu saja ditentang habis-habisan oleh Alex, salah satu chef di sana. Dari sinilah, pembuktian Selena dimulai. Membuktikan bahwa idenya memang brilian, dan juga untuk menutup mulut orang-orang yang selalu membicarakannya seolah-olah kesalahan di masa lalunya akan menghambatnya.

Selain itu, bisakah hatinya juga sembuh perlahan akibat luka masa lalunya? Atau dia masih terjebak dalam pusaran penyesalan?


Kali kedua membaca novel Kak Ayu. Yep, novelnya yang pertama kubaca adalah That Summer. Caranya menuliskan novel ini masih dengan gaya terjemahan, tapi aku suka! Padahal biasanya kalo gaya terjemahan itu aku selalu milih-milih lho, nggak gampang cocok gitu.

Selama membaca, aku benar-benar dimanjakan sama kak Ayu. Dimanjakan dengan caranya bercerita, tentang makanan-makanan yang dibuat para chef, setiap masakannya sampai ku googling lho! Menarik banget habisnya. Jujur, aku yang keturunan Chinese, malah nggak tau banyak. Ahaha.. 

Selain makanannya, aku suka banget suasana kerja di The Capital Beijing. Nggak cuma hubungan antar para pegawainya, tapi juga manajer dan atasannya. Kan susah ya, nemuin tempat kerja yang nyaman gitu. Biasanya kalo suasananya enak, atasannya nggak begitu enak. Tapi di The Capital Beijing, semua tuh enak. Karyawannya nggak saling sikut-sikutan, atasannya juga memperhatikan karyawannya.

Nah, untuk konfliknya, aku cukup dibuat penasaran. Karena di awal nggak dijelaskan dengan jelas. Selena juga nggak mudah terbuka sama orang, jadi ya dia cuma mendem aja sendirian. Padahal Huang Lei siap banget jadi pendengar yang baik. Ah iya, alur dalam cerita ini cukup maju mundur, mulai dari masa sekarang, saat mereka bertemu pertama kali, waktu Selena pindah ke negara lainnya, dan timeline waktu penting lainnya.

Untuk karakter yang aku suka... nggak ada. Karena semuanya bikin gemes, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing! Haha.. Selena yang keras kepala, dan kadang mudah kepikiran sama omongan orang. Ya namanya juga manusia, adalah pasti sisi negatifnya. Yang aku suka adalah sisi positifnya, Selena ini gigih banget jadi orang, walaupun gampang kepikiran dengan omongan orang, dia bakal berusaha keras untuk membuktikan omongan negatif itu salah. Terus ide-idenya juga mantep abis sih. Kayak.. kepikiran aja gitu ya?

Sementara Huang Lei, yang aku suka tuh sabarnya. Ah! Dia juga pendengar yang baik, kasih saran ketika diperlukan. Jadi enak banget cerita sama dia, yaa.. meskipun kelemahannya adalah kebanyakan mikir! Untung masih dikasih kesempatan kedua, coba enggak? Apa nggak nyesek Huang Lei ini?

Overall, meskipun jadi perempuan itu susah dan ada aja tantangannya, di sini Selena bisa membuktikan kalau semua itu tetep bisa dilakuin, asal kita juga mau usaha untuk patahin stigma itu. Selain itu, baca novel ini bikin laper!


From the books...
"Memang benar. Memiliki pertimbangan dan berpikir jauh ke depan memang ada baiknya, tapi khawatir berlebihan sampai tubuhmu kurus begitu sama sekali tidak sehat." P. 132

"Kesalahan dan kegagalanmu di masa lalu tidak menjamin kau tidak akan berhasil jika mencoba lagi." P. 197

"Siapa pun, yang memang benar-benar mencintaimu, pasti akan menunggu." P. 198

"Aku menghabiskan sepanjang hidupku untuk menjaganya, mendoakan dan memastikan dia hidup bahagia. Bahkan ketika dia menikah dengan pria lain, aku berusaha menerima. Yang terpenting bagiku adalah kebahagiaannya." P. 202

"Tapi satu-satunya cara lepas dari masa lalu adalah dengan terus melangkah maju. Kalau kau justru menenggelamkan diri dan menolak bangkit begini, kau akan semakin kalah pada masa lalu." P. 240

"Tetapi seperti halnya perceraian, pernikahan juga sebuah hasil dari pengambilan keputusan. Dan sebagai manusia, bisa saja kita mengambil keputusan yang salah." P. 254 to 255

"Berhadapan dengan perceraian mungkin hal terburuk yang tidak pernah kita inginkan, tetapi bisa juga menjadi keputusan terbaik yang pernah kita ambil untuk diri sendiri." P. 255

"Hanya karena masa lalu tidak berjalan seperti yang kauinginkan, bukan berarti masa depanmu tidak bisa menjadi lebih baik. Kau hanya perlu memaafkan dirimu sendiri dan orang lain yang telah menyakitimu, lalu melupakan masa lalu dan menatap lurus ke tempat masa depan menantimu." P. 257

"Pernah gagal satu kali bukan berarti kita tidak akan berhasil jika mencoba lagi." P. 258

No comments:

Post a Comment