Saturday, February 11, 2023

[REVIEW] Pregnancy Without Husband

Pregnancy without Husband

Amysastrakencana

70 Parts on Cabaca — Ending

"But sorry to say, Gis, even with a husband, taking care of a child, or children, will never be easy."


B L U R B

"Oke. Jadi gini. Gue mau punya anak." Gista berkata, kemudian menatap ketiga sahabatnya.

"Lakiknya siape?" tanya Oline lantaran Gista masih lajang.

"Yakin, Gis?" komentar Lena.

"Satu, gue yakin. Dua, lakinya nggak tahu. Karena gue mau donor sperma."

"APAAA?!"

*** 

Gista tidak mau punya suami! Gista hanya mau punya anak! Pengalaman masa kecil yang kelam ketika sang ayah menyiksa ibunya, terus menghantui dan membuat Gista sudah tidak percaya dengan pernikahan. Pilihannya hanya dua: donor sperma atau adopsi. Namun Gista ingin menjadi wanita seutuhnya, ingin merasakan nikmatnya hamil, maka dia memilih opsi pertama.

Sayangnya, sang ibu tidak setuju. Menurut sang ibu, memiliki anak harus dari institusi yang sah agar kelak sang anak terlindungi secara hukum. Maka otak Gista berputar kembali, hingga berakhir di seorang laki-laki yang bagus bibit, bebet, bobotnya, dan Gista yakin dia bisa jadi 'donor sperma' terbaik untuknya. Setelah hamil nanti, Gista akan meminta cerai.

Namun, kebaikan dan ketulusan hati Vincent pada Gista tidak main-main. Akankah pikiran Gista berubah oleh kehadiran seorang laki-laki baik dalam hidupnya?

- - - - - - - - - - - -

Gista Vi, siapa yang tidak mengenalnya? Seorang aktris sekaligus presenter yang sedang naik daun. Jauh dari berita buruk, dan jadi dambaan semua laki-laki. Kehidupannya sempurna, semua orang menyukainya, nggak ada yang perlu ditakutkan lagi. Yang kurang hanya satu, pasangan hidup. Sampai saat ini, Gista masih menyendiri, tidak ada kabar kedekatan dia dengan laki-laki. Padahal, mempunyai pasangan sepertinya bukan hal sulit untuknya.

Seperti perempuan kebanyakan, Gista juga ingin memiliki anak. Sayangnya, kepahitan masa lalu membuatnya menjaga jarak dengan laki-laki. Sebisa mungkin dia menjauh dengan laki-laki. Padahal dia juga tau, salah satu cara mempunyai anak adalah dengan memiliki pasangan yang sah. Ada cara lain tentunya, dengan mengadopsi atau donor sperma, tapi hal ini masih tidak umum di Indonesia.
"Anak? Hmm, I don't know, Gis. Anak itu investasi yang jauh lebih berat dari emas, reksa dana, saham sekalipun. Karena anak itu manusia juga. Kita sebagai orang tua punya kewajiban mendidik dia. Aku nggak mau punya anak untuk aku sia-siakan, nggak mau dia terlantar.."
Vincent, berteman dekat dengan Malik—yang ternyata juga sahabat Gista. Vincent ternyata sudah menyukai Gista sejak lama! Bisa dibilang, Gista ini cinta pertamanya. Pertemuan pertamanya dengan Gista jujur aja awkward banget. Eh malah pertemuan selanjutnya, bikin Gista cukup klik dengan Vincent.

Selain itu, bagi Gista, bibit, bebet, bobotnya Vincent juga sesuai dengan kriterianya. Ketika mereka akhirnya menikah dan punya anak, apakah Gista juga akan tetap melakukan semuanya sesuai dengan rencana awalnya? Atau dia akan luluh terhadap cinta Vincent terhadapnya?


Kisah Gista dan Vincent ini, menarik. Punya anak, memang ada berbagai cara, nggak harus menikah. Apalagi jaman sekarang sudah canggih banget. Mau punya anak dengan berbagai metode juga bisa. Nah, masalahnya adalah... Punya anak di Indonesia, tanpa keluarga yang lengkap itu bisa diomongin orang! Apalagi Gista juga seorang publik figur. Segala tingkah lakunya juga pasti jadi sorotan media. Mau bener salah, tetep aja yang menilai publik.

Awalnya, aku kasian sih sama Gista, hidup di bawah bayang-bayang traumanya. Karena trauma itu kan bukan sesuatu hal yang mudah. Aku juga cukup senang pas dia udah ketemu sama Vincent. Vincent is lovable! Nggak susah kok sayang sama dia. Apalagi Vincent beneran effort.

Yang bikin kesel adalah ketika Gista udah hamil, dan tetep kekeuh pisah. Haduh. Di sini aku mulai kesel sekali. Keras kepalanya ini lho. Padahal dia tau susahnya hidup tanpa ayah. Rasanya di sini pengen banget nguyel-nguyel Gista, karena kelakuannya yang njengkelin abis.

Di luar tingkahnya Gista yang ngeselin, aku suka sekali dengan karakternya Vincent. Dia ini tipe husband material, baik, sabar, penyayang, act of service pula anaknya! Cowok kayak dia ini, nemunya di mana ya?

Selain karakternya yang lovable, kisah Gista-Vincent ini berasa kayak di dunia nyata. Masalahnya nggak kelar-kelar, tapi ya mostly karena dibuat sendiri sih. Aku suka sama ceritanya, nyata dan bikin gemes! Banyak juga pelajaran tentang kehidupan rumah tangga, yang nggak melulu pasangan aja, tapi juga tentang anak, trauma masa lalu yang belum selesai, sampai bagaimana menjadi orang tua yang baik.
 
 
From the book...
"Ketika orang tua bener-bener mau punya anak, gua percaya dia bakal total buat ngurus dan sayang sama anaknya. Ngeliat lo yang usaha sampai begini, gua yakin anak lo bakal bahagia."

"Pikirkan lagi, Gis. Anak bukan satu-satunya yang bisa nemenin hidup lo. Nggak harus hamil untuk bikin lo ngerasa jadi perempuan seutuhnya. Nggak semua hal di dunia harus kita rasain untuk bahagia."

"Kamu betul. Adalah tugas orang tua untuk mendidik anaknya sejak dini. Supaya dia jadi manusia beradab."

"Aku... mau menikah dengan orang yang tepat. Yang perilakunya baik dan mulia, yang bisa menghargai orang lain, terutama aku dan ibu. Aku mau menikah dengan pria yang punya pekerjaan baik, yang terbuka dengan pilihan karier aku."

"Setuju. Kita mau punya anak dan ketika dia lahir, kita harus bisa penuhi semua kebutuhannya."

No comments:

Post a Comment