Wednesday, September 27, 2023

[REVIEW] Book Shamer

 

Book Shamer

Asmira Fhea

Penerbit Clover

237 Halaman

"Katanya bookfluencer, booktuber. Kok, malah book shaming, sih?"


B L U R B

@pembacasetiaaa
Coba yang suka review jelek, emangnya
bisa jadi penusli? Jangan cuma bisa
nyinyir tapi tulisannya masih jelek.
Cc @amydhriti

@masihmuda_belia
Katanya Bookfluencer. Booktuber.
Kok malah book shaming sih?

Amy Dhriti diserang netizen!
Gara-gara buku antologi Mimpi dan Harapan Kita yang diulas di kanal YouTube-nya, seorang akun anonim atas nama pengguna @penulis_amatir memprovokasinya melalui Twitter. Hal itu jelas mengganggu reputasinya sebagai Bookfluencer. Apalagi dia tengah mengincar juara satu lomba Versatile Book's Reviewer, yang salah satu kriteria pemenangnya adalah personal branding.
Karena tidak ada pilihan lain dan ditambah keterbatasan waktu menjelang babak akhir, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah cari langsung siapa pelakunya. Dia benar-benar harus menyelesaikan masalah ini sampai tuntas, supaya tidak gugur sebagai pemenang.

- - - - - - - - -

Amy Dhriti, seorang mahasiswi Sastra sekaligus reviewer buku. Sebenarnya, dia cukup selektif dalam memilih buku yang akan dibacanya. Buku itu harus memenuhi beberapa kriterianya, salah satunya adalah harus rapi dalam penulisan, sesuai dengan KBBI atau EYD. Karena baginya, salah ketik akan mempengaruhi moodnya dalam membaca, dan kemudian malah tidak selesai. Lalu, untuk apa dia membaca?
"Gue pribadi, sih, kurang cocok. It's just like I read a book from an amateur writer. Seharusnya, mereka belajar menulis dulu yang baik sebelum menerbitkan buku. Bagaimanapun, pembaca belum tentu sanggup baca sampai habis. Mau dipaksa baca juga, gue sendiri cuma sanggup sampai cerita keempat. Selebihnya cuma screening. Jadi, ya... so sorry, this one is on my DNF list." P. 17
Karena buku antologi Mimpi dan Harapan Kita yang baru saja diunggahnya di kanal YouTube, membuat dia menjadi viral dan mempengaruhi personal brandingnya. Di sini Amy tentu saja bingung. Apa yang harus dilakukannya? Mendatangi penulis antologi tersebut? Atau membuat klarifikasi seperti artis yang sering seliweran belakangan? Hal ini jelas membuat kariernya sebagai bookfluencer tercoreng!



Membaca kisah Amy, tentu mengingatkanku sama diri sendiri. Apalagi aku juga sudah nyemplung di sini dari 2016an. Jadi ya udah cukup lama, dan masih di sini-sini aja. Hehe..

Banyak yang bilang, bookstagram itu sebenernya ramah buat siapa saja. Well, kalau aku boleh kasih pendapat, yes. Kami ramah kepada semua pendatang baru, atau pun orang-orang yang mau belajar jadi seorang bookstagram, tapi sayangnya, kalau sampai ada salah langkah, dalam artian memberi review yang cukup 'sadis', terkadang kamu akan kena omel sama penulis atau fanbase pembacanya.

Di sini nggak cuma menceritakan perjalanan Amy dalam mencari tau siapa dibalik akun @penulis_amatir, tapi juga diajak menyelami kehidupan Amy sendiri, yang ternyata nggak baik-baik aja. Tumbuh dengan kebiasaan membaca membuat Amy jadi anak yang sebenernya suka baca apa aja, tapi karena dia dituntut untuk selektif dalam memilih bacaannya, terutama buku-buku yang berbau fiksi, itu jelas dicoret saat dia kecil, dan ini cukup kebawa sampai dia dewasa.
 
Aku cukup kesal lho sama orangtua Amy, karena mereka memperbolehkan baca, tapi milih. Ya ampun, anak masih kecil, memang boleh sih milih, tapi harus yang berbobot. Bacaan fiksi ini jelas enggak banget. Padahal menurutku, asal fiksi sesuai dengan umurnya, itu nggak masalah kok. Dulu fiksi pertamaku bacanya dari majalah Bobo, berlanjut ke Kecil-Kecil Punya Cerita-nya Mizan. Itu kan fiksi juga. Anak suka baca tuh harusnya orangtuanya seneng nggak sih?

Meskipun akhirnya dia membaca fiksi, tapi dia tetep selektif banget. Kalo baca, ada beberapa kriteria yang ada di listnya. Perjalanannya menemukan pemilik akun Twitter ini juga cukup seru lho. Dia jadi banyak belajar, banyak memahami bagaimana karakter orang lain yang selama ini 'nggak dianggap ada' sama dia. Belum lagi ada masukan-masukan yang cukup banyak untuk perkembangan akunnya. 

Suka sekali kak Fhea menceritakan kisah Amy, mulai dari dia yang nggak terlalu peduli sama lingkungan sektiarnya, sampai akhirnya perlahan dia mau membuka diri dan membuka mata terhadap sekitarnya. Perkembangannya sungguh seru untuk diikuti! Book Shamer juga cukup menggambarkan kehidupan sebagai bookstagram yang aku relate sekali! Haha.. Bikin aku jadi kangen ke masa kuliah, di mana aku bisa baca buku banyak, review banyak, aktif banget di sosmed. Sekarang udah menurun banget, dan jujur, ada rasa pengen banget balik ke masa-masa itu. Cuma, kesibukan dunia nyata masih belum bisa kutinggal. Huhu..


From the book...
"Soalnya, sebuah kritik, apalagi yang membangun, akan membantu banyak buat penulisnya. Supaya bisa menghasilkan karya lebih baik lagi meski nggak lepas dengan kekurangannya." P. 124

"Di dunia ini, nggak ada orang yang nggak pernah melakukan kesalahan. Mau dia yang paling berkuasa, atau yang paling suci hatinya, atau yang sering main aman. Semua pasti pernah berbuat salah. Kecil ataupun besar. Right? P. 211

"Bahwa ternyata, sebanyak apa pun ilmu yang gue punya, serajin apa pun gue membaca, nggak akan ada nilainya kalau itu hanya untuk diri gue sendiri. Ada makna yang jauh lebih besar ketika gue memilih membagikannya pada mereka." P. 218

No comments:

Post a Comment