Monday, January 15, 2024

[REVIEW] Remedies

Remedies

Trissela

Gramedia Pustaka Utama

264 Halaman

"Coba berhenti lari, Ger. Selama ini kamu cuma lari di lingkaran. Setelah lama lari, pasti ada waktunya kamu kembali ke titik awal seperti sekarang. Kamu tahu kita nggak akan selamanya dihadapkan sama pilihan yang menyenangkan, terutama saat tahu kamu nggak punya pilihan buat menghindar lagi."


B L U R B

Retha kaget saat tahu Gerry masuk SMA yang sama dengannya. Cowok itu berhasil bikin dia terkagum-kagum saat dia menonton salah satu pertandingan polo air beberapa tahun lalu. Namun, Gerry sudah berhenti menjadi atlet. Kenapa, ya? Padahal kata teman Retha, Gerry salah satu atlet andalan klub.

Meski sering memasang wajah judes kalau Retha ikut muncul bareng Niko dan Farhan, Gerry tidak pernah mengusirnya terang-terangan. Rasa penasaran Retha semakin menjadi setelah Gerry menolak pengambilan nilai renang untuk pelajaran olahraga mereka. Aneh banget. Atlet yang akrab dengan kolam renang harusnya nggak ada masalah dengan itu, kan?

Lalu tiba-tiba muncul laki-laki yang menitipkan bungkusan nasi kuning untuk Gerry sepulang sekolah. Siapa lagi itu? Kenapa Gerry kelihatannya marah besar saat Retha menyampaikan tentang kedatangan laki-laki itu, ya?
 
- - - - - - - - -
 
Kehidupan SMA ini seharusnya kehidupan yang paling menyenangkan, punya mimpi yang segambreng, mulai berteman dengan berbagai macam orang, mulai melakukan kenakalan kecil, mulai jatuh cinta yang sampai bermimpi kalau dia bakalan jadi the one di kemudian hari. Sayangnya hal itu nggak berlaku buat Gerry. Yang perlu dilakukannya saat ini hanyalah menjalani hidupnya. Tanpa mimpi, tanpa makna berarti.
"Katanya cinta, tapi udah nggak bahagia. Terus pisah. Mereka bilang, lama-lama cinta itu bisa berubah bentuk. Katanya mereka yang nggak bisa nyesuaiin lagi." P. 94
Kedatangan Retha ke SMA Bina Bangsa cukup membuat dunia Gerry sedikit ramai. Gerry yang terbiasa duduk sendiri, memperhatikan teman-temannya dalam diam jadi sedikit terusik. Retha bisa dibilang fans beratnya. Retha tau bahwa dulunya dia adalah atlet polo air, bahkan Retha juga masih setia menonton ulang pertandingan polo air, hal yang sudah dibenci Gerry.

Bagi Gerry semuanya seharusnya baik-baik saja kalau Retha tidak bertemu dengan laki-laki yang menitipkan bungkusan nasi kuning untuk Gerry, atau Gerry akhirnya mengetahui bahwa Retha memiliki masalah yang mirip dengannya.


Membaca kisah Gerry akan dimulai dengan banyaknya teka-teki. Mulai dari masa lalu Gerry yang cuma sepatah-sepatah, ketakutan-ketakutan Gerry, Retha yang ternyata fans berat Gerry. 

Seumuran Gerry seharusnya tidak terlalu memikirkan banyak hal. Seharusnya di masa ini dia bersenang-senang dan mengejar mimpinya jadi atlit. Sayangnya, masa lalu menjeratnya, begitu dalam. Membuat dia lebih memilih untuk terus tenggelam dan terjebak di sana.

Remedies, seperti waktu kita sekolah dulu, kalau nilai kita nggak sesuai KKM, maka kita akan remidi. Sama seperti kisah Gerry, masalah yang dimilikinya banyak, kebencian dan berbagai pertanyaan juga dipendamnya. Kali ini, Retha membantunya perlahan-lahan, mengurai masalah yang dihadapinya, membantu menjawab sebisanya.

Kisah Gerry membuatku kembali belajar untuk melepaskan dan mengikhlaskan perlahan-lahan. Masa duka setiap orang berbeda-beda. Ada yang melaluinya karena sudah mempersiapkan hal tersebut, ada yang sehari, sebulan, setahun, atau bahkan bertahun-tahun tidak tuntas. Tapi nggak masalah, setiap orang berproses, setiap orang punya waktunya sendiri-sendiri. Yang penting kita mau melangkah maju untuk melepas duka kita perlahan.

Terima kasih Gerry, Retha, dan sobat geng Monyet!



 From the book...
"Tapi buat sebagian orang, alasannya nggak serumit itu. Sebagian orang menikah karena mau melanjutkan garis keturunan atau memang karena nggak mau kesepian sepanjang hidupnya." P. 97

"Karena Tante merasa hidup jauh lebih mudah waktu Tante bareng sama om kamu. Kadang satu alasan itu aja cukup. Kamu nggak mungkin betah hidup sama orang yang bikin kamu susah seumur hidupmu." P. 97

"Hidup selamanya sama satu orang itu sulit. Mungkin aja suatu hari nanti salah satu dari kami merasa kadar cinta makin berkurang. Nggak ada yang tahu. Tapi, semua pasangan selalu punya pilihan untuk bertahan atau menyerah." P. 98

"Cinta aja nggak cukup untuk membuat seseorang bertahan, Ger." P. 100

"Coba berhenti lari, Ger. Selama ini kamu cuma lari di lingkaran. Setelah lama lari, pasti ada waktunya kamu kembali ke titik awal seperti sekarang. Kamu tahu kita nggak akan selamanya dihadapkan sama pilihan yang menyenangkan, terutama saat tahu kamu nggak punya pilihan buat menghindar lagi." P. 114

"Semua orang punya rahasia masing-masing." P. 137

"Hiduplah buat diri lo sendiri. Bikin diri lo sendiri bangga. Berbanggalah karena lo bisa melewati hidup lo yang menyebalkan ini." P. 181

"Selama itu bisa bikin lo bahagia, nggak perlu pikirin hal lain lagi, Ger." P. 236

No comments:

Post a Comment