Woke Up as A VillainessDespersaNamina Books292 Halaman
"Intinya, aku tidak peduli dengan dunia mana yang kutempati. Asal aku bisa bertemu denganmu di sana, aku pasti akan menyukainya.”
B L U R B
Kerja lembur bagai kuda. Begitulah semboyan yang pantas disematkan untuk mendeskripsikan kehidupan Arini seumur hidupnya. Tumbuh sebagai anak yatim piatu di panti asuhan kumuh. Tidak ada yang lebih Arini inginkan selain uang. Sampai ia berhasil menamatkan sebuah novel romansa berlatar kerajaan yang ia dapatkan dari sumbangan donatur. Arini tertidur pulas karena kelelahan membaca.
Namun ketika ia bangun, Arini mendapati dirinya sudah masuk ke dalam dunia novel yang baru ia baca dan menjadi seorang karakter Nona Bangsawan bernama Felicia Castella. Apa Felicia adalah pemeran utama? Tidak. Felicia adalah antagonis dalam cerita!
Felicia Castella merupakan putri satu-satunya dari keluarga Marquess Castella. Meski mempunyai paras yang cantik, namun Felicia terkenal dengan sifatnya yang kasar dan suka menindas para bawahannya. Felicia tergila-gila dengan putra mahkota bernama Albertus Faldiny. Felicia pun berhasil menjadi tunangan Albertus berkat nama besar keluarga Castella yang sudah sangat dikenal berkat jasa serta pengabdiannya untuk Kekaisaran Archendent.
Namun, meski berhasil menjadi calon putri mahkota, dengan sifat kasarnya, bukan lagi rahasia umum jika Albertus sama sekali tidak pernah memandang kehadiran Felicia. Terlebih dengan sifat Felicia yang selalu menganiaya setiap wanita yang ia cemburui. Bagaimana Arini, yang terbangun dengan peran sebagai Felicia, memerankan tokoh antagonis tersebut?
Namun ketika ia bangun, Arini mendapati dirinya sudah masuk ke dalam dunia novel yang baru ia baca dan menjadi seorang karakter Nona Bangsawan bernama Felicia Castella. Apa Felicia adalah pemeran utama? Tidak. Felicia adalah antagonis dalam cerita!
Felicia Castella merupakan putri satu-satunya dari keluarga Marquess Castella. Meski mempunyai paras yang cantik, namun Felicia terkenal dengan sifatnya yang kasar dan suka menindas para bawahannya. Felicia tergila-gila dengan putra mahkota bernama Albertus Faldiny. Felicia pun berhasil menjadi tunangan Albertus berkat nama besar keluarga Castella yang sudah sangat dikenal berkat jasa serta pengabdiannya untuk Kekaisaran Archendent.
Namun, meski berhasil menjadi calon putri mahkota, dengan sifat kasarnya, bukan lagi rahasia umum jika Albertus sama sekali tidak pernah memandang kehadiran Felicia. Terlebih dengan sifat Felicia yang selalu menganiaya setiap wanita yang ia cemburui. Bagaimana Arini, yang terbangun dengan peran sebagai Felicia, memerankan tokoh antagonis tersebut?
- - - - - - - - -
Bagaimana kalau ketika bangun dari tidur dan menjadi tokoh utama dari novel yang terakhir kali kamu baca? Hal ini nggak pernah terpikirkan oleh Arini. Hidupnya mungkin memang yang dia inginkan, tapi setidaknya cukup baik saat ini.
“Teruslah berperan sebagai nona baik hati, karena saya juga akan melanjutkan peran saya sebagai wanita jahat, Nona Liliana. Dengan begitu, kita akan tahu kepala siapa yang akan dipenggal lebih dulu.” P. 137 to 138
Arini kaget saat tau dia terbangun dan sudah menjadi putri kerajaan. Nggak cukup sampai di sana, dia langsung melihat putra mahkota yang akan menjadi suaminya. Karena sudah mengetahui bagaimana akhirnya, Arini aka Felicia berusaha untuk menghindari apa yang akan terjadi pada dirinya nanti, mengingat posisinya saat ini berada di timeline yang cukup panjang sampai kejadian yang tak diinginkannya terjadi.
Tapi kalau dia mengubah sikap, sifat serta perubahan lainnya di dalam cerita, bagaimana akhir ceritanya, apakah akan berubah sesuai bayangannya? Atau malah dia terjebak selamanya di sana?
Ketika memilih Woke Up as A Villainess, aku nggak ada ekspektasi apapun. Nggak kepikiran juga kalau ceritanya akan se-page turner ini. Jujur, aku nggak pernah baca karya kak Despersa sama sekali, baik wattpad maupun versi cetak, padahal setauku kak Despersa udah banyak banget karyanya. Nah, pas ada kesempatan kayak gini lah, aku mencoba berkenalan dengan tulisannya.
Awal aku membaca judulnya, cukup aneh. Terbangun sebagai karakter yang jahat? Bukannya di dunia ini kita memang karakter yang jahat di mata orang lain ya? Pas baca awalnya juga cukup kaget. Karena kayak loncat banget gitu, kukira ini cuma bayangan aja, eh ternyata itu potongan novel yang dibaca Arini. Hihi. Karena membaca ini disela libur lebaran yang cukup panjang, aku jadi cepet banget bacanya.
Menceritakan Arini yang mendadak masuk di novel terakhir yang dibacanya, cukup mengagetkan ya, apalagi sudah tau bagian akhirnya. Kalau bahagia sih nggak papa, tapi kalau sad ending, pasti ada perasaan untuk pengen ngubah supaya nggak kejadian kan? Arini juga mau melakukan hal yang sama untuk Felicia. Karena terkenal jadi orang yang jahat, hal ini cukup memudahkannya untuk melakukan hal itu. Tapi, seiring berjalannya waktu, kok dia malah ngerasa kalau ceritanya ini semakin jauh dari yang dia bayangkan. Apa yang seharusnya terjadi, malah nggak terjadi. Yang ada malah dia terjebak di politik kerajaan!
Nggak cuma membahas masalah kerajaan yang cukup banyak politiknya, intriknya, dan segala keribetannya, tapi kak Despersa berhasil membawa romansa yang cukup bikin nyes di dalamnya. Setiap halamannya bikin nagih, meskipun Felicianya pura-pura judes, dia juga pura-pura baik di depan yang lainnya, tapi semua itu yang malah bikin menarik.
Karakter yang aku suka malah sepupunya Albertus, Kendrik Rellard. Meskipun dia terlihat keras di bagian luar, nakal, genit, dan berbagai cap jelek lainnya, tapi dia punya sisi lain yang kayaknya cuma ditunjukkan sama Felicia. Dia ternyata juga orang yang bisa dipercaya lho! Beda banget sama apa yang ditunjukkan dia ke orang luar, kayaknya memang dia sengaja deh, supaya menghindari orang yang bisa menyakiti dia.
Ketika ada penjelasan kenapa Arini bisa menjadi Felicia, aku cukup kaget. Bukan karena apa-apa, tapi kok mirip banget sama drama Korea Extraordinary You! Itu mirip-mirip dengan kisah Arini. Hehe.. Aku juga suka dengan gaya penulisannya kak Despersa, nggak kaku dan mengalir banget, bikin betah bacanya. Narasi yang ditulis juga nggak berlebihan.
No comments:
Post a Comment