Tuesday, July 30, 2024

[REVIEW] Dear Writers, Let’s Revisweet

Dear Writers, Let’s Revisweet
Leefe
BIP Gramedia
342 Halaman

“Dia punya masalah mental. Orang yang terluka akan cenderung melukai orang lain juga. Makanya, itulah kenapa hubungan bagus adalah hubungan yang terdiri dari dua orang yang sudah sama-sama stabil secara mental, bukan sepasang luka.”


B L U R B

Kriteria project #SpeakUpYourWorld.
1. Sekalipun sakit kepala meradang, editor harus mencari naskah dengan views di atas satu juta. Jangan lupakan embel-embel geng bad boy, bucin, dan tawuran antarsekolah.
2. Tabah menghadapi penulis dengan segala macam karakternya.
3. Mengarungi deadline, dan sambutlah drama di depan mata.

Nyaris terkena lay-off, Satria berjuang membuktikan dirinya layak untuk dipertahankan di SKY Media melalui sebuah project. Namun, ia justru memilih naskah Faya Azzura, penulis amatir yang belum pernah menelurkan satu karya pun, bahkan tulisannya tidak memenuhi kriteria yang diminta sang atasan.

Dibayangi tekanan kerja, masalah keluarga, hingga ancaman menjual naskah novel sebagai suvernir petunangan sang mantan, bagaimana Faya menghadapinya? Dapatkah Satria lolos dari radar lay-off serta membebaskan Faya dari masa lalu yang menyesakkan?

- - - - - - - - - -

Sky Media merupakan salah satu anak perusahaan penerbitan terbesar, sayangnya karena Covid yang sedang merajalela, keuntungan perusahaan yang menurun, membuat Paduka Devan menurunkan titah yang cukup bikin jantungan. Siapapun yang bisa menemukan, menerbitkan, dan penjualan naskahnya paling tinggi, dia akan bertahan. Kalau paling rendah, ya tau sendiri, silakan siapkan surat resign.

Nggak cuma itu aja, Paduka Devan juga memberikan kriteria naskah yang sebaiknya dicari dan sedang laku di pasaran. Semua editor, termasuk Satria juga berjuang keras untuk mempertahankan posisi mereka di Sky Media. Ya walaupun sesekali mereka pergi ke job fair untuk jaga-jaga.
“Logika penulis dan editor memang kadang kayak langit dan selokan. Editor penginnya memoles karya jadi sebagus mungkin supaya pembaca tidak menyesal membeli bukunya, tetapi penulis punya idealis tersendiri.” — P. 43
Ketika teman-temannya mencari naskah sesuai kriteria yang diinginkan Paduka Devan, Satria malah mencari naskah dengan caranya sendiri. Penulis baru, yang tidak punya karya sebelumnya, pembacanya pun tidak sebanyak yang ditargetkan Paduka Devan. Hal ini jelas aja menjadi tantangan bagi Satria dan mendapat respon yang tidak baik dari Paduka Devan.

Ternyata, selain penulis yang masih baru, dia juga memiliki masalah yang cukup rumit sampai harus menarik naskahnya, kalau sudah begini, bagaimana nasib Satria? Haruskah dia mulai mencari pekerjaan di tempat lain?


Dulu, aku kira, pekerjaan editor itu cuma bagian ngedit naskah mulai dari alur, penokohan, dan typo. Tapi ternyata enggak lho. Pekerjaan sebagai editor cukup banyak, bahkan sampai ke marketingnya juga.

Dear Writers, Let’s Revisweet ini awalnya kukira berisi tips and trick cara revisi supaya sat-set dan anti gagal. Maklum, aku cukup jarang baca blurbnya. Kalau kurasa covernya menarik, biasanya aku langsung gas baca bukunya. Ternyata isinya tentang dunia penerbitan dan juga kepenulisan. Menarik banget! Biasanya kita kan cuma diajak kelilingan di dunia kepenulisan, jarang diajak ribetnya dunia penerbitan. Selain membahas tentang dunia kepenulisan, di sini juga membahas tentang dunia pertemanan dan percintaan yang cukup rumit. 

Sepertinya di atas aku nggak terlalu banyak memperkenalkan penulis yang diincar sama Satria ya. Mari berkenalan dengan Faya, cewek yang kalau udah fokus, nggak peduli dengan sekitarnya. Dia ini cukup pintar, tapi juga nggak mudah bergaul dengan orang lain. Jadilah kalo sama orang lain dia itu kikuk banget. Mungkin ini penyebab temennya cuma Sindi dan Aryan aja. Lalu mereka berdua juga semakin menjadi.

Mengambil setting ketika covid, menurutku masih agak kurang ya. Kayak cuma penguat alasan Satria dan kawan-kawan harus bekerja lebih keras aja gitu. Soalnya nggak terlalu menjelaskan masa-masa covid yang bener-bener strict pake masker, kerja WFH.

So far, baca Dear Writers, Let’s Revisweet ini menyenangkan lho. Tiap halamannya bikin nagih, selalu penasaran dengan kelanjutan Faya, Sindi dan Aryan. Meskipun nyebelin, aku malah menunggu-nunggu Sindi dan Aryan lho. Psst.. ada banyak tips, ilmu dan istilah kepenulisan di sini!


From the book…
“Logika penulis dan editor memang kadang kayak langit dan selokan. Editor penginnya memoles karya jadi sebagus mungkin supaya pembaca tidak menyesal membeli bukunya, tetapi penulis punya idealis tersendiri.” — P. 43

“Saya nggak mau ada Lio lain di dunia ini, kak. Yang jadiin trauma masa kecil sebagai patokan cara memandang di dunianya, padahal dia yang jahat ke diri sendiri dengan larang semua orang kenal dia lebih deket.” — P. 105

“Dia punya masalah mental. Orang yang terluka akan cenderung melukai orang lain juga. Makanya, itulah kenapa hubungan bagus adalah hubungan yang terdiri dari dua orang yang sudah sama-sama stabil secara mental, bukan sepasang luka.” — P. 136

“Target? Nggak tuh. Gue nggak suka batasin diri sendiri, Ko. Nikahlah pas udah siap. Punya pasangan pas udah selesai sama diri sendiri.” — P. 168

“Jadi… saya nggak peduli kamu menulis di pagi, sore, atau dini hari. Saya nggak peduli kamu mau bikin ceritamu happy ending atau sad ending. Saya hanya peduli pada ‘jiwa’ apa yang kamu letakkan di tulisanmu? So, menulislah dengan hati, Faya. Dengan begitu, kamu nggak akan terbebani atau merasa kesulitan harus menulis apa waktu duniamu lagi nggak baik-baik aja.” — P. 174

“Dalam hidup, adakalanya kamu harus menderita. Bukan karena kamu jahat dan sedang mendapat karma, tetapi karena kamu terkadang tidak menyadari kapan dan di mana harus berhenti jadi terlalu baik. Tuhan menunjukkan semuanya melalui penderitaan itu.” — P. 207 to 208

“Setiap orang pasti memiliki standar pasangan ideal versinya masing-masing. Perempuan yang berkualitas punya, lelaki yang berkualitas punya juga. Nah, akan sangat melelahkan apabila hanya satu pihak yang menuntut kriteria pasangan idaman, sementara di sendiri tidak berusaha menjadi idaman.” — P. 273

“Cantik itu bukan hanya soal paras, melainkan kepribadian serta sudut pandang seseorang terhadap dunia. Paras hanya bertahan dalam hitungan dekade, sementara personality menetap seumur hidup.” — P. 273

“Saya cuma ngungkapin sesuka apa saya sama dia. Bukan untuk dapetin balasan, melainkan bikin dia sadar semenakjubkan apa dia di mata orang lain. Kalau orang lain aja bisa sesuka itu sama dia, maka dia pun bisa sesuka itu sama dirinya sendiri. Mencintai dirinya apa pun kekurangannya.” — P. 275

So… I tell you to let go of everything that makes you sad, Faya. Kayak yang akan saya lakuin habis ini. Let go. Jalanin hidup kamu seperti yang kamu penginin, bukan apa yang orang lain pengin. Tolong jaga diri kamu baik-baik.” — P. 276

“Kalau kamu ketemu cowok yang kamu suka, jangan takut buka lembaran baru di hidup kamu. Don’t miss out your own happiness.” — P. 284

“Cinta itu emosi, dan emosi itu tidak tetap karena subjek yang merasakannya adalah manusia. Kemarin Faya berpikir dirinya tak punya dukungan siapa-siapa, tetapi hari ini ia merasa hangat karena support yang tidak pernah diketahuinya.” — P. 284

“Hidup bukanlah susunan kalimat teratur yang sesuai dengan kaidah. Akan ada hal-hal yang terjadi di luar prediksi. Kadang rapi dan kadang juga berantakan. Seperti jatuh cinta.” — P. 324

No comments:

Post a Comment