Tuesday, March 26, 2019

[Review] Ve


Judul : Ve

Penulis : Vinca Calista

Penerbit : Noura Publishing

Tebal : 202 Halaman

"Orang yang lebih tua tidak otomatis menjadi paling tahu apa yang terbaik untuk orang selain dirinya."


BLURB

PERATURAN BAPAK

Orangtua berhak membunuhmu.

Perempuan tidak usah banyak membaca
karena ilmu selain dari Bapak itu sia-sia.

Jika tidak patuh, pukuli sampai sekarat atau kubur sekalian.

- - - - - - - - - -

Cerissa Vermilion, anak periang yang berwawasan luas karena suka membaca buku yang berbagai macam isinya. Mulai dari novel sampai ke biografi, bahkan juga tentang buku perkuliahan. Bisa dibilang, dia adalah anak yang open minded, dan tentu saja tidak suka berteman yang hanya sekadar remeh temeh. Hal itu tentu saja dibarengi dengan profesi ibunya sebagai dosen di sebuah kampus dengan otak cemerlang dan selalu mengeksplor hal baru. Semuanya baik-baik saja, sampai ketika dia pulang dari pesta di Library Cafe milik Akar, sahabat Ve satu-satunya, keesokkan harinya.
"Ibu kamu pergi ke London nyusul si Henry! Dia selingkuh! Si jalang itu lebih milih si brengsek daripada kita!" — P. 7
Ya, pagi itu, ketika dia pulang, rumah dalam keadaan berantakan dan korden masih tertutup rapat, padahal biasanya ibunya sudah mulai menyiapkan barang-barang yang akan dibawa untuk ke kampus, sarapan, dan juga membuka korden. Ayahnya kemudian mengajak dia pergi ke rumah Nenek Unung, Nenek dari pihak ayahnya. Nenek yang menurutnya aneh dan karena itulah, cukup jarang dikunjungi. Terakhir mereka mengunjunginya, setahun lalu.

Kepindahan yang bagi ayahnya 'sementara' membuat Ve tidak nyaman, mulai dari aturan sang nenek tentang hakikat perempuan yang sebenarnya, sampai pada kejanggalan yang dirasakan Ve di rumah Neneknya. Hal itu terus berlanjut, dan dia malah menemukan clue atas kepergian ibunya secara mendadak. Tak hanya itu saja, dia juga bisa mengetahui secara tidak langsung, masa lalu Nenek Unung dan juga ajaran Bapak yang selalu diagung-agungkannya. Lalu, bagaimana caranya dia keluar dari sana?

Novel pertamanya kak Vinca yang kubaca. Setauku, kak Vinca selalu membahas tentang thriller atau sisi gelap gitu.

Oke, aku bakalan bahas tentang novel ini. Cukup menegangkan. Karena labelnya aja urban thriiler kan ya. Nah, di sini, kita diajak untuk kembali ke masa di mana cewek hanya cukup di rumah saja, duduk menunggu suami pulang kerja, melayani suami, baik untuk fisik dan rohaninya. Tidak boleh melebihi laki-laki, tidak lebih tinggi dan yang jelas, harus nurut suami. Secara kasar, kita balik ke jaman jebot, di mana cewek itu 3M, macak, masak, manak. Cukup. Maka nanti kalian akan bahagia. Sedangkan di novel ini, diceritakan Ibu Ve adalah seorang dosen, yang tentu saja, dia pasti di atas Ayah Ve secara kedudukkan dan wawasannya. Hal inilah yang kemudian membuat masalah muncul. 

Jujur aja, aku suka banget sama novel ini. Karena apa ya? Membuka pengetahuan kita. Seringkali kita denger, bahwa orangtua pasti benar, tanpa cela, tanpa salah. Padahal nggak. Orangtua juga bisa salah, orangtua juga perlu belajar dari yang lebih muda, karena yang muda pasti lebih update daripada yang tua. Dan lagi, jaman ini pun sudah modern, perempuan tidak lagi hanya duduk manis di rumah. Para perempuan juga berhak mendapatkan kesetaraan gender dan meraih mimpinya.

Sudut pandang cerita ini cukup unik ya, karena biasanya kebanyakan penulis novel menggunakan sudut pandang pertama atau aku, atau sudut pandang ketiga serba tahu. Tapi kak Vinca di sini, pake sudut pandang kedua, yaitu kamu. Unik, tapi tidak membingungkan.

Tiap chapternya juga membahas tentang emosi yang dirasakan oleh Ve. Karena di sini lebih banyak menceritakan Ve. Untuk karakternya sendiri, aku suka. Kuat sekali. Apalagi Nenek Unung. Kita bener-bener dibawa melihat bagaimana sih kolotnya orang jaman dulu. Cukup menyenangkan membacanya, dan kemudian bersyukur. Apa jadinya kalo jaman sekarang masih ada beginian? Sedih dong aku, nggak bisa baca banyak buku. Jaman sekarang yang udah bebas aja masih ada buku yang dilarang, apalagi jaman dulu ya kan? Aku juga suka sama karakter Ibunya. Tidak menghakimi orang, tidak mudah menilai orang, cukup kita melihat dia, dan cara berpikirnya, barulah kita bisa menilai mereka.


Quotable:
"Ibu bilang, cukup tahu jawaban orang lain, tetapi tidak perlu kamu terseret oleh beban untuk menganut kesamaan dengannya. Jika ada yang menggugah seleramu untuk mengetahui lebih lanjut, pelajari dengan caramu sendiri." — P. 86

No comments:

Post a Comment