Saturday, June 8, 2019

[Review] Head Over Heels


Judul : Head Over Heels

Penulis : Indah Hanaco

Penerbit : Histeria

Tebal : 390 Halaman

"Tuhan memang pengatur skenario yang paling hebat. Aku belajar banyak supaya nggak benci atau suka sama sesuatudengan berlebihan. Karena kita nggak pernah tahu apa yang terjadi besok-besok."


BLURB

Mereka punya cerita patah hati sendiri yang tidak tersembuhkan oleh waktu. Hingga mereka bertemu di Pulau Nias, di suatu dini hari. Pagi yang belum merekah sempurna itu menjadi awal kisah serupa benang kusut yang menautkan Milo dan Btari.

Keduanya bertengkar dan saling bantah tak kenal musim. Sampai di suatu titik jenuh yang menjungkirbalikkan semua. Btari dan Milo tak pernah menduga, cinta bisa menaklukkkan keduanya.

- - - - - - - - -

Btari, seorang cewek yang melampiaskan patah hatinya pada pekerjaannya. Di kantor, dia dikenal sebagai cewek workaholic, karena dia nggak pernah pulang ontime. Banyak yang sebenarnya menyayangkan hal ini, karena selain dia cewek, dia juga masih muda. Di rumah pun, mamanya terkadang juga kasian melihat dia bekerja sampai malam. Sehingga, mamanya menyarankan untuk mengambil liburan. Dan Nias adalah tempat liburannya kali ini. Oh, jangan lupakan pemaksaan Cindy. Berkat Cindy, dia jadi mengiyakan untuk terbang ke Nias. Padahal, Btari sangat anti sama yang namanya penerbangan. Nggak pernah sahabatan mereka!
"Jangan menyia-nyiakan hidupmu, Anak Kecil! Dunia ini indah. Kamu bakalan nyesal kalau nekat ngebuang segalanya hanya karena patah hati." — P. 71
Milo, cowok yang menemukan Btari pagi-pagi buta, cowok yang amat sangat dibencinya. Pertemuan pertamanya dengan Btari, karena dia mengira, Btari akan bunuh diri. Karena memang Btari sendiri berjalan menuju ke pinggiran laut. Hal inilah yang kemudian membuat mereka berdua terus berseteru saat bertemu. Karena memang sejak pertemuan pertama, mereka sudah salah.

Saat perjalanan pulang pun masih sama. Masih saling ledek dan bersikap menyebalkan. Tapi satu hal yang luput dari Btari, bahwa sejak mengenal Milo, dia sudah tidak lagi memikirkan cowok yang tadinya membuat dia patah hati. Tapi apakah dia juga mulai nyaman dengan Milo? Walaupun mereka berdua sering bertengkar?


Jujur aja, ini novel kesekian kak Indah yang aku baca pertama kalinya. Padahal, aku udah punya salah satu bukunya sejak beberapa waktu lalu. Tapi karena nggak pengen baca aja, jadi ya belum kubaca. Ya, katakanlah aku seorang penimbun. Hahaha..

Jadi, first impressionnya, nggak ada. Cuma dari yang aku denger, kak Indah keren banget kalo nulis. Dan setelah baca ini, wow. Just wow. Kak Indah cukup apik dalam menceritakan tentang Milo dan Btari ini. Masa lalu mereka berdua juga sudah dibuka sejak awal. Jadi kita nggak perlu menduga-duga kenapa begini atau kenapa begitu.

Untuk konfliknya sendiri, cukup pelik menurutku. Apalagi di bagian kantornya Milo. Hmm.. Bener-bener nyata gitu keadaannya. Saling sikut sana sini supaya dapet perhatian dari atasan dan lainnya. Penggambaran tentang pekerjaan Milo dan Btari juga cukup detil dan nyata, nggak ngawang gitu. Suka cara menggambarkannya, narasinya sendiri juga nggak membosankan. Meskipun ada beberapa setting tempat yang menurutku rada ngawang, karena awalnya kukira apartmen, ternyata di kafe.

Di sini aku belajar banyak sih, untuk perkantoran, me-time, sama belajar untuk nggak ngambil dari sudut pandangnya kita sendiri! Biar nggak salah paham terus. Soalnya di sini Milo sama Btari sempet salah paham dan itu kacau banget sih menurutku.

Quotable:
"Ya Tuhan, andai bisa, tolong cabut semua perasaan cinta yang nyiksa banget ini. Apa ini pantas dibilang cinta kalau yang ada cuma rasa sakit?" — P. 18

"Orang dewasa itu tau kapan saatnya untuk berhenti, Nak! Itu yang bikin hidup seimbang. Nggak ada gunanya maksain diri untuk sesuatu kemungkinan besar akan gagal. Cuma buang-buang waktu. Percayalah!" — P. 20

"Milo benar, kadang seseorang hanya ingin didengarkan. Bicara dengan orang yang tergolong asing, malah meringankan beban Btari." — P. 199

"Kalau kamu nggak jatuh cinta, berhentilah dari sekarang. Kamu, Btari, nggak akan bisa bertahan sama orang yang nggak kamu cintai. Sejarah udah ngebuktiin." — P. 269

"Konsep bahagia itu kadang bikin geli, Milo. Aneh, juga. Apa yang dulu kukira nggaka akan bisa bikin aku benar-benar hepi, sekarang malah sebaliknya. Aku bersyukur kamu masih mau ngasih satu kesempatan untukku." — P. 332

"Apa kamu tahu kenapa orang sering salah paham? Itu karena ada satu pihak yang ogah dengerin penjelasan dari pihak satunya. Langsung ngasih vonis tanpa pertimbangan apa pun. Kayak yang selama ini kamu lakukan." — P. 344

No comments:

Post a Comment