Sunday, March 12, 2023

[REVIEW] Almost is Never Enough

Almost is Never Enough

Sefryana Khairil

338 Halaman

Gagas Media

"Kami memikirkannya saat kami merasa ingin membahagiakan pasangan. Mungkin bedanya, kami tidak membayangkan, tapi kami langsung membuat rencana apa yang harus kami lakukan."


B L U R B

Ada hati yang kujaga agar tak jatuh.
Namun, saat di dekatmu, seringnya ia tak patuh.

Al
Telah kehilangan orang yang kita sayang adalah persamaan kita.
Kita saling berbagi rasa sakit setelah kepergiannya.
Ketika aku menginginkan lebih, aku tahu ada yang salah.
Namun, aku tak mampu terus menjaga jarak denganmu.
Melihatmu dari jauh saja rasanya tak cukup.
Jika benar ini cinta, tepatkah ia datang kali ini?

Ella
Mewujudkan keinginan orang yang kita sayang,
tentu itu akan kita lakukan—apa pun taruhannya.
Sayangnya, kau pun justru merebut satu-satunya yang ia miliki.
Membuatmu selalu resah karena rasa bersalah.
Pernahkah kau merasakannya?

Aku tak pernah sengaja menginginkanmu
meski ersamamu adalah cara untuk menggenapkanku.
Jika kita diciptakan untuk bersama,
biarlah waktu yang menelan ragu kita.
Karena entah kapan aku akan bisa mengakui;
bahwa hati tak akan puas jika tak memilikimu sepenuhnya.

- - - - - - - - - - 

Kecelakaan yang dialami Maura, membuat Al kehilangan istrinya. Bagi Al, semuanya serba mendadak. Mereka bahkan baru saja mendapatkan kabar bahagia, karena akhirnya mereka bisa mempunyai anak. Walaupun bukan Maura sendiri yang mengandungnya, tapi tentu saja hal ini membuat pasangan ini berbahagia.
"My biggest fear is... knowing that one day, you might not come home." P. 62
Tidak hanya Al, Ella—ibu pengganti sekaligus sahabat Maura juga ikut kehilangan. Meskipun mereka sangat bertolak belakang, tapi hal ini tidak membuat persahabatan mereka jadi terganggu. Yang Ella bingungkan, adalah nasib bayi yang sedang dikandungnya. Permintaan terakhir dari Maura adalah untuk melahirkan bayinya, karena kandungan Maura tak cukup kuat untuk mengandung. Tapi setelah semua ini, apakah Ella mampu?

Setelah kepergian Maura, Al dan Ella memutuskan untuk tinggal bersama, sesuai dengan rencana yang Maura persiapkan sebelumnya, yang seharusnya mereka jalani bertiga, kini harus Al dan Ella jalani berdua saja. Sejak awal, Ella sudah meragukan hal ini, karena pertemuan setiap hari, akan menimbulkan rasa yang lain. Tapi mengingat ini adalah permintaan Maura yang lain membuat dia tak kuasa menolak.
Apakah Ella dan Al bisa menjalaninya dengan baik?


Tentang ibu pengganti. Rasanya, di Indonesia masih belum umum dengan istilah ini. Sekadar info, ibu pengganti ini bukan berarti suami akan selingkuh dan berhubungan badan dengan orang lain ya. Tapi menitipkan embrio yang sudah jadi, supaya bisa berkembang di perut ibu pengganti. Ini sepemahamanku ya, jadi kalau misal ada salah, boleh dikoreksi.

Maura sangat selektif memilih ibu pengganti untuk anaknya. Tentu saja, buat anak, masa coba-coba? Ketika Maura akhirnya memilih Ella, dia sudah mencoba berbagai solusi, hingga akhirnya dia memilih Ella. Wanita yang bisa dipercaya untuk membawa anaknya selama sembilan bulan. Kalaupun ini diposisiku, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama.

Karena novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, kita jadi diajak untuk memahami perasaan Al dan Ella. Bagaimana mereka menghadapi kematian Maura yang tiba-tiba, bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka, dan bagaimana masa lalu mereka.

Aku suka cara kak Sefryana menuliskan kisah Al dan Ella. Gimana Al yang bingung dengan perasaannya, posisinya, dan keinginannya. Begitupun dengan Ella, punya masa lalu yang nggak menyenangkan dengan laki-laki, nggak membuat Ella antipati sama Al, malahan dia mau melayani Al, mulai dari nyiapin sarapan, beres-beres rumah. Padahal kalau aku jadi Ella, mungkin aku udah mencak-mencak duluan. 

Karakter yang aku suka sih tetep Al. Muehehe.. dia ini tipe cowok yang gentle. Dia selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, meskipun gemes banget karena dia selalu denial sama perasaannya. Sementara, karakternya Ella ini lebih ke.. dijalanin aja apa yang ada di depan mata. Bagus sih, cuma Ella jadi nggak punya rencana yang pasti gitu.

Dengan berlatar tempat di luar negeri, aku berasa diajak jalan-jalan sama Al dan Ella. Suasananya tuh beda banget sama di Indonesia kayaknya ya. Apalagi ada musim saljunya. Kan pengen juga buat snowman kayak Zoey.
 
 
From the book...
"Kami memikirkannya saat kami merasa ingin membahagiakan pasangan. Mungkin bedanya, kami tidak membayangkan, tapi kami langsung membuat rencana apa yang harus kami lakukan." P. 117

"Tapi, tidak selalu hal yang menyentuh membuat kita lemah. Justru membuat kita lebih peka." P. 195

No comments:

Post a Comment