Sunday, May 21, 2023

[REVIEW] Cita Cinta Caraka

Cita Cinta Caraka

Erisca Febriani

Bentang Pustaka

223 Halaman

"Lagi pula, kalau kamu udah sibuk dan enjoy sama hidup kamu sendiri, kamu pasti nggak akan punya waktu untuk marah soal nggak adilnya dunia. Dunia terlalu indah buat disalah-salahin. Kamu bakal menerima dengan lapang dada kalau jalannya memang harus begini"


B L U R B

Caraka merasa hidup ini selalu tidak adil kepadanya.
Ia harus menjadi ibu, ayah, sekaligus kakak bagi adiknya.
Dia juga harus mempertahankan prestasi di kampus, serta sibuk sebagai Manajer Aspire band. Caraka selalu terlalu keras pada diri.

Seolah belum cukup repot, Caraka diminta Janitra, sahabatnya untuk melakukan misi penting. Caraka diminta menyingkirikan Anindita, adik tiri Janitra. Bagi Janitra, tidak seharusnya Anin datang, ia hanyalah anak simpanan.

Akan tetapi, Anin membuat Caraka takjub. Bagi Anin, semua tampak mudah, padahal hidupnya sulit. Semua hal yang tampak remah jadi terlihat wah. Kehadiran gadis polos itu di hidup Caraka membuatnya  berpikir ulang tentang cara berbahagia. Bagaimana seharusnya memandang dunia. Hari-hari bersama Anin membuat Caraka ingin mengkhianati sahabatnya.

- - - - - - - -

Caraka, seorang manajer Aspire band yang dikenal dingin, tak tersentuh, sekaligus jadi sosok pelindung bagi Aspire dan juga adiknya, Ratih. Kehidupannya tidak menarik, bahkan sebisa mungkin, dia menghabiskan waktu di luar rumah, supaya saat dia pulang, dia hanya tinggal tidur aja.
 
Kali ini, Janitra—sahabatnya, meminta bantuannya, menyingkirkan adik tiri yang tak pernah diharapkannya. Bagi Janitra, kedatangan adik tirinya adalah bencana. Belum habis kekecewaannya terhadap sang ayah, malah adik tirinya menemuinya.
"Justru itu, harusnya semakin dewasa, kemampuan kita buat happy dari hal sederhana nggak boleh hilang, kan? Kamu tahu nggak, kenapa banyak orang makin dewasa justru semakin sedih? Padahal, sebenarnya ada banyak cita-citanya yang tercapai?" P. 73
Anindita, sosok periang yang menjadi sumber kebahagiaan ibunya dan juga warga kampung tempat tinggalnya. Meskipun awalnya dia mendapat cemooh karena statusnya sebagai anak haram, hal ini tidak membuatnya menjadi orang yang pendendam. Malahan dia tumbuh sebagai anak yang periang, menyebarkan energi positif yang dimilikinya sebanyak mungkin.

Kedatangannya ke Jakarta, terlebih masuk ke Harapan Nusa, memang tidak diharapkan oleh banyak orang, tapi bagaimana kalau ternyata dia membuat orang lain malah jatuh cinta pada setiap tingkah konyolnya?


Siapa yang sudah membaca Cita Cinta Caraka versi wattpad? Aku baru baca sedikit! Haha.. Apalagi pas tau bakalan dibukukan, yaudah, mending langsung baca versi cetaknya aja. Karena pasti lebih seru!

First of all, aku tidak pernah menyetujui sebuah hubungan yang dimulai dengan cara yang salah. Berselingkuh, apalagi sampai punya anak, buatku itu adalah kesalahan fatal. Selingkuh aja kesalahan besar, apalagi sampai punya anak. Jadi ya, awalnya aku juga agak sebel sama papanya Anin dan Janitra ini. Tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan dalam bentuk apapun ya.
 
Anindita ini menurutku tipe anak yang menyenangkan. Dia mudah untuk menghargai sesuatu. Karena tinggal di kampung, dia selalu amaze tiap ada hal yang dia lihat di kota. Mulai dari masuk ke Universitas Harnus, masuk ke mall, ngelihat berbagai macam hal di Jakarta jadi sesuatu yang baru. Mungkin untuk sebagian orang, dia ini orang yang norak abis, apalagi dilihat dari cara berpakaiannya. Tapi aku sudah sekali sama dia yang mudah membaur, dan nggak gampang nyerah! Sungguh, kalo aku jadi dia, mungkin aku bakalan nyerah pas ada masalah.

Sementara Janitra, dia ini cewek yang berusaha untuk mengalihkan kekecewaannya sama ayahnya. Kegiatan yang dilakukannya sekarang pun sebenernya udah pengalihan emosi yang baik. Aku paham sekali posisinya dia, aku juga kalo jadi dia pasti kecewa banget lah. Cumaaa.. caranya membalas dendam itu nggak baik. Untung Anin bukan tipe orang yang mudah nyerah gitu aja.

Selama baca cerita ini, aku selalu senyum-senyum sama tingkahnya Anin, meskipun di satu sisi, kasian juga sama Anin dan Janitra. Aku juga terharu banget sama kebaikannya Anin. Sungguh, kayaknya dia ini nggak pernah ada pikiran buruk sama orang lain.

Dari Anin dan Janitra, aku banyak belajar cara berdamai dengan keadaan, tentang kehidupan, dan juga seni menghargai waktu. Kata-kata Anin yang bilang kalau waktu itu nggak pernah nunggu manusia, aku percaya. Karena kalau kita nggak bergerak sekarang, dan lebih milih untuk menunggu-nunggu, nanti tiba-tiba udah jauhhh aja rasanya. Cara Anin dan Janitra untuk berdamai dengan keadaan mereka juga aku salut sih. Terutama Anin ya, karena dia sangat sangat paham dengan perasaan orang lain. Dia sensitif sekali.

Rasa-rasanya, kalau aku jadi Anin, aku bakalan nyerah sih. Nggak kuat gitu berdamai dan malah haha hihi sama waktu. Sementara Janitra adalah kita. Denial pasti ada, tapi kalau dikasih orang sebaik Anin, kayaknya aku bakalan leleh juga.

Last, Caraka ini menyenangkan ya! Kalau kutebak, love languagenya pasti act of service! Oh iya, isi bukunya juga menyenangkan gitu. Mulai dari covernya yang bisa dibuka, dan sejauh yang aku tau, ini yang pertama deh. Udah gitu, di dalemnya ada isi spot favorit di Harnus, ada peta dan juga visual tokohnya juga.


From the book...
"Daripada rasa sakitnya diluapin jadi luka, kasihan diri lo sendiri, mending diluapin jadi seni. Luapin semuanya. Gue tahu lo punya bakat melukis dari gambaran-gambaran lo di belakang buku cetak." P. 27

"Obat asam lambung itu cuma satu, bahagia. Kenapa bisa begitu? Karena sistem pengeluaran asam lambung itu berasal dari otak. Sama kalau kita melihat makanan, air liur keluar. Nah, ketika sedang stres, asam lambung yang akan diproduksi. Ini saya kasih resepnya kalau sedang kumat, tapi balik lagi, resep utama itu, ya pikiran. Harus tenang dan bahagia. Kalau ada masalah cerita, dibagi ke orang, jangan ditelan sendiri." P. 55

"Karena semakin dewasa, standarnya tentang bahagia semakin tinggi. Kakak ingat nggak, waktu kecil apa yang bikin Kakak bahagia? Pasti sederhana. Waktu masih anak-anak, kita senang banget cuma karena dikasih waktu sehari aja bebas tidur siang. Kita senang karena dibolehin Ibu makan permen manis. Kita senang karena dibolehin main hujan-hujanan. Itu sebabnya, waktu kecil bahagia mudah diraih, karena ekspektasi kita tuh, sederhana." P. 74

"Sayangnya, semakin dewasa, kemampuan itu menghilang. Kata bahagia jadi sulit diraih karena ekspektasi kita tentang bahagia semakin tinggi. Baru bahagia kalau punya rumah mewah. Baru bahagia kalau punya mobil bagus. Baru bahagia kalau bisa ranking satu. Makin dewasa, kita bikin standar yang tinggi cuma demi bisa bahagia. Padahal, makin tinggi standar bahagia itu, semakin hilang maknanya." P. 74

"Kan, suatu kalimat terasa sakit atau nggak, tuh, tergantung gimana seseorang menyikapinya. Aku sudah berdamai dengan itu. Habis, emang kenyataannya gitu?" P. 75

"Lagi pula, kalau kamu udah sibuk dan enjoy sama hidup kamu sendiri, kamu pasti nggak akan punya waktu untuk marah soal nggak adilnya dunia. Dunia terlalu indah buat disalah-salahin. Kamu bakal menerima dengan lapang dada kalau jalannya memang harus begini." P. 77

"Kalau membantu seseorang, tapi berharap dibalas, itu namanya pamrih. Kata Ibu, tiap kali berbuat baik kepada seseorang, harus langsung dilupain, karena kebaikan kalau diingat-ingat namanya bukan kebaikan. Lagian, kalau kita berbuat baik itu ya bisa jadi balasannya datang dari orang lain. Walau nggak langsung, bisa jadi datang di waktu yang tepat, di waktu yang memang lagi butuh banget." P. 90 to 91.

"Akan ada satu orang yang bahkan diamnya saja berhasil membuat jatuh cinta. Satu orang yang bisa memenangkan hati kita tanpa melakukan apa-apa, yang diamnya bahkan memesona, yang dengan senyumnya seolah menenangka, yang dengan menjadi dirinya sendiri membuat kita yakin bahwa... dialah orangnya." P. 131

"Tra, kebencian itu kayak awan mendung. Dia bikin pandangan kita gelap karena selama ini kita cuma fokus sama awan mendung itu. Tapi, seandainya, lo berani untuk melihat keluar... Lo bakal sadar, di luar awan mendung itu ada langit biru dan matahari hangat yang selalu siap menyinari lo." P. 134

"Karena itu sama kayak ungkapan, 'aku nggak bisa ngelakuin banyak hal, makanya aku butuh kamu untuk bantu dan melengkapi aku'" P. 146

"Ada yang bilang jatuh cinta adalah hal yang butuh banyak pengorbanan. Ada yang berjuang begitu keras agar dapat dicintai. Namun, akan ada satu orang yang bahkan diamnya saja berhasil membuat jatuh cinta." P. 174

"Aku mau setiap momen dalam hidupku, tuh, ada bekasnya karena ingatan kita terbatas. Kita nggak bisa ingat semua detail kecilnya, kan? Makanya, aku berusaha mengabadikan lewat kamera. Nanti, ketika aku lihat lagi, aku bisa ingat perasaanku waktu itu. Waktu, kan, nggak pernah menunggu manusia. Kalau kita nggak curi-curi waktu untuk menikmati, kita bakal kecolongan." P. 175

"Dunia selalu punya alasan yang bikin kita jatuh, entah dari orang terdekat atau justru orang paling asing sekalipun. Itu sebabnya kuat-kuatin diri, jangan mau kalah sama perkataan orang lain." P. 183

No comments:

Post a Comment