Friday, August 4, 2023

[REVIEW] Cut The Crap

Cut The Crap

RevelRebel

Aksara Makna Imaji

502 Halaman

"Kamu membuatku percaya bahwa kesempatan kedua itu ada. Aku pernah gagal dan aku belajar dari kegagalan itu, sampai akhirnya aku yakin akan sanggup menjalani hubungan ini dengan kamu. Aku harap kamu mau memberiku kesempatan."


B L U R B

Kehidupan sebagai banker membuat Jia merasa hidupnya hampa. Sebuah keputusan nekat membuatnya berhenti bekerja dan membuka sebuah toko buku, The Book Tour. Selama tiga puluh tahun menjalani kehidupan yang diatur keluarganya membuat Jia muak, hingga akhirnya dia menemukan The Book Tour sebagai sebuah surga kecil di hidupnya.

Juga, sebuah pertemuan tidak sengaja dengan pria bermata biru di MRT, membuat hidupnya menjadi sebuah petualangan panjang penuh tantangan.

Ikuti petualangan Jia bersama Pria Bermata biru dan The Book Tour.

- - - - - - - - -

Gianna Aldilla Fajrin, seorang banker di Southbank yang menurut banyak orang, pekerjaannya adalah pekerjaan yang paling diinginkan saat ini. Gajinya besar, jabatan juga lumayan, tapi tentu saja ini semua dibayar dengan kesehatan mental. Pulang malam, bahkan hanya tidur beberapa jam saja.
"Pernikahan itu bukan balapan, jadi enggak ada istilah dilangkahi. Aku enggak mau egois dengan menghalang-halangi kebahagiaan adikku. walaupun statusku yang masih single jadi bahan gunjungan dan semua orang menyalahkan Bian. Lagi pula, pernikahan Bian itu darurat." P. 152
Christian Devara Rama Prijadi, manajer di salah satu kantor ternama di Jakarta. Pertemuannya dengan Jia bisa dibilang cukup awkward, Chris yang ijin untuk nebeng karena hapenya yang lowbat. Pertemuan yang singkat, tapi cukup bikin deg-degan. Gimana enggak, sepulang kerja, sudah malam, dengan keadaan yang kuyu dan lelah ketemu sama cowok yang tinggi besar dan mau nebeng pulang. Meskipun searah, tapi cukup aneh kan?

Nggak ada yang menyangka, ternyata Chris adalah seorang duda beranak satu. Jia pun nggak menyangka hal itu. Tapi, nggak ada yang bisa menolak pesona Lala, anak Chris yang siap membuat orang lain jatuh hati dengan tingkahnya.


Kalimat yang ada di beberapa halaman awal bikin aku sadar. Apa yang sebenarnya kuinginkan? Apa iya aku mau menjalani hidup yang seperti ini? Tapiii.. balik lagi. Nggak semua orang bisa memilih apa yang diinginkannya dalam hidup. Siapa sih yang nggak mau bangun agak siangan, nggak perlu macet-macetan saat pagi atau pun malam, bisa kerja sesuai passion, atau malah dapat uang dari hobi.
 
Tidak semua orang seberuntung Jia, atau malah, tidak semua orang seberani Jia. Aku pun, belum tentu seberani Jia. Karena untuk resign dan membangun sebuah toko buku, bukan hal yang mudah. Meskipun aku tau tempat mana yang bisa mensupply buku-buku, atau hal lainnya. Tapi aku masih nggak seberani Jia. Salut banget deh. 
 
Aku suka interaksi antara Jia-Chris, meskipun Chris ini tipe cowok yang nyebelin ya. Karena cueknya kelewatan! Mana dia ini orngnya tuh kekeuh lebih milih act of service, ketimbang ngomong. Merasa bahwa semuanya tuh bisa diatasin sendiri, nyatanya ya enggak. Ini kayaknya jadi sifat dasar laki-laki ya. Merasa bisa semuanya, giliran nanti salah langkah, kecewa, atau nyalahin diri sendiri. Padahal, apa susahnya ngomong sih?
 
Karakter lainnya yang kusuka adalah ibunya Jia. Walaupun dia tuh kadang ngeselin karena sindirannya, tapi somehow, apa yang diomongin dia ada benernya. Nggak hanya sekadar nyindir aja, tapi juga dipaparkan fakta.

Setiap tokoh di novel ini menurutku pas. Semua punya porsinya masing-masing, dan nggak berlebihan. Belum lagi, setiap tokoh juga punya cerita masing-masing yang diceritakan sekilas. Bagaimana masa lalu Mila—sahabat Jia. Bagaimana masa lalu Chris yang ternyata cukup menyesakkan kalo diceritakan.

Last, aku suka sekali sama konsep toko bukunya Jia. Ini juga yang aku mau sejak dulu, punya toko buku yang nggak rame-rame amat nggak masalah, tapi punya pelanggan tetap. Mana tempatnya tuh kayak cozy banget! Rasa pengen punya toko buku tuh jadi tinggi lagi. Hahaha..
 
Terakhir banget, jangan sampe kecewain orang yang sudah kasih kesempatan sama kamu. Kalo nanti dia kecewa, dan berujung nggak percaya lagi, nggak ada yang namanya kesempatan kedua. Karena kamu sudah menyia-nyiakan hal yang dikasih sama orang itu.


From the book...
"Kita, kan, udah dewasa, ya. Maksudku, wajar kalau kita ingin punya kehidupan sendiri. Bukan berarti kita menelantarkan orang tua." P. 109

"Prinsip gue, selama melakukan yang lo suka, enggak ada yang namanya buang-bbuang waktu. Gue memang enggak dapat gaji gede, tapi cukup buat sehar-hari, dan yang penting, gue masih ada waktu untuk menjalani hobi." P. 239

"Enggak mudah untuk menjadi ibu, apalagi ibu sambung. Kamu mungkin bisa yakin dengan Chris, tapi gimana dengan anaknya? Itu yang harus kamu pertimbangkan." P. 296

"Kamu mungkin sedang terlena dengan Chris, merasa semuanya akan baik-baik saja. Kamu juga harus paham tanggung jawab apa yang akan kamu emban kalau serius dengannya." P. 296

"Jangan gegabah, cuma itu pesan Mama. Kalau memang maunya sama Chris, kamu harus siap menerima tanggung jawab. Tapi, kalau kamu mau mempertimbangkan laki-laki lain, juga tidak masalah." P. 296

"Lo juga harus ingat, jangan sampai kelamaan mikir lalu kehilangan momen, dan nantinya bakal menyesal." P. 435

"Kamu membuatku percaya bahwa kesempatan kedua itu ada. Aku pernah gagal dan aku belajar dari kegagalan itu, sampai akhirnya aku yakin akan sanggup menjalani hubungan ini dengan kamu. Aku harap kamu memberiku kesempatan." P. 440

"Kamu memang memikirkan Lala, tapi jangan lupa pikirkan dirimu. Siapa pun perempuan itu, penting jika dia bisa menerima Lala. Namun, yang lebih penting lagi, dia bisa menerimamu. Semua lebih dan kurangmu. Semua beban yang kamu punya. Jatuh cintalah, untuk dirimu sendiri." P. 485

No comments:

Post a Comment