Sekali Lagi di Helsinki
Eva Stremova
49 Parts on Cabaca — Ending
"Tidak ada 'tetapi', Ada. Di usiamu yang 35 seperti ini kau seharusnya berpikir lebih dewasa. Berhentimencari-cari kesalahamu sendiri dan menimpakan semua hal buruk yang terjadi pada dirimu sendiri. Orang lain juga punya andil dalam semua yang kau alami. Kau harus menerima hal itu dan hidup dengannya."
B L U R B
Dua kali mengalami kegagalan dalam rumah tangga membuat Ada mengalami
krisis kepercayaan pada lawan jenis. Masa lalu yang menuntutnya menjadi
perempuan sempurna—pandai memasak, mampu mengurus rumah dan suami hingga
memiliki buah hati, justru membuatnya ingin bebas, menjadi perempuan
yang bisa hidup di atas kakinya sendiri.
Di Helsinki, dalam proyek seminar atas bukunya yang telah terbit, Ada bertemu dengan Mika. Berbeda dengan Ada, Mika yang telah siap untuk melangkah lebih jauh, terus berusaha mendekati wanita itu untuk menjalin komitmen-sekali lagi.
- - - - - - - - -
Kehidupan Ada tidak begitu menarik, ah mungkin menarik bagi sebagian orang. Bisa bekerja kapan saja, menerbitkan buku di luar negeri. Hanya itu saja yang bisa dibanggakannya. Tapi dia tidak seperti kebanyakan perempuan. Ada tidak punya pasangan, dan tidak punya anak.
"Sekali-kali, kau harus menghapus prasangkamu. Tak semua orang di dunia ini buruk seperti dugaanmu. Aku menyesal kau punya masa lalu yang tak menyenangkan. Tapi, jika satu atau bahkan sepuluh orang menyakitimu, bukan berarti sepuluh, seratus atau seribu lainnya juga akan melakukan hal yang sama kepadamu."
Bagi Ada, jatuh cinta lagi itu sulit. Masa lalu yang tidak mengenakkan membuatnya sadar diri agar nggak sakit hati lagi. Karena nggak akan ada yang membelanya, tidak juga ibunya.
Kedatangannya ke Helsinki untuk pekerjaan, yang tak disangkanya, Mika, seseorang yang mendadak menemaninya, meluangkan waktu untuknya, sekadar menonton attau berjalan-jalan. Hal ini terasa aneh, tidak ada yang pernah melakukan ini sebelumnya. Tak hanya itu, Ada juga mulai merasa nyaman. Ini sepertinya salah. Bisa kah dia menerima kedatangan Mika?
Saat awal membaca, aku agak kesel sama Ada karena dia ini kayak negatif thinking banget ssama kebaikan orang lain. Ya emang sih, kalau udah lama ngapa-ngapain sendiri, pasti lebih milih sendiri ketimbang dibantuin. Tapi kalo ada yang mau ngebantuin dengan sukarela, kenapa dia nggak mau terima aja.
Suka sama berondong itu juga gampang-gampang susah. Karena kalau suka, pasti ada aja yang bikin kepikiran. Apalagi adat ketimuran ini kan menganggap aneh pernikahan yang jarak umurnya terlalu jauh. Semakin menjadi lah Ada.
Kedatangannya ke Helsinki untuk pekerjaan, yang tak disangkanya, Mika, seseorang yang mendadak menemaninya, meluangkan waktu untuknya, sekadar menonton attau berjalan-jalan. Hal ini terasa aneh, tidak ada yang pernah melakukan ini sebelumnya. Tak hanya itu, Ada juga mulai merasa nyaman. Ini sepertinya salah. Bisa kah dia menerima kedatangan Mika?
Saat awal membaca, aku agak kesel sama Ada karena dia ini kayak negatif thinking banget ssama kebaikan orang lain. Ya emang sih, kalau udah lama ngapa-ngapain sendiri, pasti lebih milih sendiri ketimbang dibantuin. Tapi kalo ada yang mau ngebantuin dengan sukarela, kenapa dia nggak mau terima aja.
Suka sama berondong itu juga gampang-gampang susah. Karena kalau suka, pasti ada aja yang bikin kepikiran. Apalagi adat ketimuran ini kan menganggap aneh pernikahan yang jarak umurnya terlalu jauh. Semakin menjadi lah Ada.
Kalau aku sendiri, lebih suka sama Mika. Suka sama semangatnya, perjuangannya, gercepnya juga. Bener-bener idaman lah. Meskipun terkadang dia kalo ngide suka kelewatan ya. Masa iya ngajak ngedate ke rumah orangtua? Siapa yang nggak terkejut? Emang Mika beda dari yang lain ya.
Mengambil masalah yang menurutku lumayan rumit, kak Eva berhasil mengeksekusinya dengan baik. Aku suka dengan cara menulisnya dan menyampaikan keresahannya Ada. Sebagai perempuan, aku juga relate. Sudah menikah dan nggak kunjung punya anak memang kadang jadi momok. Apalagi kalau suaminya nggak ikutan belain. Pengen kutampol rasanya.
Mengambil masalah yang menurutku lumayan rumit, kak Eva berhasil mengeksekusinya dengan baik. Aku suka dengan cara menulisnya dan menyampaikan keresahannya Ada. Sebagai perempuan, aku juga relate. Sudah menikah dan nggak kunjung punya anak memang kadang jadi momok. Apalagi kalau suaminya nggak ikutan belain. Pengen kutampol rasanya.
No comments:
Post a Comment