Friday, October 25, 2019

[Review] If I Could Turn Back Time


Judul : If I Could Turn Back Time

Penulis  : Tiara

Penerbit : Dolce Media

Tebal : 365 Halaman

"Sesuatu bisa terjadi tanpa kita sadari, Flora. Apalagi soal perasaan. Tuhan adalah penguasa hati anusia. Dan hanya Dia yang bisa membuat Dicko merasakan hal yang menurut kamu sangat mustahil. Aku sangat percaya itu."


BLURB

Seandainya bisa memutar balik waktu,
Flora berharap tak perlu berbohong
bahwa Dicko telah merenggut kesuciannya.
Seharusnya dia juga tak boleh jatuh cinta pada lelaki tu.

Seandainya bisa memutar balik waktu,
Dicko berharap tak pernah menyakiti Flora dengan kecerobohannya.
Seharusnya dia juga menyadari lebih awal
tentang perasaan gadis itu terhadapnya.
Begitu pun perasaannya...

Tapi, mereka bisa apa?

Mampukah keduanya menyatukan kembali kepingan hati
yang retak meski harus mengempaskan ego masing-masing?

- - - - - - - - - -

Flora Lavanya Anggoro, anak keturunan Anggoro yang kelakuannya jelek banget. Bad girl, anak nakal, perokok, kasar, nggak tau diri. Semua cap jelek ada sama dia. Nggak ada yang betah temenan sama dia kecuali satu cowok, Dicko Marvel Hariandi, cowok yang jadi sepupunya secara nggak langsung, karena mama tirinya saat ini adalah tantenya Dicko. Bagi Flora, Dicko ini cuma bodyguard sekaligus supir. Habisnya kerjaannya ngawal kelakuan nakal Flora dan nganter jemput Flora ke sekolah doang.
"Iya, sih. Gue paham. Tapi lama-lama gue ngelihatnya tuh, lo jadi ketergantungan gitu sama dia. Dan dia kayak kasih efek yang gede banget buat hidup lo. Menurut gue, itu cuma terjadi kalau lo punya perasaan khusus ke dia." — P. 118
Selama ini, Flora hanya menganggap Farrel, adik tirinya saja. Ayahnya, ibu tirinya, apalagi Omanya hanya dianggap angin lalu, tukang perampas haknya. Hanya Farrel. Apa pun akan dia lakukan untuk Farrel. Termasuk bertunangan dengan Dicko, sepupunya, orang yang dibencinya, karena secara nggak langsung, berhubungan dengan ibu tirinya juga.

Seiring berjalannya waktu, hubungan keduanya cukup dekat. Bahkan Flora mulai merasakan ada perasaan yang beda saat bersama Dicko. Sayangnya, saat mereka mulai memasuki dunia perkuliahan, Dicko mulai terpecah perhatiannya ke salah satu mahasiswi yang seangkatan dengan Flora. Lalu, bagaimanakah hubungan pertunangan mereka berdua? Haruskah hubungan mereka kandas? Atau malah membuat mereka berdua jadi semakin kuat?


Baca novel ini awalnya kepikiran kalau novel ini novel dewasa. Dewasa di sini dalam artian novel yang menceritakan tentang dua orang dewasa, alurnya dewasa, dan dewasa-dewasa lainnya. Tapi ternyata salah besar! Di awal, aku malah langsung dikenalkan dengan kehilangan. Setelah lebih maju lagi, ternyata novel ini tokoh utamanya masih sekolah! Wah wah.. bener-bener dibikin kaget.

Selama baca novel ini, aku enjoy sih. Meskipun dibilang novel terbaru kak Tiara, tapi alur dan plotnya tertata rapi. Meskipun Farrel di sini menurutku nggak relevan di dunia nyata, karena aku nggak pernah nemu anak yang pemikirannya super panjang! Kalau pun ada, biasanya karena latar belakang yang mempengaruhi hal ini terjadi. Di beberapa bagian, ada yang kurasa harusnya bisa di cut aja. Karena agak membosankan. Tapi sisanya, bagus!

Novel ini mengajarkan kita bahwa kehilangan orang yang kita sayangi itu nggak enak, pendidikan dan pengajaran anak yang baik itu gimana. Lumayan banyak pelajaran yang bisa diambil. Oh iya, kalau suka tuh ngomong! Jangan dipendem. Nggak ada yang bisa baca pikiran kita. Kita harus belajar untuk menyampaikan apa yang kita rasain, sedih, seneng, takut, marah, cemburu.

Quotable:
"Kadang-kadang, cinta itu emang bisa nyasar ke tipe orang tertentu, yang dulunya mati-matian kita hindari." — P. 142

"Jangan jadi orang bodoh terlalu lama seperti Ayah, Ko. Fokuskanlah membangun kebahagiaan bersama Flora. Seindah apa pun, masa lalu takkan pernah menjadi masa depan, ingat saja itu." — P. 230

"Kematian bisa merenggut hidup kapan saja, meski di usia muda. Dan perlahan mereka menyadari, bahwa kesenangan semu takkan bertahan selamanya." — P. 294 

No comments:

Post a Comment