Thursday, February 7, 2019

[Review] Happiness


Judul : Happiness

Penulis : Fakhrisna Amalia

Penerbit : Pop Ice Cube

Tebal : 222 Halaman

"Boleh saja kamu iri dengan kemampuan orang lain, tapi bukan berarti kamu harus menjadi seperti dirinya atau membuat dirinya terlihat buruk di mata orang lain. Kita punya kelebihan masing-masing, bersyukurlah."


BLURB

"Berarti nggak masalah, dong, kalau Ceria masuk MIPA tapi ambil Biologi?"

"Bisa aja, sih. Tapi kalau kamu tanya Mama, yang banyak hitung-hitungannya itu lebih spesial. Nggak sembarang orang bisa, kan?"

Bagi Mama yang seorang dosen Matematika, hitung-hitungan itu spesial. Mama selalu membanding-bandingkan nilai rapor Ceria dengan Reina—anak tetangga sebelah yang pandai Matematika—tanpa melihat nilai Bahasa Inggris Ceria yang sempurna. Karena itu, sepanjang hidupnya Ceria memaksakan diri untuk menjadi seperti Reina. Agar Mama dan Papa bangga. Agar ia tak perlu lagi dibayang-bayangi kesuksesan Reina. Agar hidupnya bahagia. Ceria bahkan memilih berkuliah di jurusan Matematika tanpa menyadari ia telah melepaskan sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Sesuatu yang membuat dirinya benar-benar bahagia.

- - - - - - - - -

Ceria Dandelia, seorang anak perempuan yang dulunya periang, hidupnya cukup menyenangkan. Sampai di kelas 4 SD, dia mulai tertatih dalam mata pelajaran yang cukup menjadi momok bagi banyak orang juga. Matematika. Terlebih lagi, mamanya seorang dosen matematika, dan juga papanya yang juga berhubungan dengan hitung-hitungan, akutansi.
"Kalau untuk dilihat Mama dan Papa, kalau untuk dianggpa pintar, kalau untuk memenangkan hati semua orang Ceria harus menjadi nomor satu di eksakta, maka tidak jadi pemandu wisata dan penulis profesional pun tidak apa-apa." — P. 62
Bagi Mama Ceria, selama Ceria tidak bisa menyamai atau melebihi Reina, anak tetangga sebelah, maka Ceria masih tetap kurang. Padahal, Ceria juga sempat ikut studi banding ke luar negeri, bahasa Inggris di atas rata-rata, tapi tetap saja. Selama nilai matematika, kimia dan fisikanya nggak bagus-bagus amat menurut mamanya, ya nggak ada apa-apanya. Bahkan meskipun Farhan, abangnya, membelanya, mamanya tetap tidak mengubah pendiriannya. Seiring berjalannya waktu, Ceria akhirnya memiliki rasa iri berlebih terhadap Reina. Semua hal yang berhubungan Reina akan membuatnya kesal, bahkan mual. Lalu, bagaimana caranya agar dia bisa mengalahkan Reina?


Another novel yang ngehits, tapi baru dibaca sekarang. Novel ini adalah novel salah satu pemenang YARN, alias cerita apa adanya. Novelnya terbit tahun 2015, dan baru booming sekitar 2018. Itu pun karena salah satu bookstagram yang ngereview dan bilang cukup seru untuk diikuti.

Jujur aja, baca novel ini tuh kayak bercermin. Sejak dulu, aku nggak pernah pinter teori. Tapi selalu jago dalam hal praktek. Karena aku emang bisanya belajar teori sambil praktek. Lebih gampang nyantolnya. Ya sebenernya bisa sih, tergantung sama gurunya, pinter-pinter aja ngasih pengandaian. Kalo pengandaiannya masuk akal, otakku bisa nerima, tapi kalo ketinggian, biasanya aku susah nerima, dan hal ini masih terus berlangsung sampe aku kuliah sekarang. Matematika sejak dulu cukup jadi momok buatku. Beban banget deh pokoknya matematika ini. Mana nilai adikku juga lebih bagus, jadi makin sering dibandinginnya.

Dulu aku sempet kesel, sedih, marah, semuanya. Tapi kemudian aku sadar. Nggak ada gunanya juga. Udah bikin aku stres, nggak menghasilkan apa-apa juga ke aku. Jadi aku memilih untuk, ya aku berusaha sekerasku. Hasilnya apa, yaudah diterima. Toh aku juga punya nilai bagus di mata kuliah/pelajaran lain. Dan.. it works! Mulai menyingkirkan sedikit kenegatifan dalam diriku. Soalnya capek juga. Kita nggak bisa ngebahagiain semua orang. Jadi, aku lebih memilih untuk membahagiakan diriku sendiri.

Suka sama novelnya, ya sesuai tag-nya yang realistis, cukup sering kita alami juga. Cukup untuk menampar kita pelan. Untuk nggak melakukan hal yang sama ke orang lain atau pun orang terdekat kita.

Quotable:
"Bisa, nggak, kamu cukup pikirin apa yang kamu mau dan apa yang kamu impikan? Ini hidup kamu, kamu berhak atas hidup kamu sendiri." — P.107

"Memilih jurusan kuliah itu bukan kompetisi. Jurusan kuliah itu menentukan masa depan kamu, untuk meraih impian kamu."  — P.120

No comments:

Post a Comment