Wednesday, February 13, 2019

[Review] Rust in Pieces


Judul : Rust in Pieces

Penulis : Nel Falisha

Penerbit : Pop Ice Cube

Tebal : 223 Halaman

"Sejak awal, monster itu memang tidak ada. Itu semua pikirannya sendiri."


BLURB

"Pantas belakangan ini pernak-pernikku hilang satu-satu. Ternyata dia pelakunya!" Sarah menunjuk-nunjuk ke arah Tiana.

Yunita memicingkan mata dan melipat lengan di depan dada. Pom-pom merah jambu tergeletak di kakinya.
"Baru kemarin ikat rambut favoritku hilang."

"Bukan gitu, aku cuma mau pin—"

"Nonsense!" cetus Sarah.

Yunita menyeringai puas. "Kamu klepto, Ti."

Usaha Tiana mempertahankan popularitas di SMP sia-sia setelah aksi mengutilnya dipergoki teman-teman di klub pemandu sorak. Tak hanya didepan dari klub, ia juga harus menerima julukan Miss K alias Miss Klepto hingga lulus sekolah. Namun Tiana tida bisa berhenti mengutil. Ia frustasi dan memutuskan untuk menghindar dari teman-teman lamanya dengan memilih SMA yang berbeda. Sayangnya, prediksi Tiana meleset. Masih ada Dinda yang di SMP dulu ikut memusuhinya setelah aib Tiana terbongkar. Ada Stefan yang terkenal kepo dan tahu ada yang tak beres dengan Tiana. Ada Sherry yang sering memperhatikan Tiana dari jauh. Ada Ardhan yang cuek tapi berani bicara frontal. Semua orang tampaknya mencurigai tindak-tanduk Tiana. Tiana pun sadar ada yang salah dengan dirinya.
Namun Tiana tetap tidak mampu mengendalikan jari-jarinya.

- - - - - - - -

Menceritakan tentang Tiana, si anak yang cukup terkenal di jaman SMP, karena dirinya ikut dalam anggota klub pemandu sorak. Sayangnya, kepopuleran itu nggak bertahan lama sampai akhirnya dirinya tetap terkenal, tapi karena dia memiliki sebutan Miss K atau Miss Klepto, tukang ngutil, suka mencuri. Hal itu kemudian memicunya untuk tidak memilih SMA di mana teman-temannya berada di sana. Tapi ternyata, di sekolah itu, masih ada Dinda, teman SMPnya yang dulu juga ikut mengoloknya.
"Sekarang sinarnya emang redup, tapi suatu saat, sinarmu bakal jadi jauh lebih terang. Soalnya saat itu, kamu udah nggak pakai pura-pura, kebohongan, atau paksaan lagi. Iya, kan?" — P. 125
Di sekolah yang baru, Tiana terus dihantui rasa bersalah yang menjadi-jadi, dia berusaha agar tangannya tidak jahil dan kemudian mengambil barang orang lain. Sayangnya hal itu tentu saja tidak bisa dicegah. Teman sekolahnya, Sherry, sempat melihatnya mengambil barang saat di kelas, kemudian Stefan, tukang kepo yang sudah terkenal di sekolah, juga membayar barang yang diambilnya diam-diam di sebuah toko. Hal itu tentu saja membuat Tiana merasa bersalah dan makin stres. Lalu, bagaimana cara Tiana membungkam mereka agar tidak menyebarkannya pada seisi sekolah? Atau malah Stefan membuat gosip seperti waktu SMP dulu?


Seri YARN ketiga yang kubaca. Cukup seru banget. Apalagi ini menyangkut ke psikologi seorang anak remaja. Yep, masalah psikologi dan mental sih. Di novel ini juga cukup banyak dijelaskan masalah kleptomania, yang kemudian disalahartikan banyak orang dengan sebutan pencuri. Padahal, kleptomania adalah sejenis penyakit mental. Adanya keinginan untuk mencuri terus menerus, padahal barang tersebut nggak berarti untuk si pelaku. Sementara kalau mencuri kan memang ada niat dan juga membutuhkan barang tersebut.

Buku ini mengajarkanku cukup banyak. Lebih peka terhadap sekitarku. Peka dalam artian bukan kepo kayak Stefan sih. Tapi lebih sensitif. Kalau semisal ada teman yang cukup tertutup dan memiliki gerak-gerik yang aneh, harusnya ya kita dekati, mungkin dia memang punya masalah dan kita bisa bantu dia. Meskipun awalnya akan ada berbagai penolakan dari yang bersangkutan. Tapi sebenernya, mereka juga membutuhkan teman yang bisa menerimanya tanpa menilai mereka dari luar, dari apa yang mereka lakukan.

Cukup suka sama sosok Stefan di sini, meskipun kepo setengah mati, karena cita-citanya, nggak membuat dia menjadi pemaksa untuk segala hal yang memang baik untuk Tiana. Dia membiarkan Tiana memilih, mana yang terbaik buatnya.

No comments:

Post a Comment