Wednesday, November 20, 2019

[Review] Mayday, Mayday


Judul : Mayday, Mayday

Penulis : Laili Muttamimah

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 337 Halaman

"Lo seberharga itu, Lan. Lo berharga. Kita memang nggak bisa menyenangkan semua orang dan nggak dilahirkan buat melakukan itu. Tapi, akan selalu ada orang-orang yang bahagia hanya karena kita hadir dalam hidup mereka, walaupun kita merasa nggak pernah melakukan hal hebat buat orang-orang itu."


BLURB

Dalam dunia penerbangan, istilah mayday digunakan oleh pilot ketika pesawat sedang dalam keadaan darurat. Dalam kehidupan, setiap orang pasti pernah mengalami momen itu. Bagi Alana, momen tersebut terjadi pada usianya yang kedelapan belas.

Tadinya hidup Alana nyaris sempurna. Dia diterima di sekolah calon pramugari, punya Roby si pacar setia, juga dikelilingi oleh teman dan keluarga yang selalu mendukung. Namun dia tak pernah menduga akan dilecehkan oleh kawanan perampok.

Awalnya Alana hanya memberitahu hal itu pada Benji, sahabatnya. Tapi ternyata masalahnya belum selesai. Belakangan Alana tahu dirinya hamil. Dia makin tertekan karena Roby meminta putus dan keluarganya amat murka.

- - - - - - - - -

Alana Wiratmadja, seorang calon pramugari yang sedang di masa bahagianya. Saat melakukan tes wawancara, dia juga lulus dan akhirnya masuk ke sekolah pramugari, dia sangat senang, merasa dekat dengan mimpinya. Meskipun kedua orangtuanya seringkali mempertanyakan ulang apakah Alana akan tetap memilih menjadi pramugari atau akan memilih jurusan lainnya. Tapi Alana tetap mempertahankan pilihannya.
"Nggak ada satu pun orang di dunia ini yang mau dilecehkan! Nggak ada yang mau dilecehkan dengan sengaja! Kalau lo nggak pernah tahu betapa buruk rasanya, lebih baik tutup mulut lo dan berhenti menilai orang lain seolah-olah lo yang paling benar." — P. 172
Hari itu cukup menyenangkan, meskipun Alana tidak begitu baik performanya selama latihan, bahkan dia sedang dalam perasaan yang biasa-biasa aja. Tapi sayangnya, malam itu, bencana kecilnya dimulai. Saat akan pulang dengan kendaraan umum, Alana dilecehkan oleh preman di sekitar sana. Alana memang bisa pulang ke rumah, tapi tidak dengan selamat, pakaiannya kotor, penampilannya berantakan, dan ketika kedua orangtuanya menanyai keadaannya, Alana hanya menjawab tidak ada masalah dengan dirinya. Alana menganggap hari itu mungkin dia sedang apes. Tapi di kemudian bulan, dia menemukan bahwa dirinya hamil. Sedih? Tentu. Mau menjelaskan apa dia pada orangtuanya? Belum lagi sama pacarnya. Apa yang mau dijelaskan?

Tidak berhenti sampai di sana, bagaimana dengan kelanjutan sekolahnya? Masa iya harus berhenti di tengah jalan begini? Mengingat beberapa bulan lagi sudah menjelang kelulusan, dan impiannya semakin dekat.


Novel yang udah kupengen sejak dia terbit. Karena yakin banget pasti ceritanya menarik, dan yak! Menarik banget. Mengejar mimpi gimana pun caranya bakalan dilakuin kan? Apalagi hal itu sudah sangat dekat sama kita. Tapi yang namanya ngejar mimpi, nggak ada hal yang mudah kan? Selalu ada aja halangannya, mulai dari yang kecil, sampe yang besar. Sukur-sukur, kita masih kuat, jadi aral melintang pun tetep dilibas. Tapi kalau sampai bener-bener bikin kita harus keluar dari mimpi kita? Sedih banget kan pastinya. Hal inilah yang dirasain sama Alana. Sudah hampir mendekati garis akhir, tapi malah harus mundur.

Aku suka gimana cara kak Laili menyampaikan emosinya di sini. Bikin aku inget sama temenku yang hamil di luar nikah pas kelas 3 SMA, sama kayak gini juga. Pupus semua mimpinya, dia harus merawat kandungannya dan lain-lain. Memberi pelajaran juga ke kita, supaya para cewek harus punya pertahanan diri. Entah bela diri yang kayak gimana yang bakalan dipelajari. Karena minimal, kita harus bisa bikin mereka lumpuh sejenak biar kita bisa lari dan menyelamatkan diri.

Jujur aja, menurutku novel ini masih ada kekurangan di bagian kehamilannya. Masa iya sih, dia nggak USG atau gimana-gimana. Berasa kurang banget, meskipun cuma novel gitu. Tapi berasa ada yang kurang. 

Terus sikapnya Alana juga beberapa ada yang ngeselin, dia lebih mementingkan dirinya, ketimbang anaknya. Ya bener sih, karena anaknya juga nggak diinginkan, tapi minimal kan diperhatiin dikit. Nanti kalo hilang malah nyesel kan? Sikap nggak terbukanya juga merugikan dia sendiri. Coba kalau sejak awal dia ngomong, pasti pelakunya lebih cepet ketangkep, orangtuanya mungkin bakalan marah, atau kecewa, tapi nggak menuduh dia yang nggak-nggak gitu.


Quotable:
"Namun, melihat kami hari ini membuatku sadar kalau terkadang orang-orang yang dipertemukan denganmu secara tak terduga, justru terlahir menjadi sosok yang paling berharga dalam hidupmu." — P. 19

"Kamu tidak pernah memilih untuk berteman dengan mereka, tapi entah bagaimana mereka akan selalu menemukan cara untuk tetap bersamamu. Meski kalian berbeda atau ada beberapa sifat yang kamu tak suka, hal itu takkan membuat kalian bergerak menjauh." — P. 23

"Menjadi seorang ibu itu harus didasari dengan niat ikhlas, Lan. Kamu nggak bisa sembarangan melahirkan anak yang sebenarnya nggak kamu inginkan, itu bisa memengaruhi kondisi psikis kamu." — P. 175

"Karena lo sayang mereka dan itu wajar. Percaya deh, orang-orang yang memang ditakdirin buat hidup sama lo, bakala terus nemuin jalan untuk tetap di samping lo gimanapun caranya." — P. 262

1 comment:

  1. As stated by Stanford Medical, It's really the one and ONLY reason this country's women live 10 years longer and weigh on average 42 lbs less than we do.

    (And realistically, it has NOTHING to do with genetics or some hard exercise and really, EVERYTHING to do with "HOW" they eat.)

    P.S, I said "HOW", and not "what"...

    TAP this link to uncover if this easy test can help you discover your real weight loss potential

    ReplyDelete