Judul : Broken
Penulis : Lilis Suryani
Penerbit : Aria Mandiri Media
Tebal : 396 Halaman
"Cinta itu sesuatu yang sakral atau suci. Gibran enggak mau jatuh cinta berkali-kali dan akhirnya menodai kesucian cinta itu sendiri. Cukup sekali untuk selamanya. Cinta diam-diam yang gagal."
BLURB :
Dua hal yang paling dekat dengan manusia yakni mati dan patah hati. Awalnya semua baik-baik saja, berjalan normal seperti seharusnya. Hingga satu kecurigaan menuntun Belva Aura Naila Shafa pada satu fakta menyakitkan. Tentang bagaimana ia ditinggalkan dengan sederet kebohongan.
Raka Christian tak hanya pergi meninggalkan luka, tetapi meninggalkan pula rasa takut untuk kembali jatuh cinta dan perlahan mengubah Aura menjadi sosok lain. Hingga sosok Gibran yang nakal, jahil, manja dan tukang cari perhatian dihadirkan Tuhan sebagai pengobat lukanya. Lantas apakah Aura bersedia menyerahkan hatinya, ketika dengan manis Gibran memintanya? Maukah takdir berbaik hati untuk keduakalinya?
- - - - - - -
Belva Aura Naila Shafa, salah satu siswi di SMA Emerald. Pencinta novel dan juga mawar putih. Benci dibohongi. Tapi siapa sangka, dia malah dibohongi oleh pacarnya sendiri. Tapi ada fakta menyakitkan di baliknya. Dia nggak bisa marahin pacarnya balik, karena pacanya udah nggak ada.
Gibran Febrian Emeraldi Utama. Cowok yang mulai jatuh cinta sama Aura. Cucu pemilik SMA Emerald dan punya fans yang beberapa di antaranya anarkis. Bandel, keras kepala dan takut sama jarum suntik dan segala peralatan medis. Masih berusaha mendapatkan hati Aura ditengah rasa sakit di lambungnya.
Menjadi Aura bukanlah hal yang mudah. Apalagi sejak Gibran mulai mendekatinya. Aura yang mulai dibully oleh salah 2 fansnya, dan kemudian mulai masuk dalam lingkaran kehidupan Gibran. Tapi, siapa sangka, kalau Aura sendiri mulai jatuh cinta dengan Gibran. Gibran yang dengan segala keusilan dan modus-modus ingin diperhatikan oleh Aura. Selain itu, ada fakta yang menyakitkan juga, karena Gibran sendiri memiliki masalah yang cukup serius di dalam dirinya. Belum lagi Ayahnya yang suka sensi pada dirinya.
Yang aku suka di sini adalah karakter Gibran. Beneran deh. Meskipun dia ganteng dan nakal. Dia nggak sembarangan deket sama cewek. Bundanya sukses didik dia buat nggak nyakitin hatinya cewek. Hehehe. Belum lagi rasa berjuang dan mau berusaha di diri Gibran. Duh, bener-bener bikin pengen peluk Gibran deh. Selain itu, ada juga Bunda Gibran, alias Tante Inka yang super pengertian. Mirip banget sama Mamaku. Hihihi..
Ada hal yang bisa kita pelajari di sini loh. Misalnya, tetep berjuang buat dapetin cinta orang yang kamu sayang. Berjuang untuk tetap bertahan dengan orang yang kamu sayang. Jadi cowok nggak boleh suka mainin hati cewek. Jadilah sahabat yang baik dan selalu bisa diandalkan untuk sahabat lainnya. Dan terakhir, jujur itu emang menyakitkan, tapi itu lebih baik, daripada harus berbohong.
Ada hal yang bisa kita pelajari di sini loh. Misalnya, tetep berjuang buat dapetin cinta orang yang kamu sayang. Berjuang untuk tetap bertahan dengan orang yang kamu sayang. Jadi cowok nggak boleh suka mainin hati cewek. Jadilah sahabat yang baik dan selalu bisa diandalkan untuk sahabat lainnya. Dan terakhir, jujur itu emang menyakitkan, tapi itu lebih baik, daripada harus berbohong.
Novel kak Lilis bagus, meskipun ini novel pertamanya. Pengaturan dan gaya bahasanya udah oke. Meskipun pake gaya anak jaman now. Kekurangannya cuma di tulisan yang kadang spasinya masih dempet, atau huruf besar yang harusnya kecil. Sisanya, sip semuanya ;)
Ada beberapa quote yang aku suka di novel ini :
"Selesai. Laki-laki sejati bukan yang banyak omongnya, tetapi yang lebih banyak tindakannya. Iya kan, Aur?" - P. 185
"Kalau memang hujan ini enggak bikin Aur merasa nyaman, seengaknya hujan ini membiarkan Aur bebas menangis tanpa takut ada yang melihat, bahkan Gibran sekalipun, tetapi Aur harus janji, ini terakhir kalinya Aur nangis. Jujur, Gibran lebih suka liat Aur jutek atau ngomel daripada lihat Aur nangis." - P. 195
"Gue enggak akan bilang iya gue sayang, suka, cinta, gombal ini-itu, biar Aura sendiri yang menilai bagaimana perasaan gue ke dia." - P. 234
No comments:
Post a Comment