Saturday, September 23, 2017

[Review] The Playlist

Judul : The Playlist

Penulis : Erlin Natawiria

Penerbit : Grasindo

Tebal : 228 Halaman

"Iya. Kami punya banyak waktu untuk berbagi cerita. Jalan yang lebih panjang untuk ditempuh bersama. Perasaan yang lebih luas untuk dijelajahi."

BLURB :
Musik latar bukan sekadar aksesori bagi Winona.

Ketika food writer lain memusatkan perhatian pada rasa dan penampilan, Winona akan menajamkan telinganya untuk menilai pilihan lagu di sebuah tempat makan. Baginya, lantunan melodi memberi pengaruh besar terhadap suasana hati pengunjung. Semakin sesuai musik latar, semakin tinggi penilaian yang akan Winona berikan.

Hingga kehidupan Winona berubah saat mengunjungi No. 46. Absennya musik latar dan kemisteriusan Aries mengusik benak hingga hatinya. Jerat yang coba dia lepaskan, justru menariknya semakin dekat dengan pria yang menyimpan duka dan sepi yang terasa semakin familier baginya. Belum cukup di situ, Winona pun harus berhadapan dengan Ethan--pesona dari masa lalu yang mengisi hidupnya dengan kenangan-kenangan manis.

Di antara iringan musik latar dan hidangan-hidangan lezat, Winona harus memilih: menghadapi rasa takut yang terus dia hindari atau kembali ke tempat ternyaman yang melengahkan?

- - - - - - - 
Cerita ini dimulai dari Winona, seorang food writer, yang menilai tentang cita rasa makanan. Sekaligus musik latar yang diputar selama dia berada di restoran atau cafe tersebut. Pekerjaan yang menyenangkan untuk beberapa orang. Apalagi yang benar-benar mencintai dunia kuliner.

Perkenalkan Ethan, seorang pengulas musik, yang dulunya adalah kekasih Winona. Pernah menjadi partner sekaligus pacar yang baik untuk Winona. Ada satu dan lain hal yang menyebabkan hubungan mereka renggang.

Aries. Pria rasi bintang. Pemilik rumah makan No. 46, yang menurut Winona menyeramkan, karena tidak ada musik latar yang diputar selama ia di sana. Beberapa kali pertemuannya dengan Winona, mengubah cara pandang Winona terhadap Aries.
"Aku serius. Berkunjunglah ke tempatku kalau sempat." - P. 13
Ah, di awal membaca novel ini, aku kira, Ethan adalah cowok yang ngebet balikan sama mantannya. Dan mulai meluncurkan jurus-jurus modus supaya bisa balikan. Gimana nggak? Di beberapa chapter awal, Ethan masih sempat untuk berusaha membuat hubungannya dengan Winona kembali baik.

Sampai di beberapa bab awal, pekerjaan dan juga fenomena sosial, seperti, cewek yang sudah mendekati kepala 3, atau bisa dikatakan matang, mulai diluncurkan beberapa pertanyaan, seperti kapan nikah dan lainnya. Hal ini tentunya sedikit mengganggu Winona yang masih belum berpikiran ke sana.

Semakin membaca novel ini sampai ke pertengahan, mulai tampaklah beberapa rahasia yang tidak kita duga sebelumnya. Mulai dari Winona dengan sang Ayah, dan juga hubungannya dengan Aries yang makin dekat.

Buat aku pribadi, ini novel kak Erlin pertaman yang aku baca. Dan langsung suka! Baca novel ini asik banget. Karena kita deket sama profesinya. Entah kenapa, kalo aku baca novel, yang profesinya 'merakyat', lebih asik. Jadi kita juga tau seluk beluknya gimana. Dan food writer, atau bahasa kekiniannya food blogger, mulai banyak bertebaran sekarang ini, dan juga hampir sama kayak book blogger. Selain itu, Kak Erlin hebat deh, karena di ceritanya banyak lagu-lagu yang aku nggak ngerti, aku akhirnya muter playlist aku sendiri di JOOX, yang isinya instrumen Yiruma semua. Padahal, aku tuh paling nggak bisa dengerin lagu, sekalipun itu instrumen, sambil baca novel. Nggak masuk-masuk! Hahahah.. Anehnya, bisa aja tuh. Malah makin asik bacanya. Kayak backsound di kafe gitu. Ahahahaha..

Penggunaan sudut pandang 'aku' juga cukup jelas. Bahkan di 'aku' ini kita bisa mendapat informasi juga.

Novel ini juga ngajarin kita cukup banyak hal loh. Mulai dari belajar untuk menyelesaikan masalah, mencari tau titik permasalahannya, dan mencoba mengikhlaskan masa lalu dan berbaikan dengan masa lalu. Yang jelas, nggak nyesel baca ini :)

Beberapa kata yang quotable :
"Pernikahan bagiku seperti level tes kehidupan, Ino. Atas nama Tuhan pula. Bukan untuk sekadar seks legal atau meneruskan keturunan. Saat aku mengatakan ya untuk lamaran Leo, aku tahu kami mencari tujuan sama. Ingin menua bersama. Bahagia bersama...." - P. 41

"Aku bahagia, tetapi bahagia dalam tujuan kami berada di tingkat lain. Karena, kamu tahu, pernikahan hanya awal dari fase lain. Ini bukan tentang pestanya yang meriah, tetapi bagaimana kami mempertahankannya sampai mau memisahkan." - P. 41

"Satu lagi, pernikahan juga tidak cukup jika hanya dilandasi dengan cinta." - P. 41

"Aku yang dulu hopeless romantic pernah percaya kalau dua orang yang bertemu secara tidak sengaja sebanyak tiga kali berarti... jodoh." - P. 83

"Rasanya seperti kebiasaan yang sudah tertanam di alam bawah sadar. Kalau lapar, ya makan. Kalau ngantuk, ya tidur. Kalau Ethan menghubungi... aku akan otomatis merespons." - P. 92

"Ini kali pertama aku mendengarnya, tetapi liriknya benar-benar menggambarkan situasi saat aku bertemu kamu dulu. Kamu terlihat seperti seseorang yang menepikan diri dari kehidupanmu. Tapi, aku harap kamu tidak terlalu lama tenggelam dalam dukamu sendiri." - P. 199

"Aku tidak bisa menjanjikan apa pun selain kembali padamu." - P. 211

"Karena kamu adalah orang pertama yang membuatku merasa tidak kesepian lagi, Winona. Selain kamu, aku tidak yakin ada orang lain yang bisa melakukannya." - P. 220

"Aku akan membuat penantian satu tahun ke depan menjadi bermakna. Jadi, jangan kecewakan aku." - P. 220

"Namun sekarang, kami hanya ingin melepas rindu sejenak. Mempersiapkan jiwa dan raga kami untuk sbuah perjalanan baru." - P. 228

No comments:

Post a Comment