Judul : Bingkai Kenangan
Penulis : Seplia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 272 Halaman
"Saya tahu, Bang. Tahuuuu... Betul kalau apa yang saya lakukan ini salah, tapi kenapa sih saya nggak diizinkan berduka agak sebentar? Seolah-olah setiap orang harus kuat, nggak boleh mengenang kesedihan. Ini hati, Bang, bukan batu."
BLURB
Ini tahu terakhir Ellio di SMA Collase. Selain UN, dia juga disibukkan dengan persiapan pameran kompetisi foto antara dia dan Noah di klub fotografi sekolah. Tragedi kamera rusak di anak tangga membawa Ellio mengenal Florissa, cewek baru di kelas yang sedikit aneh.
Sejak meminta cewek itu menjadi objek foto pamerannya, Ellio semakin mengenal Flo dan segala keanehannya. Flo sering melupakan hal-hal sepele. Letak kelas dan ruangan-ruangan di sekolah, bahkan tak jarang harus melirik name tag di seragam orang terlebih dulu baru menyapa dan bicara. Ellio jadi semakin tertarik mengenal Flo lebih jauh. Saat dia berhasil jadian dengan Flo dan melupakan keberadaan Nana, pacarnya, hal yang mengejutkan terjadi.
Flo melupakan Ellio—wajah, nama, dan segala kenangannya.
Sejak meminta cewek itu menjadi objek foto pamerannya, Ellio semakin mengenal Flo dan segala keanehannya. Flo sering melupakan hal-hal sepele. Letak kelas dan ruangan-ruangan di sekolah, bahkan tak jarang harus melirik name tag di seragam orang terlebih dulu baru menyapa dan bicara. Ellio jadi semakin tertarik mengenal Flo lebih jauh. Saat dia berhasil jadian dengan Flo dan melupakan keberadaan Nana, pacarnya, hal yang mengejutkan terjadi.
Flo melupakan Ellio—wajah, nama, dan segala kenangannya.
- - - - - - - - -
Ellio, seorang siswa yang memilih untuk menggeluti dunia fotografi. Kehidupannya selama ini cukup baik-baik saja. Orangtua yang perhatian dengan dirinya, hidup berkecukupan materi, dan memiliki pacar, selain itu, otaknya juga lumayan encer. Jadi, apalagi yang harus dipikirkannya selain UN dan juga kompetisi foto antara dirinya dan Noah, cowok yang menjadi rivalnya di dunia fotografi. Rival yang cukup bisa mengimbanginya, dan siap untuk mengalahkannya.
Florissa, anak baru di SMA Collase. Cantik, menarik, tapi pendiam. Banyak yang mengira Flo adalah anak yang sombong, karena setiap dia disapa, dia melirik ke arah name tag yang menyapanya. Selain itu, Flo juga cukup aneh. Dia akan membawa notes kecil ke mana-mana, dia juga suka lupa di mana letak kelasnya. Hari itu, dia tidak sengaja menabrak Ellio. Hal itulah yang kemudian membuat dia harus berurusan dengan Ellio, karena saat menabraknya, kamera yang dibawa Ellio juga jatuh terbanting di tangga.
Flo membuat Ellio mengingat kompetisi yang dibuat oleh tutornya di klub fotografi, Bang Dien, human interest. Bagi Ellio, Flo cukup menarik untuk dijadikan model fotonya. Sejak saat itulah, Ellio mulai semakin dekat dan tertarik pada Flo. Dan dia mengetahui apa penyebab Flo mudah lupa terhadap temannya dan juga sekitarnya.
Baca novel ini bikin aku balik ke masa SMA. Masa di mana asik-asiknya ngerjain tugas, seneng jalan ke sana kemari. Selain itu, aku juga belajar untuk lebih menyayangi orang yang ada di sekitarku. Di sini cukup ngena banget sih. Apalagi konflik keluarganya juga masuk. Di sini, nggak cuma Flo aja yang bermasalah, tapi juga keluarganya Ellio, paket lengkap lah.
Novel ini diambil dari sudut pandang orang ketiga. Pengetahuan tentang penyakit dan fotografinya juga cukup mendalam, tapi nggak begitu dalem banget sih. Lumayan detail. Selebihnya, aku nggak bisa ngomong banyak. Soalnya novel ini bagus banget nget nget konfliknya ngena, momennya juga dapet. Jadi, aku nggak bisa ngomong banyak gitu.
Quotable:
"Hm.. itu.. Flo kayaknya kok suka lupa ya?" — P. 43
Flo membuat Ellio mengingat kompetisi yang dibuat oleh tutornya di klub fotografi, Bang Dien, human interest. Bagi Ellio, Flo cukup menarik untuk dijadikan model fotonya. Sejak saat itulah, Ellio mulai semakin dekat dan tertarik pada Flo. Dan dia mengetahui apa penyebab Flo mudah lupa terhadap temannya dan juga sekitarnya.
Baca novel ini bikin aku balik ke masa SMA. Masa di mana asik-asiknya ngerjain tugas, seneng jalan ke sana kemari. Selain itu, aku juga belajar untuk lebih menyayangi orang yang ada di sekitarku. Di sini cukup ngena banget sih. Apalagi konflik keluarganya juga masuk. Di sini, nggak cuma Flo aja yang bermasalah, tapi juga keluarganya Ellio, paket lengkap lah.
Novel ini diambil dari sudut pandang orang ketiga. Pengetahuan tentang penyakit dan fotografinya juga cukup mendalam, tapi nggak begitu dalem banget sih. Lumayan detail. Selebihnya, aku nggak bisa ngomong banyak. Soalnya novel ini bagus banget nget nget konfliknya ngena, momennya juga dapet. Jadi, aku nggak bisa ngomong banyak gitu.
Quotable:
"Ujian sesungguhnya ya hidup ini sendiri." — P. 231
"Meski dia lupa, tapi dia pernah merasakannya. Iya, kan? Itu yang penting. Lo memberinya banyak cinta, sama seperti yang diberikan keluarganya. Di dunia ini, hanya cinta yang punya kekuatan sebesar itu." — P. 268
No comments:
Post a Comment