Judul : Kaleidoskop of Memories
Penulis : Adhan Akram
Penerbit : Bhuana Sastra
Tebal : 337 Halaman
"Rasanya benar jika dikatakan bahwa hidup ini tidak pernah bisa diduga. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi setelah hari ini, esok, lusa, dan seterusnya. Pun tidak pernah tahu siapa yang akan datang dan pergi, silih berganti mengisi waktu yang kita miliki."
BLURB
Zahra tidak tahu mengapa ia terbangun di permakaman berulang kali. Yang ia tahu, seorang anak kecil menangisi nisan tanpa nama, lagi dan lagi.
Zahra tidak tahu kapan ia akan bertemu dengan kekasih hati. Yang ia tahu, ada laki-laki tampan yang menyelak antreannya siang tadi.
Zahra tidak tahu apa yang semesta siapkan untuknya di penghujung hari. Yang ia tahu, setiap potong adegan dalam hidup ini, saling merangkai dan membentuk sebuah kaleidoskop memori.
Jika kaleidoskop itu diputar sekali lagi, akankah ia mengerti tentang mengapa, kapan, dan apa yang sedang terjadi?
- - - - - - - -
Zahra Clarissa, seorang mahasiswi Seni Pertunjukkan, hidupnya menyenangkan, memiliki sahabat yang bisa diajak melakukan apapun, Anna Swara. Ah, tapi jangan lupakan mimpi buruk yang sering mendatanginya secara tiba-tiba dan tidak diinginkan. Bagaimana tidak, dalam mimpinya, ia terbangun di pekuburan, dan menemui seorang anak kecil. Selalu mimpi yang sama. Mimpi yang membuatnya tidak bisa tidur kembali.
"Kalaupun nanti bener jatuh cinta, nggak apa-apa, kok. Gue siap tanggung jawab." — P. 30
Reynalva Hadi Friasa, seorang mahasiswa Seni Pertunjukkan juga, tapi memberikan kesan pertama yang amat sangat buruk di mata Zahra. Menyela antreannya saat dia sedang butuh cepat, mengganggu perkenalan dirinya saat kelas dimulai, dua hal yang cukup untuk membuat Zahra menjaga jarak dengannya. Sayangnya, hal itu tidak berhenti sampai di sana. Alva, panggilan Reynalva, ternyata penghuni kos yang sama dengan Anna! Hal yang cukup mengejutkan bagi Zahra, tapi seolah menjadi berkat bagi Alva. Alva bisa mengisenginya, menggodanya dan membuatnya jatuh cinta secara tidak sengaja?
Zahra sendiri suka mengabadikan setiap momen yang dilaluinya dan menurutnya hal itu sayang untuk dilewatkan dengan kamera Instaxnya. Kamera itu udah kayak sebagian hidupnya. Sebagian hidup yang selalu menemaninya ke mana saja. Selain itu, dia juga sering pergi ke psikolog, hal ini sudah menjadi rutinitas keluarganya, meskipun Zahra merasa hal ini adalah hal yang aneh, dia merasa baik-baik saja, kenapa harus rutin ke psikolog? Saat dia menanyakan hal ini ke orangtuanya, orangtuanya tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Hal ini tentu saja membuatnya bertanya-tanya, apakah hal ini berhubungan dengan mimpi buruknya yang sering datang tiba-tiba?
Baca novel ini berasa inget sama diri sendiri. Gimana nggak? Aku tipikal orang yang suka ngabadiin momen, semuamuamuamuanya difotoin, karena cuma kepikiran, nanti yang bisa dikenang ya cuma foto ini, people change, the world change, but memories will stay, right? Mungkin hal itu juga yang ada dipikirannya Zahra kali ya? Makanya dia selalu bawa instax ke mana-mana, aku masih belum segitunya sih. Soalnya harga film instax square masih mihil! Hahaha..
Pas baca novel ini tuh aku senyum-senyum terus. Bahagia terus bawaannya, apalagi pas adegannya Alva-Zahra. Suka aku tuh sama mereka, soalnya Alva lebih banyak actionnya daripada ngomongnya, meskipun dia ini suka ngegombal, tapi asli, aku tuh suka banget sama gayanya dia. Apalagi dia humoris. Udah lah, cowok humoris bakalan kalah sama yang ganteng doang. Bener nggak?
Di sisi lain, nggak cuma senyum-senyum aja, tapi aku juga mikir. Soalnya novel ini kan dari sudut pandangnya Zahra, kadang dia menceritakan masa lalunya, tapi kadang juga dia nyeritain masa sekarang. Ini agak membingungkan, tapi selama baca, aku enjoy banget kok. Di sini juga diceritain beberapa sejarahnya di Kota Tua Jakarta juga loh! Uuhh.. Semakin suka. Pas baca aku sampe kayak, wah, beneran nih?
Yang cukup mengagetkan adalah~~~ Endingnya! Ketauan sih, alesan kenapa Zahra suka mimpi buruk dan lainnya, tapi ya ampun, beneran ya, endingnya itu bikin shock! Plot twist abis! Sampe nggak bisa ngomong aku tuh. Bener-bener bikin, "Hah? Sumpah ini endingnya kayak begini?" Novel ini bisa dibilang mirip-mirip sama novelnya Bellazmr yang warna hijau garis-garis covernya, tapi aku lupa judulnya apa. Yang jelas, aku suka banget nget nget sama novel ini.
Quotable:
Pas baca novel ini tuh aku senyum-senyum terus. Bahagia terus bawaannya, apalagi pas adegannya Alva-Zahra. Suka aku tuh sama mereka, soalnya Alva lebih banyak actionnya daripada ngomongnya, meskipun dia ini suka ngegombal, tapi asli, aku tuh suka banget sama gayanya dia. Apalagi dia humoris. Udah lah, cowok humoris bakalan kalah sama yang ganteng doang. Bener nggak?
Di sisi lain, nggak cuma senyum-senyum aja, tapi aku juga mikir. Soalnya novel ini kan dari sudut pandangnya Zahra, kadang dia menceritakan masa lalunya, tapi kadang juga dia nyeritain masa sekarang. Ini agak membingungkan, tapi selama baca, aku enjoy banget kok. Di sini juga diceritain beberapa sejarahnya di Kota Tua Jakarta juga loh! Uuhh.. Semakin suka. Pas baca aku sampe kayak, wah, beneran nih?
Yang cukup mengagetkan adalah~~~ Endingnya! Ketauan sih, alesan kenapa Zahra suka mimpi buruk dan lainnya, tapi ya ampun, beneran ya, endingnya itu bikin shock! Plot twist abis! Sampe nggak bisa ngomong aku tuh. Bener-bener bikin, "Hah? Sumpah ini endingnya kayak begini?" Novel ini bisa dibilang mirip-mirip sama novelnya Bellazmr yang warna hijau garis-garis covernya, tapi aku lupa judulnya apa. Yang jelas, aku suka banget nget nget sama novel ini.
Quotable:
"Alasan filosofis kenapa aku selalu mengambil potret setiap peristiwa adalah karena aku tahu bahwa setiap kenangan yang ada akan selalu sama. Meskipun orang yang di dalam potret itu nggak lagi sama." — P. 150
"Kamu jauh lebih penting dibanding apa yang oorang lain bilang tentang kamu." — P. 168
"Ra, yang jalanin hubungan ini tuh ada dua orang. Bukan cuma kamu sendiri. Kalau ada apa-apa, kita bicarakan berdua, terus cari jalan keluarnya sama-sama. Kalau kamu terus-terusan nyimpen semuanya sendiri, sampai kapan juga aku nggak akan ngerti kenapa." — P. 196
"..aku pun tersadar akan satu hal: di dunia ini, tidak ada orang yang benar-benar sibuk. Semua hanyalah mengenai prioritas." — P. 285
Did you realize there is a 12 word sentence you can speak to your man... that will trigger intense feelings of love and impulsive attraction for you buried within his heart?
ReplyDeleteBecause deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, worship and protect you with all his heart...
=====> 12 Words Will Trigger A Man's Love Instinct
This instinct is so built-in to a man's brain that it will drive him to try harder than ever before to to be the best lover he can be.
In fact, triggering this dominant instinct is so binding to getting the best ever relationship with your man that the moment you send your man one of these "Secret Signals"...
...You'll immediately notice him open his mind and heart to you in such a way he haven't expressed before and he'll perceive you as the one and only woman in the world who has ever truly fascinated him.